Mohon tunggu...
Erick kusnomo
Erick kusnomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengubah sudut pandang menjadi lebih mudah

Learning to read

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokratisasi Subyektivitas

29 Maret 2024   12:52 Diperbarui: 29 Maret 2024   13:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini menjadi ironi, dgn logika sederhana, melihat dari perspektif umum dan awam la kenapa harus capek nyaleg kalo sudah punya harta melimpah ruah.

Kemudian ini juga tidak adil, ketika dalam konteks alam demokrasi setiap warga negara berhak di pilih dan memilih.

Dari sini mulai ketemu titik relevansi dengan judul .

Pemodal berbondong-bondong mencalonkan diri , merias diri , ormas Islam menjadi salon untuk merias diri parpol menjadi tunggangan tergantung lobi-lobi

Kemudian di suguhkan ke masyarakat yang awam, subyektivitas dan personiltas figur kemudian terlihat di sini meninggalkan ideologi partai.

Sebetulnya ideologi  ini  mewakili berbagai klaster masyarakat tertentu , sangat menarik


Bila caleg/utusan partai politik nya itu membawa ideologi partai ke masyarakat tapi ironi nya caleg hanya memamerkan citra dirinya sendiri hingga akhirnya masyarakat tidak mengetahui partai politik itu fungsinya apa , apa yang mereka lakukan di tubuh parpol itu sendiri lantaran si caleg lebih melakukan hal demikian.

Hingga kemudian ini akan problematika di tengah-tengah masyarakat luas, mau di kemanakan demokrasi kita ?

Masyarakat lebih percaya figur dari pada parpol, sementara dalam demokrasi Indonesia tercinta parpol itu memiliki fungsi sebagai wadah idelogi yang mewakili berbagai tujuan masyarakat, sedangkan DPR dari fraksi partai sebagai representasi parpol itu sendiri

Kedepannya saya berharap legislator dan semua jajaran terpilih di ajang 5 tahunan ini bisa melihat demokrasi lebih obyektif

Saya mengutip dari kata-kata di "tik tok"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun