Kamu pernah gak sih, ngerasa otakmu kayak nggak bisa istirahat? Udah rebahan, lampu udah mati, tapi kepala masih muter-muter mikirin segala hal. Nah, kalau kamu relate banget sama kondisi ini, besar kemungkinan kamu adalah seorang overthinker. Tenang, kamu nggak sendiri. Banyak orang yang mengalami hal serupa. Bahkan, beberapa di antaranya sampai kewalahan sendiri sama pikirannya.
Overthinker bukan berarti orang yang lemah atau drama. Mereka cuma punya otak yang aktif banget, kadang malah terlalu aktif. Saking sibuknya mikir, sampai hal kecil pun bisa jadi bahan diskusi panjang di kepala. Padahal, belum tentu itu hal besar. Tapi buat overthinker, semua terasa penting dan layak dipikirin, berkali-kali.
Dalam artikel ini, kita bakal ngebahas hal-hal apa aja sih yang bikin overthinker pusing tiap hari. Mulai dari yang remeh-temeh sampai yang lumayan berat, semua bakal dikupas satu-satu. Siapa tahu, setelah baca ini, kamu bisa lebih ngerti sama diri sendiri atau bahkan bisa bantu orang lain yang punya pola pikir serupa.
1. Perkataan Orang Lain
Overthinker tuh punya kemampuan luar biasa dalam mengingat setiap kata yang diucapkan orang. Bahkan, nada dan ekspresi wajahnya pun terekam jelas. Jadi, kalau ada satu kata yang nadanya terdengar "beda", itu bisa jadi bahan pikiran berjam-jam. Misalnya temen ngomong, "Kamu yakin mau ambil keputusan itu?" --- nah kalimat kayak gini bisa diulang-ulang terus di kepala. "Dia maksudnya apa ya?" "Apa dia ngerasa aku salah?"
Padahal, bisa jadi itu cuma komentar biasa. Tapi buat overthinker, satu komentar bisa punya 100 tafsir. Dan yang bikin pusing, hampir semua tafsirnya negatif.
2. Keputusan yang Sudah Diambil
Udah milih A, tapi masih mikir: "Gimana kalau aku pilih B?" atau "Kayaknya C lebih bagus deh." Overthinker tuh susah banget buat let go dari keputusan masa lalu. Mereka bakal muter ulang semua kemungkinan kayak nonton ulang film yang sama, tapi dengan ending alternatif.
Keputusan kecil aja bisa jadi beban. Misal: "Kenapa tadi aku nggak beli makanan yang itu aja ya?" atau "Harusnya tadi aku jawab pertanyaan dosen kayak gini deh."
3. Takut Nggak Disukai
Ini dia topik yang paling sering bikin kepala overthinker cenat-cenut. Mereka punya keinginan kuat buat bikin semua orang nyaman, senang, dan nggak kecewa. Tapi sayangnya, itu nggak selalu mungkin. Akhirnya, kalau ada satu orang yang terlihat "beda", langsung mikirnya: "Dia marah gak ya?" atau "Apa aku ngomong sesuatu yang salah?"
Overthinker cenderung people pleaser. Dan itu bikin energi mereka terkuras cuma buat mikirin penilaian orang lain.
4. Hal yang Belum Terjadi
"Besok kalau presentasinya gagal gimana?" atau "Nanti kalau aku ditolak gimana ya?" --- ini adalah makanan sehari-hari overthinker. Mereka jago banget bikin skenario masa depan yang bahkan belum tentu kejadian.
Padahal, nggak semua hal bisa dikontrol. Tapi buat overthinker, just in case itu penting. Sayangnya, itu bikin hidup jadi capek, karena selalu siap untuk hal buruk, tapi jarang siap buat yang baik.
5. Percakapan yang Udah Lewat
Percakapan dua menit bisa jadi bahan overthinking selama dua jam. Kalimat kayak "Eh, iya sih," bisa ditafsir sebagai tanda kecewa, sarkasme, atau sinis. Mereka bisa mengulang percakapan dalam kepala mereka, mencoba mengubah respon mereka, dan membayangkan versi 'lebih baik' dari yang udah terjadi.
6. Takut Mengecewakan Orang Lain
Overthinker tuh nggak cuma mikirin diri sendiri, tapi juga mikirin ekspektasi orang lain. Mereka takut banget ngecewain orang tua, sahabat, pasangan, bahkan atasan di kerjaan. Mereka bisa rela mengorbankan kenyamanan sendiri demi bikin orang lain happy.
Tapi ini sering jadi jebakan. Karena nggak semua orang sadar atau peduli seberapa keras usaha overthinker buat bikin semua orang puas.
7. Harapan yang Terlalu Tinggi
Kadang overthinker juga mematok standar tinggi buat diri sendiri. Mereka ngerasa harus sempurna, harus berhasil, dan harus bisa segalanya. Kalau gagal sedikit aja, bisa jadi bahan kritik diri yang pedas banget.
Kegagalan kecil bisa berasa kayak akhir dunia. Dan itu bikin mereka sering ngerasa kurang, meskipun udah ngelakuin yang terbaik.
8. Kebiasaan Membandingkan Diri
Instagram, TikTok, LinkedIn --- platform yang bikin overthinker makin overthinking. Mereka mudah banget ngebandingin diri sama orang lain: pencapaian, gaya hidup, karier, bahkan cara berbicara.
Tanpa sadar, ini ngebangun rasa minder dan bikin mereka mikir, "Kenapa aku nggak sehebat dia?" atau "Aku udah umur segini tapi belum ngapa-ngapain."
9. Rasa Bersalah yang Terus Menempel
Overthinker bisa merasa bersalah atas hal-hal kecil: telat bales chat, nolak ajakan nongkrong, bahkan cuma karena nggak punya energi buat ngobrol. Rasa bersalah itu nempel kayak lem, susah hilang. Dan mereka bakal mikir, "Apa aku nyakitin dia ya?"
10. Sulit Memaafkan Diri Sendiri
Terakhir, yang paling bikin hidup overthinker berat: mereka sering jadi musuh terbesarnya sendiri. Mereka tahu kalau mereka harus sabar, harus pemaaf, harus bisa nerima. Tapi praktiknya susah banget. Mereka bisa memaafkan orang lain, tapi nggak bisa memaafkan diri sendiri.
Jangan Biarkan Pikiranmu Menghukummu
Kalau kamu merasa relate sama poin-poin di atas, berarti kamu punya kecenderungan overthinking. Tapi tenang, kamu nggak sendirian. Banyak orang yang juga berjuang dengan kepala yang terlalu aktif.
Yang perlu kamu lakukan bukan menghilangkan overthinking, tapi mengelolanya. Mulai dengan mengenali pola pikir kamu, berhenti menyalahkan diri sendiri, dan kasih waktu buat istirahat.
Pikiranmu bukan musuhmu. Dia cuma terlalu perhatian. Tapi bahkan perhatian pun perlu jeda.
Ingat, kamu nggak harus mikirin semuanya. Beberapa hal cukup dilewati, bukan dibedah.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI