Mohon tunggu...
Eril Sadewa
Eril Sadewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Analis Sejarah

Selamat datang, tulisan-tulisan disini adalah hasil pembacaan saya atas Sejarah Nusantara yang begitu kaya, semoga bisa menjadi jembatan untuk menyelami kekayaan sejarah negeri kita yang indah ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Portugis Menjajah Indonesia? Begini Sejarahnya

10 Januari 2024   22:30 Diperbarui: 10 Januari 2024   22:40 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kalomichaelpotter.

Di Jawa, Armada Portugis diusir Fatahillah di Sunda Kelapa  pada 1527 M dan gagal membangun basis, di Ternate, Portugis hanya membangun benteng-benteng tanpa menjadikan Ternate sebagai negara bawahan. Bahkan, Sultan Baabullah, raja terbesar Ternate, menurut Sejarawan Salim.A.Fillah tidak menganggap Orang Portugis sebagai penguasa melainkan hanya sebagai orang yang numpang tinggal di Ternate. Bahkan, pada 1575 M, Portugis diusir dari Ternate, tepatnya dari benteng terakhir mereka yaitu Joao de Baptista. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Portugis tidak benar-benar menjajah Indonesia. Melainkan, mereka hanya membangun basis-basis yang akhirnya dirubuhkan para penguasa lokal di wilayah tersebut.

Di Aceh, menurut M.C.Ricklefs, Portugis hanya meletakkan garnisun di dua kota yaitu Pedir dan Pasai yang lalu diusir oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Semua bukti ini menjelaskan betapa lemahnya kekuasaan Portugis di Indonesia. Artinya, Portugis tidak benar-benar menjajah Indonesia. Mereka hanya membangun pangkalan di beberapa tempat yang strategis, itupun akhirnya mampu diusir oleh penguasa-penguasa lokal.

Bicara soal hubungan Portugis dengan para penguasa di Nusantara abad ke-16 M, justru lebih banyak hubungan diplomatik daripada maksud untuk menjajah.

Catatan Tome Pires misalnya, menegaskan bahwa pada 1522 M, Portugis menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Sunda bernama Sanghyang alias Surawisesa dan menurut Sejarawan Yoseph Iskandar, tujuan dari perjanjian itu adalah izin bagi Portugis untuk mendirikan benteng di Banten dan Sunda Kelapa serta pertukaran barang dagangan antara kedua pihak diantaranya Kerajaan Sunda Pajajaran memberikan lada bagi pihak Portugis yang akan ditukar dengan keperluan-keperluan Kerajaan Sunda. Inilah yang kemudian menyulut kemarahan Kesultanan Demak dibawah pimpinan Sultan Trenggana.

Begitu juga catatan Mendez Pinto yang merekam permintaan bantuan Penguasa Batak terhadap Portugis yang bercokol di Malaka untuk menghadapi pihak Aceh. Wilayah yang betul-betul menjadi jajahan Portugis hanyalah Malaka ditambah Ambon dan Solor. Kekuasaan Portugis di wilayah-wilayah tersebut pun tidak aman dari serangan para penguasa lokal.  Catatan Diego de Couto misalnya menyebutkan adanya Penguasa Wanita Jepara bernama Ratu Kalinyamat yang menyerang kedudukan Portugis di Malaka pada 1573 M. Itupun bukan yang pertama kalinya, pada 1513 M, Joao De Barros mencatat adanya serangan Pati Unus ke Malaka yang saat itu telah diduduki Portugis.

Jika dikatakan bahwa Pati Unus dan Ratu Kalinyamat melawan  hanya sebagai pahlawan yang melawan penjajah,  tanpa mengurangi rasa hormat saya pada mereka, sebetulnya sebutan itu kurang tepat. Karena Jawa yang merupakan negeri asal mereka tidak dijajah Portugis dan Malaka pun bukan wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Jawa, baik Jepara maupun Demak, tepatnya tindakan mereka itu dsebut sebagai upaya perebutan wilayah yang telah dicaplok Portugis.

Bisa disimpukan bahwa serangan Pati Unus dan Ratu Kalinyamat adalah manuver merebut wilayah diluar wilayah kekuasaan mereka yang berada direbut oleh Portugis. Apa sebetulnya tujuan penguasan Malaka oleh Portugis?Menurut Sejarawan Ahmad Mansur, penguasaan ini sebetulnya bertujuan untuk memutus jalur perdagangan Nusantara dengan Khilafah Turki Utsmani. Jadi, jelas disini tindakan Pati Unus dan Ratu Kalinyamat lebih besar dari melawan penjajah, melainkan pembebasan jalur perdagangan dari kekuatan asing yang berpotensi mematikan kekuatan ekonomi lokal.

Dari uraian diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Portugis tidak benar-benar menjajah Indonesia dan tidak semua Orang Portugis datang sebagai penjajah. Darisini bisa diperkirakan bahwa sebetulnya kekuatan Portugis di masa itu tidak begitu besar dan Portugis pun tidak punya niat untuk benar-benar menguasai Nusantara. Mengapa demikian? Mereka hanya membangun basis-basis di tempat strategis dan tak jarang juga kalah dalam pertempuran melawan penguasa lokal. Cuma Malaka dan sebagian kecil Maluku saja yang betul-betul mereka kuasai. Dan, tak sedikit juga Orang Portugis yang datang kesini sebagai jurnalis untuk merekam peristiwa-peristiwa penting yang berlangsung pada abad ke-16 M.

Refrensi:

Mujahid, DR.Kasori: Dibawah Panji Estergon, Penerbit Istanbul, 2022 M.

Iskandar, DRS.Yoseph: Sejarah Jawa Barat Yuganing Rajakawasa, Penerbit Geger Sunten, 2018 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun