Mohon tunggu...
Erfransdo
Erfransdo Mohon Tunggu... Lainnya - Journalist, Traveler

Penggiat aksara dan penggemar tualang | Chelsea fans

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Kejayaan Batu Akik dan Perasaan Keren Saat Memakainya

29 Januari 2022   07:27 Diperbarui: 29 Januari 2022   14:00 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iilustrasi batu akik | Sumber gambar : Pixabay

Beberapa waktu lalu saya sengaja membongkar gudang tempat di mana buku-buku saya semasa sekolah disimpan sekaligus untuk bernostalgia. 

Saya adalah tipe orang yang tidak rela kalau buku-buku saya semasa sekolah dibuang begitu saja apalagi harus dijadikan bungkus gorengan.

Di sela-sela saya merapikan dan membersihkan buku-buku yang sudah berdebu, saya tidak sengaja menemukan cincin legendaris yang pernah saya pakai saat masih sekolah dulu. Ya, nama cincin itu adalah cincin akik atau batu akik.

Saya pertama kali membeli batu akik itu sekitar tahun 2014an saat masih kelas 1 SMA yang bersamaan dengan boomingnya fenomena batu akik di mana-mana. 

Saat itu harga jual batu akik bisa dibilang melonjak drastis, bisa sampai miliaran rupiah. Namun merasa tidak punya banyak uang, saya pun hanya membeli batu akik yang paling murah saja di pasar sepulang sekolah. Kala itu banyak pelanggan yang mengerumuni penjual batu akik tersebut.

Alasan saya membeli batu akik, selain karena booming, saya merasa batu akik mempunyai bentuk yang indah dan unik. Kala itu saya sangat tertarik dengan batu akik blue safir. 

Di kelas pun, beberapa teman saya sudah menggunakan batu akik di jarinya. Bahkan ada satu siswa yang mengenakan lebih dari 3 batu akik di jarinya.

Banyak juga orang yang beranggapan bahwa orang yang mengenakan batu akik mempunyai "ilmu" yang tidak dimiliki kebanyakan orang. 

Kebetulan kakek saya pun mempunyai batu akik yang konon katanya memiliki kekuatan mistik di dalamnya. Sampai-sampai saya pun tidak berani untuk mengenakannya karena takut terjadi apa-apa. Hahaha.

Ketika pertama kali membeli batu akik, saya merasa senang dan puas. Setiap hari saya akan selalu mengenakan batu akik tersebut baik ketika sekolah, bermain, bahkan hingga beranjak ke kasur untuk tidur. Namun kala itu bagi saya batu akik hanya diburu oleh kaum-kaum senior alias sudah tuwir.

Saya pun sempat takut disangka kaum kakek-kakek ketika memakai batu akik tersebut. Namun karena kecintaan saya terhadap batu akik, akhirnya saya tidak peduli dengan anggapan tersebut. Toh banyak juga kaum muda baik laki-laki maupun perempuan yang mengoleksi batu akik.

Memakai batu akik membuat saya merasa memiliki keistimewaan tersendiri. Entah dari mana asalnya perasaan tersebut, saya merasa bangga saat mengenakannya di jari manis saya. 

Ada juga beberapa teman saya yang menganggap bahwa cincin saya tersebut mengandung kekuatan gaib. Ya, saya ngakak dibuatnya, mana ada kekuatan gaib. Tapi untuk sekadar lucu-lucuan, saya pun tidak membantah perkataan teman-teman saya tersebut. 

Dengan polosnya saya pun membenarkan bahwa batu akik yang saya pakai mempunyai kekuatan mistik meskipun saya sendiri tahu bahwa mereka tidak akan percaya 100%.

Kejayaan batu akik tidak berlangsung lama, sebab pada akhir tahun 2015 euforia batu akik sudah pudar begitu saja. Ketenaran yang dulu dibangun perlahan menurun seiring berjalannya waktu. 

Saya pun mulai menyimpan batu akik kesayangan saya di dalam lemari yang berisikan buku-buku. 

Harga jual batu akik yang dulu bombastis sekarang sudah sangat menurun drastis. Banyak penjual batu akik yang mengalami kerugian. 

Ketika melewati pasar dan pusat penjualan batu akik pun, saya melihat bahwa toko tersebut cukup sepi tidak seperti biasanya.

Batu akik sendiri mulai naik pamornya ketika kala itu (2010) presiden Indonesia ke-6 bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan cincin berupa batu bacan kepada Barack Obama selaku presiden Amerika Serikat sebagai cinderamata. Dengan fenomena tersebut membuat pamor batu bacan yang berwarna hijau tersebut menjadi meningkat.

Harga jual yang awalnya hanya berkisar ratusan ribu rupiah menjadi melonjak jutaan hingga ratusan juta rupiah. Bersamaan dengan itu, jenis batu akik yang lain pun ikut melonjak harganya. Hingga mulai berdatanganlah orang-orang pecinta batu akik, termasuk saya.

Kini kejayaan batu akik tersebut tinggal bersisa kenangan yang terlupakan. Meskipun begitu saya yakin pasti masih banyak orang yang gencar mengoleksi batu akik sebagai barang antiknya. 

Saya sendiri masih menyimpan batu akik yang pertama kali saya beli selama 7 tahun lamanya. Mungkin harga batu akik saat ini sudah tidak sebesar di kala masa-masa kejayaannya, namun benda tersebut masih akan tetap bernilai meski sudah habis dimakan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun