“Bu, ternyata matahari bisa nyalain lampu, ya?”Pertanyaan polos ini datang dari seorang siswa SD Negeri Mangunharjo saat kami menyelesaikan kegiatan pelatihan alat peraga energi surya. Satu kalimat sederhana yang mengandung kekaguman, pemahaman baru, dan harapan—bahwa sains bisa dijangkau dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.
Menjawab Tantangan Energi dan Pendidikan Sains
Hari itu, saya bersama lima rekan dosen dari Politeknik Negeri Semarang berangkat menuju SDN Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Kami membawa semangat, alat peraga, dan tujuan sederhana: memperkenalkan energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), kepada siswa dan guru sekolah dasar.
Isu energi tak bisa hanya menjadi konsumsi kalangan teknokrat atau akademisi. Perubahan iklim dan krisis energi harus mulai dibicarakan sejak dini, termasuk di bangku SD. Sayangnya, banyak sekolah dasar yang belum memiliki media pembelajaran sains yang kontekstual, apalagi terkait energi surya. Di sinilah kegiatan pengabdian ini berperan.
Pelatihan yang Menghubungkan Teori dan Praktik
Kami menyusun pelatihan dengan tiga bagian utama yakni pengenalan teori energi matahari dan manfaatnya, praktik langsung merakit alat peraga PLTS, dan simulasi penerapan dalam pembelajaran sains.
Dengan alat yang sederhana dan bahan yang terjangkau, para siswa diajak merakit panel surya mini. Mereka menyambungkan kabel, menyalakan lampu LED, dan melihat hasilnya langsung di bawah sinar matahari. Gurunya pun tampak terkesan. “Kami jadi lebih paham bagaimana menjelaskan konsep energi alternatif secara nyata kepada anak-anak,” tutur salah satu guru.
Kolaborasi Ilmu Teknik dan Pendidikan
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antarbidang ilmu dari para dosen Polines—dari teknik energi, termodinamika, material, hingga pendidikan bahasa. Tujuannya bukan hanya mencerdaskan, tapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya energi bersih dan keberlanjutan lingkungan.
Refleksi: Energi Matahari dan Energi Belajar
Pengalaman hari itu memberikan pelajaran penting bagi kami: ketika siswa belajar sains melalui praktik langsung, pemahaman mereka tumbuh lebih kuat, dan rasa ingin tahu mereka menyala lebih terang. Di tengah keterbatasan sarana, inovasi kecil seperti alat peraga PLTS ini mampu membuka cakrawala baru. Kami percaya bahwa kegiatan semacam ini layak untuk terus didorong, direplikasi, dan dikembangkan di berbagai sekolah dasar lainnya. Mari kita nyalakan cahaya masa depan mulai dari Sekolah Dasar. Karena masa depan energi dan lingkungan tidak dimulai dari konferensi besar atau rapat kabinet, tetapi dari tangan-tangan kecil yang menyalakan lampu dengan energi matahari, sambil bertanya polos, “Bu, bisa nggak nyalain kipas juga?”
Catatan Penulis:
Kegiatan ini merupakan bagian dari Pengabdian kepada Masyarakat Mandiri Dosen Politeknik Negeri Semarang tahun 2025. Tim pelaksana: Erwan Tri Efendi (Ketua), Amrisal Kamal Fajri, Bah Evan, Diannisa Khoirum Sandi, Eri Prihatmini, dan Luqman Al Huda
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI