Mohon tunggu...
ERICHA OKTAVIA
ERICHA OKTAVIA Mohon Tunggu... Mahasiswi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Realitas dan ilusi

5 Januari 2025   09:44 Diperbarui: 5 Januari 2025   09:44 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Ericha Oktavia mahasiswi stit Al ibrohimy 

 

Ilusi juga dapat muncul dalam bentuk konstruksi sosial. Friedrich Nietzsche, misalnya, mengkritik konsep moralitas tradisional sebagai ilusi yang diciptakan oleh institusi agama dan budaya untuk mempertahankan kekuasaan. Ia mendorong manusia untuk membongkar ilusi-ilusi ini dan menciptakan nilai-nilai mereka sendiri.

 

Realitas dan Ilusi dalam Kehidupan Modern

 Dalam era teknologi dan media, garis antara realitas dan ilusi semakin kabur. Realitas virtual, misalnya, memungkinkan seseorang untuk mengalami dunia yang sepenuhnya dibangun oleh komputer. Media sosial juga menciptakan representasi diri yang sering kali berbeda dari realitas individu. Fenomena ini mengilustrasikan bahwa realitas tidak lagi bersifat objektif, melainkan subjektif dan sering kali dimanipulasi.

 Contoh lain adalah penggunaan propaganda dalam politik. Melalui narasi yang terkontrol, pemerintah atau kelompok tertentu dapat menciptakan ilusi kebenaran yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap realitas. George Orwell dalam novelnya 1984 menggambarkan bagaimana kekuasaan dapat memanipulasi realitas melalui bahasa dan informasi, menciptakan dunia di mana ilusi menjadi alat kontrol.

 Namun, beberapa filsuf seperti Jean Baudrillard berpendapat bahwa kita tidak lagi hidup dalam realitas yang terpisah dari ilusi. Dalam karyanya Simulacra and Simulation, Baudrillard menggambarkan dunia modern sebagai "hiperrealitas," di mana simbol dan representasi menjadi lebih nyata daripada realitas itu sendiri. Contohnya adalah bagaimana iklan menciptakan citra ideal yang sering kali tidak ada dalam kenyataan.

 

Hubungan Realitas dan Ilusi: Antagonis atau Sinergis?

 Meskipun realitas dan ilusi sering dianggap bertentangan, beberapa filsuf berpendapat bahwa keduanya saling melengkapi. Martin Heidegger, misalnya, menyatakan bahwa pemahaman kita tentang realitas selalu dipengaruhi oleh cara kita "mengungkapkan" dunia melalui bahasa, budaya, dan pengalaman. Dengan kata lain, apa yang kita anggap sebagai realitas selalu bersifat interpretatif, dan ilusi mungkin adalah bagian tak terpisahkan dari cara kita memahami dunia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun