Mohon tunggu...
Ridwan Fasih Rasyid
Ridwan Fasih Rasyid Mohon Tunggu... -

Ekspresi rasa dengan tulisan. Suka Baca Tulisan Orang. Penulis 'freelance'. Musik, otomotif, sosial-budaya, biografi. ridwanfrasyid@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Rumah Hijau Tak Cukup Hijau Saja

25 November 2011   03:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

...Taman-taman nan menawan, itulah yang memberikan sumbangan ekologis kepada warga kota sebagai ruang terbuka hijau privat dan menjadi bagian dari ruang terbuka hijau kota...

[caption id="attachment_144455" align="aligncenter" width="502" caption="HIJAU Lahan Terbangun 70 Persen [Foto: Zack"]"][/caption]

Kompleks hunianberkonsep Rumah Ramah Lingkungan, kinimakin marak. Di Makassar sendiri, konsep inimenjadi pilihan para developer seiring dengan gong global warming.Agar calon user tertarik, pengembang melebeli perumahan yang mereka bangun dengan slogan HunianAsri, Rumah Taman, Kota Hijau, Kota Pohon dsb. (rumah pohon, ada nggak, ya?). Dalam brosur, pun tampak jejeran rumah dikelilingi pohon nan rimbun dan taman yang asri.Lalu, cukupkah itu semua?

Menurut Indonesia Property Watch (IPW),kompleks hunian berkonsep green propertydibangun di atas lahan yang diperuntukkan bagi kawasan hunian, bukan kawasan hijau atau daerah resapan air. Komposisi ruang terbangun dan ruang tidak terbangun sesuai peraturan tertentu, tidak bisa ditawar-tawar lagi (koefisien dasar bangunan maksimal 70 persen sehingga tersisa koefisien dasar hijau seluas 30 persen).

Syarat lainnya, kataseorang pemerhati Tata Ruang, developer membangun sistem pengendalian dan pengelolaan air yang memungkinkan sisa lahan tadi terserapi air hujan. Juga, pemakaian material yang dapat menyerap air. Masih ada lagi, pengelola rumah hijau juga hendaknya mempunyaisistem pengelolaan sampah dan limbah (daur ulang). Penggunaan material bangunan yang mengandung oksidan atau racun, diminimalkan. Hemat energi listrik, air bersih juga adalahsesuatu yang wajib.

Penggunaan material alam juga menjadi penting bagi konsep hunian bernafas ini. Material lokal akan lebih menyelaraskan karakter bangunan dengan lingkungan sekitar, seperti bangunan ekspos batu kali, batu bata, dan kayu untuk perpaduan kesan alami, atau semen, baja, dan kaca yang menampilkan wajah modern.

Go Green yang Ideal

Komposisi antara ruang terbangun dengan ruang tak terbangunagaknya, menjadi pilihan pertama bagi beberapa developer di Makassar. Muh Yusuf Mappasawang, Direktur Utama perusahaan pengembang Golden Hills,misalnya telah mengaplikasi rasio lahan 70-30 itu. Kompleks Golden Hills yang berlokasi di sekitar wilayah Telkomas ini, tutur Yusuf menempati tanah berkontur seluas 1,7 ha.

Ketersediaan area seluas 30 persen, menurut praktisi properti, Ir Muaz Yahyaakan memberi peluang terhadap rumah dan penghuni untuk bernafas lega. Sementara ruang hijau terbuka seperti yang tampak pada Golden Hills, “Dapat dikembangkan menjadi konsep taman sesuai kebutuhan penghuni, seperti taman bermain anak, taman air mancur dsb.”, terang Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Makassar ini.

Taman-taman nan menawan, itulah yang memberikan sumbangan ekologis kepada warga kota sebagai ruang terbuka hijau privat dan menjadi bagian dari ruang terbuka hijau kota.

Hunian ramah lingkungan, jelas Muaz lagi, juga membiarkan air jatuh sebanyak-banyaknya ke dalam tanah sekitar kompleks (zero run off). Setiap unit rumah memiliki sistem saluran air bersih, air kotor, dan air limbah yang dibuat terpisah. Air bersih dari pompa atau PAM langsung dialirkan ke bak penampung air. Biar hemat listrik sekaligus”, katanya.

Rekayasa air limbah inilah menjadi poin penting dalam konsep hunian ramah lingkungan. Pemerhati Tata Ruang Universitas Hasanuddin, Ir Ananta Yudhono, M Arch menyebutkan air bekas mandi dapat didaur ulang untuk digunakan kembali menyiram tanaman atau mencuci kendaraan. Sementara air bekas cuci pakaian atau alat makan, sambungnya ditampung dan disaring (netralisir) kemudian diresapkan secara alami ke dalam sumur resapan air memakai filter alami. “Seperti pasir, kerikil dan ijuk.”, begitu Ia memberi contoh.

Walau begitu, peran penghuni rumah juga tak kalah pentingnya. Mengolah sampah, terang Yudhonodilakukan dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya(zero waste). Sisa sayuran, buah-buahan, dan makanan diolah menjadi sampah organik untuk memupuki tanaman di taman rumah. Barang bekas pakai disisihkan untuk diberikan kepada pemulung,” sarannya pada sebuah seminar properti di Makassar, beberapa waktu lalu.

Jadi, peran penghuni rumah juga turut menentukan dalam mendirikan rumah hijau yang tak cukup jika hanya hijau saja.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun