Mohon tunggu...
Erick Mubarok
Erick Mubarok Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Petani yang sedang belajar komunikasi | Penyuka sejarah | Penonton dagelan | Gooner dan Bobotoh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengupas Film Dokumenter Samin vs Semen

5 Desember 2016   13:19 Diperbarui: 5 Desember 2016   13:29 6949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Film “Samin vs Semen” dikerjakan oleh beberapa profesional yang merupakan ahli di bidang audio visual.  Hal ini tampak dari penggunaan kamera udara & musik yang mampu memberikan mood, bahkan sebuah emosi dari naratif yang diusung.   Naratif terkesan lugas dan “to the point”. Struktur dalam membangun pondasi tentang isu semen, ditampilkan dengan shot  awal dari  kamera udara wilayah Kendeng  serta kombinasi alunan  tembang Jawa. Hal ini semakin membentuk opini publik, bahwa film ini adalah film yang mewakili masyarakat  Rembang (Jawa Tengah).  Dengan  struktur penceritaan  ini,  terlihat sangat mudah untuk menggiring ke sebuah argumentasi. Apalagi didukung dalam menampilkan seorang public figure aktivis perempuan & lingkungan.

Kemudian “Sikep Samin Semen” adalah sebuah penuturan yang dibuat seakan ala kadarnya. Karena mungkin  ingin mengacu kepada  “cinema verite”,  tokoh yang memerankan pun hanya berperan menjadi dirinya sendiri. Terlepas ada beberapa bagian yang kedua tokoh tersebut harus melakukan akting dan membiasakan diri berada di depan kamera.

Namun dalam konsep yang diusung mempunyai  sebuah naratif yang filosofis. Film  yang menggambarkan  tentang pencarian sebuah kebenaran melalui perjalanan dua anak muda  yang melakukan perjalanan untuk  bertemu dengan  beberapa  “sesepuh”  Samin.  Film ini  mempunyai explicit & implicit meaning.  Secara  explicit,  ingin  menunjukkan kebenaran dari ajaran Samin. Kemudian  secara  implicit  ingin memberikan  pembelajaran kepada masyarakat luas, khususnya pembuat film  “Samin vs Semen”  agar lebih bijaksana untuk mengkaji, meminta izin, mencari ilmu ataupun “sowan” kepada sesepuh Samin. Karena di Indonesia, budaya yang sudah mengakar itu juga masih sering dilakukan di Indonesia. Paling tidak hanya untuk mendapat restu. Jangan sampai untuk bertindak lancang dan memanfaatkan sebuah ajaran leluhur,  sehingga ajaran tersebut  menjadi terkesan sepele.

Tanpa disadari, penggunaan  mise en scene  dari film  “Sikep Samin Semen”  menunjukkan ke-Indonesia-annya dengan menampilkan foto-foto tokoh pemimpin bangsa Indonesia. Secara psikoanalisa, dapat dikatakan bahwa film maker ingin menunjukkan sifat nasionalis dalam dirinya.

Goal dari Film

Kedua film ini mempunyai Goal yang lebih terkesan mulia, terlepas dari penyalahgunaan “Samin”.  “Samin vs Semen” merupakan pihak yang kritis terhadap pembangunan pabrik PT Semen Indonesia. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa lingkungan  juga bisa rusak tanpa AMDAL yang direncanakan dengan baik.  Seperti yang sempat saya kemukakan di atas, bahwa isu lingkungan hidup atas  pembangunan pabrik sudah harus menjadi  pembahasan dan  perlu dikaji secara mendalam. 

“Sikep Samin Semen”  adalah sebuah akibat dari film  “Samin vs Semen”. Plot utama dari film ini adalah pembenaran tentang ajaran Samin. Lalu, sub plot-nya adalah  tentang pendapat suku Samin itu, terhadap isu pembangunan pabrik PT Semen Indonesia.

Kesimpulan

Menengok ke belakang tentang sejarah Indonesia, bahkan dunia sekalipun,  hingga saat ini,  film masih mempunyai kekuatan  luar biasa  untuk membentuk opini publik.  Bahkan bisa digunakan sebagai kendaraan untuk menciptakan kekuatan  sosial, hankam & politik. Yang perlu disadari oleh film maker  adalah,  seorang  film maker  harus  mampu  untuk  mempertanggungjawabkan hasil karyanya. Entah itu baik ataupun buruk, selalu akan ada resiko yang harus dihadapi. 

Seperti halnya profesi Dalang, dalam masyarakat Jawa sudah dikenal bahwa seorang Dalang mempunyai pengetahuan yang lebih daripada orang kebanyakan.  Dalam  jarwo dhosok, Dalang diartikan ngudal piwulang, yang artinya membeberkan ilmu. 

Oleh karena ketidakpantasan penyebutan nama  Samin  dalam film  “Samin vs Semen”, sehingga dirasa perlu untuk diluruskan, agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari. Kemudian untuk menyikapi isu tentang pembangunan pabrik PT Semen Indonesia itu sendiri, kita harus mencoba untuk berpikir  secara global.  Melihat sejarah revolusi industri yang terjadi di beberapa negara, seperti halnya Inggris, mampu menggerakkan perekonomian lebih maju. Tidak berbeda dengan industri yang dikelola oleh PT Semen Indonesia sebagai BUMN. Tujuannya adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara masif dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun