[caption id="attachment_328785" align="alignleft" width="346" caption="Belajar Berbelanja (doc. pribadi)"][/caption]
Pagi ini sewaktu mengunjungi supermarket langganan, suasana sangat ramai. Tidak biasanya. Ada apa gerangan? Ternyata sekumpulan anak yang sedang belajar berbelanja. Tentu namanya anak-anak, yang menemani pun tidak kalah banyak jumlahnya.
Proses belajar belanja dimulai dari baris ber baris / antri. Kemudian satu per satu dipanggil untuk diberi keranjang.
"Jangan lupa ya, keranjang harus dipegang dengan tangan kiri", begitu sang instruktur memberi nasehat.
Wah rupanya belanja itu ada tekniknya. Hebat!!
Pasti banyak ilmu2 lainnya yang diajarkan pada saat itu. Sayangnya saya harus berbelanja juga, jadi tidak sempat mengikuti kursus tersebut secara penuh. :)
Imajinasi saya pun melayang, kapan ya ada pelajaran (kalau praktek langsung mungkin bisa berisiko kena penyakit) bagaimana cara berobat dengan Sistem Kesehatan Nasional yang ada saat ini?
Banyak yang sibuk mempromosikan pelayanan kesehatan gratis, tapi lupa bahwa dibalik pelayanan gratis tersebut ada konsekuensi seperti:
- perlu dimulai dari layanan tingkat pertama ( puskemas / dokter umum )
- perlu mengikuti antrian / dijadwalkan
- perlu menyiapkan berkas
- perlu mengetahui pengobatan mana yang bisa / mana yang belum bisa
- dst.
Tentu hal di atas diperlukan agar bisa tercipta suasana yang nyaman untuk semua pihak. Pasien, keluarga, tim medis, paramedis, administrasi, dll.
Sayangnya untuk saat ini masih banyak yang berpikir, toh kalau sudah memerlukan pelayanan kesehatan, pasti pasien/keluarga akan mencari tahu dengan sendirinya. Bisa dibayangkan, betapa repotnya pasien / keluarga pasien yang harus mencari tahu proses pengoboatan pada saat sedang panik?
Bagaimana pendapat Anda?