Mohon tunggu...
Politik Artikel Utama

Membagi Kursi Menterinya; Manakah Janji yang Didustakan?

23 November 2015   09:13 Diperbarui: 23 November 2015   13:51 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap partai pendukung koalisi akan menuntut “jatah” menteri. Maka kabinet seperti ini umumnya akan menjadi kabinet yang tak mampu optimal bekerja. Disusun atas pertimbangan “yang sebaiknya”, bukan “yang seharusnya”. Seharusnya posisi menteri diduduki oleh orang-orang yang cakap. Akan tetapi demi stabilitas, Presiden sebaiknya menampung titipan partai-partai untuk mengisi jabatan tersebut.

Melihat permasalahan tersebut, apakah kita dan banyak orang pintar di negeri ini sebagai orang yang tahu tetapi ragu-ragu atau bahkan berpura-pura untuk tidak melihat akar permasalahan ini? Sedangkan diluar sana banyak orang yang tidak tahu atau tidak mengerti dengan sombongnya dan beraninya berkata sesuatu kebenaran yang sesungguhnya mereka sendiri tidak mengetahui kebenaran tersebut.

Mengutip dari pernyataan Betrand Russel bahwa penyebab utama dari suau permasalahan adalah ketika orang bodoh membesar-besarkan masalah dan seoalah-olah ia tahu akan permasalahan tersebut namun justru orang yang pintar ragu-ragu akan kebenaran yang ia tahu. Dalam konteks ini, kita sama-sama tahu bahwa sistem Presidential Treshold hanya akan menyuburkan praktek bagi-bagi kursi ini. Apa yang akan terjadi jika politik transaksional ini terus terjadi? Pernyataan “right man in the right place” tidak akan pernah ada karena kursi-kursi kepemimpinan ini hanya akan diisi oleh orang-orang yang tidak berkompeten di bidangnya dan hanya dipenuhi kepentingan-kepentingan pribadi dari partai-partai politik belaka tanpa melihat kepentingan rakyat.

Bangsa kita perlu pemimpin yang benar-benar mengerti permasalahan yang harus diselesaikan sesuai dengan kapasitas bidang mereka. Dengan menghapuskan sistem Presidential Treshold yang ada dalam sistem pemilihan Presiden, hal ini akan memudahkan partai politik untuk mencalonkan Presiden dan atau Wakil Presidennya tanpa dibatasi perolehan suara minimal, karena akibatnya akan seperti efek domino, berkelanjutan dan tidak terbatas. Negara ini membutuhkan putra-putri terbaik di bidangnya masing –masing untuk membangun bangsa ini lebih baik. Mari kita tempatkan pemimpin-pemimpin kita “yang seharusnya”, bukan “yang sebaiknya”.

---

Ilustrasi: shutterstock

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun