Mohon tunggu...
Erlina Febrianovida
Erlina Febrianovida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita yang masih harus banyak berbenah :-)

Moga yang saya tulis dan bagikan jadi maslahat serta pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin... :-)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Literasi untuk Semua

31 Mei 2021   21:40 Diperbarui: 31 Mei 2021   22:01 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini muncul kasus pengancaman terhadap seorang kurir. Saya pun mengetahui secara tidak sengaja di salah satu timeline dari aplikasi berita yang saya install di hp. Intinya pihak dari sisi kurir yakni Ekspedisi SiCepat Express mengatakan tidak akan menempuh jalur mediasi terhadap pelaku. Akhirnya saya cari-carilah beritanya yang ternyata sudah viral sebelumnya :-). Info terakhir yang saya dapat malah menyebutkan bahwa pihak Si Cepat tidak hanya melaporkan si Pelaku yang mengancam kurir mereka, namun Seller atau Toko yang dimaksud pelaku telah melakukan penipuan (karena barang yang dipesan tidak sesuai pelaku) juga dilaporkan.

Sekilas info ceritanya, si Pelaku adalah seorang pembeli online. Dia membeli online jam tangan dengan sistem COD, alias pembayaran baru akan terjadi saat barang diterima. Saat tiba barangnya, si pembeli melakukan pembayaran melalui kurir, namun saat dia membuka paketnya dia mendapati barang yang ia pesan tidak sesuai/kosong. Lalu si pelaku meminta kepada kurir tersebut agar dikembalikan. Tentu Pak kurir menolak karena dia tidak tahu-menahu soal barangnya atau mengenai kondisi isi paketnya. Akhirnya pelaku mengancam kurir dengan menggunakan pedang sebagai alatnya.

Sebenarnya perkara ini adalah remeh-temeh dan lumrah terjadi dalam pusaran belanja via daring. Namun, maraknya publik yang belanja online nyatanya belum diimbangi dengan pengetahuan yang cukup!. Disini menunjukkan juga bahwa Literasi masih jauh panggang dari api dalam lingkungan sosial kita sehari-hari.

Kenapa saya bisa bilang begitu?, ya karena kejadian diatas adalah salah satu bukti konkret belum cakapnya seseorang dalam memahami dan menyerap informasi seutuhnya yang diterima. Meskipun via online, pasti ada informasi lisan yang tertuang agar kita bisa memahami sebelum memutuskan membeli via online, dan pemahaman ini kurang ada di pelaku. Pelaku sebagai Pembeli Online menganggap Kurir sebagai salah satu dari Perwakilan Toko dimana dia membeli barang! Sehingga sah menurut si pelaku bila dia langsung komplain ke kurir. Pelaku belum sepenuhnya mengerti bahwa kurir adalah pihak lain dimana perusahaan tempat dia bekerja jauh banget korelasinya dengan toko tempat ia membeli barang. Si kurir bekerja di perusahaan Ekspedisi, sedangkan pelaku membeli barang (jam tangan) di toko yang menjual jam tangan. Mungkin pelaku hanya menilai secara kasat mata si Kurir-lah yang mengantarkan barang dan ia menerima pembayaran darinya kali ya?, jadi Begitu ada "something wrong" sama jam tangannya maka si kurir yang "digebuk". Mohon dikecualikan bila barangnya memang remuk oleh ekspedisi yaaaa..., lain kisah lagi :-D.

Baiklah, sebagai pengingat bersama... Saya copas 3 pengertian Literasi menurut pendapat lembaga pendidikan dan literasi dunia (saya ambil dari ruangguru.com) yang bisa kita jadikan juga sebagai salah satu pengetahuan umum :

1.UNESCO
Literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, terutama dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks diperoleh oleh siapa dan dari siapa.

2. Education Development Center
Literasi lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis. Lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu dalam menggunakan potensi dan kemampuan yang dimiliki di dalam hidupnya, dengan memahami literasi sebagai kemampuan dalam membaca kata dan membaca dunia.

3. National Institute for Literacy
Literasi adalah kemampuan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan, dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat.

Kalau kata mbak Najwa Shihab (dan saya setuju bingits penyederhanaannya) Literasi tuh kemampuan seseorang dalam menyerap informasi dan mengolahnya sehingga berguna untuk kehidupan. Cakep! :-D.

Literasi membuat seseorang mampu merespon dan memahami secara utuh suatu kondisi atau masalah di lingkungan sosial mulai dari unit terkecil yakni keluarga bahkan diri sendiri karena memang gak sekedar Calistung alias Baca Tulis Hitung.

Berangkat dari pemahaman ini pula, maka sudah seharusnya masing-masing dari kita punya kemampuan Literasi. Kalau dilihat kok kesannya berat ya? Eh padahal umum loh, mungkin karena istilahnya aja yakni Literasi yang belum lama ini populer, namun implementasinya sudah ada. Artinya seputar Literasi sudah ada sejak dulu, contoh :
- Tawuran antar warga kampung satu dengan yang lain gak perlu terjadi bila masing-masing pihak menerima informasi dengan utuh,
- Soalan Isu Babi Ngepet gak perlu sampai menyebabkan kegaduhan warga bila masing-masing diri cukup pengetahuan dan punya informasi yang berimbang
- Adu domba tidak bisa terjadi apabila masing-masing diri merespon kabar yang diterima secara utuh dan menggunakan telinga untuk mendengar secara sempurna!
Dan masih banyak lainnya...

Itu baru contoh offline ya, belum online. Gak kehitung berapa banyak yang asyik-masyuk dengan berita "hoax"! Disebarin lagi!. Offline saja masih banyak diantara kita yang belum sempurna dalam mencerna informasi, apalagi yang online, dunia yang tidak bisa disentuh secara fisik.

- Barang datangnya lama tapi memberi penilaian buruk ke penjual di poin pengiriman. Padahal penjual sudah tanggap dalam mengemas dan mengirimkan barang, namun dari Ekspedisinya memang ada keterlambatan,
- Barang yang datang tidak sesuai, lantas memaki-maki kurir, padahal kurir kerjaannya murni antar barang tok! Selain kejadian pengancaman diatas, yang juga belum lama viral adalah si Ibu berkerudung kuning (eh ini bukan generalisasi untuk semua ibu yang berkerudung kuning loh ya). Intinya sama seperti pada kasus pengancaman, pembeli salah sasaran dalam ber-komplain ria.
- Yang paling sering lagi adalah memberi penilaian buruk ke penjual karena barang tidak sesuai dengan "Ideal"nya pembeli. Kita suka sekali lupa bahwa kualitas yang baik tentu ada harganya. Jadi sesuaikanlah pula barang dengan harga pada umumnya. Harga tas dibawah 50ribu plis lah jangan ada ekspektasi sedikit pun setaraf clutch-nya Kate Middleton! (Eh ini lebay ilustrasinya :-D)
- Sering banget calon pembeli "enggan" membaca sehingga bertanya langsung ke penjual dimana jawaban sudah tertera pada kolom deskripsi barang. Dan ini masih jadi salah satu bukti kuat bahwa jangankan seutuhnya Literasi, lawong mbaca aja ogah :-D
- Adalagi kalimat yang senada dengan ini "kalau gak sabar jangan beli disini!", "Tidak menerima pembeli BPJS" (Bajet Pas-pasan Jiwa Sosialita), saya lupa kalimat utuhnya, tapi memang ada dan di tempatkan di halaman pembuka atau di salah satu header lapak si Penjual. Duh, saya paham memang ada pembeli yang ngeselin, tapi rentetan kalimat tersebut tetap tidak patut untuk dipamerkan oleh penjual yang salah satu prinsipnya adalah ramah dalam melayani. Dan gak semua lo pembeli yang datang sesuai deskripsi itu, iya kalau bener kayak gitu, kalau enggak? Kan bisa jadi dia cari di toko sebelah atau disebelahnya lagi :-D. Belum lagi jawaban "auto reply" dalam pesan yang capslock-nya On semua, alias huruf balok, rasanya pengen bales pakai bata merah atau hebel :-P

Dari soal ini saja jelas ya bahwa Literasi masih harus digiatkan, di semua aspek! tsah :-D. Padahal sekali lagi ini bukanlah hal baru, hanya istilahnya aja booming sekarang-sekarang ini, Literasi. Toh budaya Indonesia yang ramah-tamah sudah ada dari dulu, entah kenapa salah satu poin ini makin kesini kian luntur...

Dan menumbuh kembangkan Budaya Literasi gak hanya tugas dari Lembaga pendidikan semisal sekolah atau institusi selevel dengan itu loh ya. Tapi ya kita semua, karena Literasi emang Loooaassss...
Dimulai dari hal sepele, misalnya Baca gak sekedar baca, harus belajar sampai taraf pemahaman. Supaya apa? agar kita jadi tahu penggunaannya secara utuh. Contoh kasus pengancaman diatas umpamanya, kalau dari awal si Pelaku membaca dan dilanjutkan memahami siklus belanja daring, dipastikan dia akan komplain ke toko yang bersangkutan to ya? :-D

Literasi Dasar misalnya bisa kita mulai dengan memberi edukasi pada anak agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik lagi santun.

Literasi Media misalnya, mengupayakan terus agar kita dan keluarga mampu menyerap informasi secara utuh. Poin ini kalau kita sudah paham, maka segala bentuk penjajahan dalam bentuk "Hoax" Bisa sama-sama kita musnahkan :-D, gak main accept & share ajah :-D. Gak gampang terprovokasi hanya dengan mbaca judul tok karena Literasi secara gak langsung mengajarkan agar kita mutlak Cek dan Ricek lagi!,
Dan contoh khusus untuk yang berkecimpung dalam transaksi Online, maka permasalahan Literasi Belanja daring seperti kasus tersebut diatas bisa diminimalisir.

Dalam aspek Teknologi misalnya, dengan kita paham Literasi maka sedikit bisa membantu pemerintah karena gak perlu ada blokir-blokiran situs yang "nakal" lantaran dengan sendirinya kita punya kontrol dalam menggunakan Teknologi mana sih yang bikin maslahat dan sebaliknya.

Mengutip lagi dari ruang guru bahwa The Literacy and Numeracy Secretariat pada tahun 2009 menyatakan bahwa literasi pada akhirnya mampu membentuk masyarakat yang kritis dan dapat membantu mempersiapkan seseorang hidup dalam masyarakat berpengetahuan. 

Ya, bila kita sudah benar-benar memahami literasi, maka budaya literasi akan tumbuh dengan sendirinya. Dan dengan itu diharapkan kualitas pengetahuan semakin meningkat yang bisa menjadi sebab peningkatan kualitas hidup lainnya, termasuk menjadi bangsa yang semakin maju lagi bermartabat :-)

Salam Literasi

Template gambar dari Canva

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun