Mohon tunggu...
Saeful Rokhman
Saeful Rokhman Mohon Tunggu...

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aventura; Bagian 1

1 Oktober 2011   09:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Malam sudah larut, sebuah bis baru saja tiba di terminal bus Rio De Janiero. Hujan turun sangat deras saat itu. Kilatan cahaya halilintar diiringi gelegar suara gemuruh membuat malam itu semakin mencekam. Para penumpang satu persatu turun lalu segera meninggalkan terminal karena dijemput oleh kerabatnya. Sementara Arif masih berteduh di sebuah bangku kosong seorang diri.  Dia menggendong sebuah tas ransel besar. Di dalam terdapat, notebook, handphone, dan uang lima ratus dolar. Di sampingnya ada beberapa orang sedang bermain kartu. Mereka sesekali melirik ke arah Arif. Perasaannya semakin tak nyaman saja, jangan-jangan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Arif menghubungi temannya bernama Leo yang sudah berjanji untuk menjemputnya di terminal Rio De Janiero, namun ternyata ponselnya tak aktif. “Duh, kenapa HPnya gak aktif,” gerutunya. Leo mengiming-iming pekerjaan kepada Arif. Entah pekerjaan apa masih belum terlalu jelas. Leo bercerita padanya  tentang kesuksesan dirinya di Brazil. Akhirnya Arif pun memberanikan diri pergi ke negeri samba ini. “Duaaarrrrr”. Suara halilintar itu kembali menggelegar. Arif pun tergaget lalu menyebut asma Ilahi. Dia tak menyangka jadi begini urusannya. Apalagi Brazil terkenal dengan kriminalitasnya yang sangat tinggi. Warga Brazil tidak begitu menaati aturan-aturan negaranya karena memang tingkat kemakmuran rakyatnya masih rendah. Arif mencoba kembali menghubungi temannya namun kembali gagal. Dia kebingungan, ke mana harus pergi. Padahal baru pertama kali dia pergi ke negara ini. Ada beberapa orang bertubuh besar melewatinya. Mereka memandangnya sinis. Mungkin karena wajah Arif agak asing bagi warga Brazil. Terlihat dari kejauhan mereka membawa kayu-kayu balok, batu-batu besar dan ada pula yang membawa senjata tajam. Arif pun semakin gelisah. Setelah mereka berlalu, tiba-tiba terdengar suara keributan di ujung jalan. Ada hentakan batu dan teriakan orang terdengar begitu keras. Ternyata gerombolan tadi terlibat aksi baku hantam dengan gerombolan yang lain. Di tengah guyuran hujan, Arif berdiri menyaksikan mereka saling pukul dan mengejar satu sama lain. Namun tiba-tiba ada satu orang lari ke arahnya. Di belakangnya ada sejumlah orang yang mengejar penuh beringas. Orang itu terluka, sambil berlari dia memegang kepalanya yang mengeluarkan darah segar. Namun tiba-tiba orang tersebut menghampiri Arif lalu memberinya satu bungkus plastik hitam. Lalu pandangan mereka berbalik tertuju pada Arif. Mereka pun memburu Arif. Kontan Arif pun segera menghindar lalu berlari tak tentu arah. “Hey, saya gak ikut-ikutan.” Teriak Arif. Mereka tak menghiraukan teriakan Arif. Mereka mengira Arif masih satu komplotan dengan orang-orang itu. Ada dua orang yang berusaha mengejarnya. Dilihatnya ada yang membawa sebilah pisau besar. Arif berlari sekuat tenaga dan sekencang-kencangnya. Dia berbelok masuk dalam satu gang sempit, lalu menengok ke belakang ternyata hanya satu orang yang masih memburunya. Arif pun berhenti berlari. Kemudian berbalik arah lalu memutuskan untuk menghadapi orang tersebut. "Kalau kamu mau plastik hitam ini, ambillah." kata Arif. Orang itu semakin mendekati Arif. Dia berniat menghajar orang itu jika berbuat macam-macam dengannya. “Praaakkkk”, tiba-tiba dari arah belakang ada yang memukul Arif dengan botol. Dia pun jatuh tersungkur, tergeletak lalu tak sadarkan diri. Dua penjahat tadi lalu mengambil plastik hitam tersebut yang ternyata berisi pil ekstasi. Mereka lalu menaruh sedikit ekstasi tersebut ke dalam tas milik Arif. Setelah mengambil semua barang-barang berharga milik Arif lalu dua orang tadi berlalu meninggalkannya. Esok paginya, Arif pun sadar kembali. Dia mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Dilihatnya ada tiga orang personil polisi yang menjaganya. “Anda kami tangkap karena terlibat kasus jual-beli ekstasi.” Ujar seorang polisi dengan tegas. “Loh saya ini korban, pak.” Jawab Arif dengan suara lemah. “Semuanya ada buktinya, di dalam tas anda ada puluhan gram pil ekstasi. Anda pasti pengedar. Apalagi anda warga Negara asing, pasti ada kaitannya dengan jaringan narkoba internasional.” Tubuh Arif pun melemah lalu kembali tak sandarkan diri. *** Bersambung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun