Mohon tunggu...
E Prastowo
E Prastowo Mohon Tunggu... -

Suka mengamati teknologi informasi dan budaya. Ingin menjadi seorang anak, suami, dan ayah yang baik dengan tetap menjadi manusia Republik Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Facebook dan Twiteer Jadi Mata Amerika

22 Februari 2011   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:23 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara teknologi bukan tidak mungkin mematau media sosial dan tentu bukan sesuatu yang sulit bagi pemerintah AS untuk memonitoring milyaran percakapan online tersebut. Namun ada aspek yang tak kalah penting dari pekerjaan memantau itu, yakni melihat hubungan antara kondisi offline (baca=perkembangan sosial politik masyarakat) dengan materi pesan yang ada di media sosial.

Saat ini hampir setiap aktivis sosial dan intelektual sebagai agen sosial mempunyai akun di Twitter maupun Facebook, juga beberapa politikus baik pendukung maupun oposisi juga meramaikan media sosial dengan postingannya. Amati juga, setiap isu yang berkembang di ranah politik selalu memuncukan aneka group atau fan page baik bernada mendukung maupun anti. Namun dari sekian posting itu, seberapakah mempengaruhi para penguna media sosial dan dapat mengerakan mereka untuk menyepakatinya sebagai opini bersama hingga aksi bersama.

Disini memang yang dibutuhkan tidak semata memantau, juga mengerti kenapa Si ABG yang suka nongkrong di Mall itu mau membaca dan membicarakan posting tentang isu mafia pajak, kapan Si PNS yang rajin masuk tiap jam delapan pagi itu tiba-tiba mengeluhkan tentang ramainya pencapresan padahal pemilu baru akan diadakan tahun 2014, intinya mengerti antara realitas sosial politik yang ada di masyarakat dengan perbicangan mereka di media sosial.

Keberhasilan Mesir memanfaatkan media sosial karena memang perbincangan demokratisasi di media sosial itu nyambung dengan Mubarok yang terlalu lama berkuasa, juga keberhasilan dukungan Facebooker terhadap Bibit Chandra itu pas dengan keinginan masyarakat yang ingin melihat Indonesia bersih dari korupsi. Nah, memantau media sosial untuk mengetahui perkembangan sosial politik mau tidak mau juga harus mengerti tentang kondisi offline-nya, membaca pesan tentu harus mengetahui asal muasal dan kemana arahnya pesan itu bukan?

Berbicaralah di Media Sosial

Lepas dari urusan teknis maupun strategi pantau memantau, kebijakan AS maupun pemerintah negara lainnya untuk memperhatikan media sosial sebagai salah satu sumber informasi juga memberikan dampak yang strategis bagi para pengiat media sosial. Masyarakat hari ini mempunyai alternatif saluran pendapatnya.

Saluran pendapat atau aspirasi yang diformalkan dengan instrumen perwakilan di parlemen tidak lagi menjadi satu-satunya instrumen, yang belum tentu juga mereka mau menyampaikan realitas masyarakat apa adanya. Media sosial telah terbukti mampu menyalurkan pendapat umun menjadi sebuah sikap politik bersama.

Mau tidak mau, suka tidak suka, hari ini pemerintah manapun harus mau secara langsung membaca dan berbicara langsung dengan masyarakat melalu media sosial. Aneh bila ada pejabat yang mengkwatirkan dengan kehadiran media sosial. Karena justru yang harus dilakukannya adalah melibatkan diri di dalamnya, itu kalau mau mengetahui dan mengerti suara masyarakat atau dalam "bahasa aktivis" berada di tengah-tengah massa. Sama halnya dengan pemerintah AS, jangan hanya memantau tetapi juga berada dan berbicaralah di media sosial dengan masyarakat Indonesia.

(Untuk membaca tulisan lain dari penulis, silahkan kunjungi blog penulis di eprastowo.com )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun