Mohon tunggu...
erhamkanugrahan
erhamkanugrahan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Rekayasa Perangkat Lunak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

DevOps di Kelas Mahasiswa: Transformasi Pembelajaran RPL Menuju Dunia Industri Nyata

14 Juni 2025   22:35 Diperbarui: 14 Juni 2025   22:35 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era transformasi digital saat ini, perusahaan teknologi berpacu untuk merilis produk lebih cepat, lebih stabil, dan lebih responsif terhadap perubahan. Salah satu kunci sukses dalam hal ini adalah praktik DevOps---sebuah pendekatan yang menyatukan proses pengembangan perangkat lunak (development) dengan operasional sistem (operations). Namun pertanyaannya, apakah dunia pendidikan---terutama dalam mata kuliah rekayasa perangkat lunak---sudah mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan tersebut?

Makalah berjudul "Introducing DevOps Techniques in a Software Construction Class" oleh Mark Hills dari East Carolina University menjawab tantangan ini secara konkret dan inspiratif. Dalam artikelnya, Hills menggambarkan bagaimana teknik DevOps diperkenalkan secara bertahap dalam mata kuliah Software Construction untuk mahasiswa pascasarjana. Tidak hanya sekadar teori, pendekatan ini membawa mahasiswa langsung praktik melalui tugas-tugas nyata seperti penggunaan Docker, Travis CI, dan Google Kubernetes Engine.

Mengapa DevOps di Kelas Itu Penting

DevOps bukan hanya sekadar alat atau sekumpulan teknologi, tetapi budaya kolaborasi dan otomatisasi dalam pengembangan perangkat lunak modern. Di banyak perusahaan, DevOps sudah menjadi standar. Dengan adanya praktik seperti continuous integration, automated testing, containerization, hingga continuous deployment, proses pengembangan menjadi jauh lebih cepat dan dapat diandalkan.

Namun, banyak mahasiswa lulusan teknik informatika masih merasa asing dengan dunia DevOps. Mereka mungkin sudah terbiasa menulis kode dan menggunakan Git, tetapi belum memahami bagaimana sistem dibangun, diuji, dikemas, dan dideploy secara otomatis dalam lingkungan nyata.

Inilah celah besar yang coba dijembatani oleh Hills melalui tugas-tugas berbasis DevOps dalam kelas. Alih-alih hanya belajar sintaksis bahasa pemrograman, mahasiswa diajak membangun alur kerja ala industri.

Belajar DevOps Lewat Praktik, Bukan Sekadar Teori

Dalam mata kuliah ini, mahasiswa mengikuti empat tugas utama yang secara bertahap mengenalkan mereka pada praktik DevOps. Semua berbasis proyek kecil bernama Hello-izer, aplikasi sederhana berbasis Java Spring.

  1. Tugas 1: Continuous Integration dengan Travis CI
    Mahasiswa mengkonfigurasi proyek agar terhubung dengan Travis CI. Begitu ada kode baru yang dikirim ke GitHub, Travis akan otomatis menjalankan tes. Ini mengajarkan mahasiswa prinsip fail fast, yaitu mendeteksi kesalahan secepat mungkin setelah perubahan dibuat.

  2. Tugas 2: Pembuatan dan Penggunaan Docker Container
    Mahasiswa membuat Dockerfile dan membangun container image dari aplikasi mereka. Kemudian, mereka menjalankan aplikasi di lingkungan terisolasi. Ini adalah pelajaran berharga tentang bagaimana aplikasi modern dikemas dan dikelola, terlepas dari OS atau konfigurasi mesin.

  3. Tugas 3: Deployment ke Kubernetes
    Mahasiswa menyebarkan container yang telah dibuat ke dalam Google Kubernetes Engine. Mereka belajar membuat klaster, melakukan load balancing, dan memahami bagaimana aplikasi berskala di dunia nyata.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun