Mohon tunggu...
Erik Prasetyo
Erik Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Sipil UMM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan dalam Berdakwah Multikultural

16 Juli 2022   08:44 Diperbarui: 16 Juli 2022   08:50 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kegiatan berdakwah dalam lingkup masyarakat bukan lagi kegiatan yang asing di dengar. Berdakwah adalah suatu kegiatan untuk mengajak orang melakukan kebaikan dalam kehidupannya. Kegiatan berdakwah dilakukan oleh orang-orang yang di anggap berilmu dan memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat. Berdakwah identik dengan hubungan komunikasi. Baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik antara Da’i dan Mad’u. Kedekatan dan rasa saling tahu antara Da’i dan Mad’u berpengaruh dalam proses komunikasi dakwah. Oleh karena itu, Da’i yang di butuhkan di masyarakat adalah yang mengetahui budaya-budaya yang terdapat dalam masyarakat.

Multikultural berasal dari dua kata multi (banyak,beragam) kultural (budaya atau kebudayaan) yang secara etimologi berati keberagaman budaya. Dakwah multikultural adalah aktivitas menyeru ke jalan Allah melalui usaha-usaha untuk mengetahui karakter budaya masyarakat sebagai kunci utama dalam memberikan pemahaman dan mengembangkan dakwah. Istilah ini, setidaknya memiliki 3 unsur , yaitu : budaya, keragaman budaya dan cara khusus untuk mengantisipasi keanekaragaman budaya tersebut. Secara umum, masyarakat modern terdiri dari berbagai kelompok manusia yang mempunyai status budaya dan politik yang sama.

secara teknis paling tidak terdapat dua variabel yang dapat dipertimbangkan berkaitan dengan pelaksanaan dakwah. Yang pertama, berkaitan dengan variabel identitas diri dengan masyarakat dakwah. Hal ini diakibatkan oleh sekurang-kurangnya oleh 3 hal yaitu :

  • Kerentanan terhadap identitas sendiri sebagai makhluk yang berbudaya, masyarakat kita akan mudah dipengaruhi oleh budaya lain yang belum tentu sesuai dengan watak dasar kebudayaan yang dimilikinya.
  • Keringnya daya spritualitas bagi masyarakat beragama bersumber pada nilai-nilai agama
  • Rendahnya daya kontrol sosial terhadap penyebaran pesan-pesan melalui media yang berlangsung secara terus menerus menyentuh kebutuhan perkembangan psikologis masyarakat

 

Kedua, berkaitan dengan variabel dakwah sendri yang masih memperlihatkan rendahnya mutu dan relevansi. Dakwah merupakan konsumsi masyarakat yang perlu diolah dalam satu ramuan yang tepat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut[1] :

  • Pesan-pesan dakwah yang mampu mencerdaskan umat, bukan hanya mampu memperdaya kehidupan masyarakat.
  • Lingkungan sosial tempat berlangsungnya dakwah dengan melakukan proses pengondisian situasi, agar terbentuk lingkungan yang kondusif untuk melakukan dakwah pada satu sisi, dan pada sisi lain menjadi ruang sosial yang memungkinkan terlaksanaya pesan-pesan dakwah di masyarakat.
  • Selektifitas dai yang memiliki komitmen pengembangan umat bukan dai yang hanya mengedapankan popularitas dan cita-cita individual yang belum tentu relevan dengan tuntutan sosial masyarakat setempat.

Dalam melakukan kegiatan dakwah harus bisa memperhatikan apa yang bisa menjadi hambatan-hambatan ketika akan melakukan dakwah. Seorang da’i harus bisa belajar dari segi komunikasi, kosakata bahasa dan cara penyampaian materi dakwah sehingga dakwah tersebut bisa tersampaikan dengan baik kepada mad’unya dan mengurangi kegagalan yang bisa terjadi ketika melakukan dakwah.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun