Mohon tunggu...
Enok Ratnayu
Enok Ratnayu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Enok Ratnayu seorang ibu rumah tangga yang juga seorang guru. Tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, religi, psikologi, filsafat, sastra, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Menyontek di Kalangan Siswa

2 November 2023   15:52 Diperbarui: 2 November 2023   15:52 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BUDAYA MENYONTEK DI KALANGAN SISWA 

Ditulis oleh: Enok Ratnayu

 

BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang  


Budaya menyontek akhir-akhir ini semakin merebak di kalangan siswa. Hal ini terjadi karena adanya ruang dan kesempatan yang diberikan oleh pengajar, yang kemudian disalahgunakan oleh para siswa. Pada era digital ini, kemudahan untuk bereksplorasi dengan media yang dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi secara cepat, sering kali digunakan sebagai salah satu media menyontek; selain meniru atau mengambil jawaban teman untuk menyelesaikan tugas atau ulangan secara instan. Beragam aplikasi serta website telah menjadi alat yang digunakan sebagai media menyontek. 

Pada era Revolusi Industri 4.0 sekarang, terdapat kemajuan teknologi, salah satunya yaitu dengan terciptanya AI (Artificial Intellegence) yang semakin memudahkan manusia untuk melakukan pekerjaannya. Dengan kemampuan yang dapat menjawab hampir semua pertanyaan secara singkat dan akurat, membuatnya menjadi sarana siswa untuk menyontek. Semakin berkembangnya zaman, AI yang seharusnya hanya membantu suatu pekerjaan, mulai menjadi pilihan siswa dan masyarakat dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini memberikan berbagai dampak positif serta negatif. Dampak positif dapat diambil dari pekerjaan yang cepat selesai dan mudahnya informasi yang dapat diterima secara cepat dan akurat, yang kemudian memudahkan siswa untuk belajar hal baru, dan mengembangkan materi yang telah diterima. Namun, di sisi lain kemampuan AI membuat siswa dan masyarakat cenderung bergantung padanya, rasa malas mulai mendarah daging di lingkungan masyarakat, tidak terkecuali siswa. AI menjadi salah satu cara menyelesaikan pekerjaan secara mudah dan cepat tanpa membuat penggunanya kesulitan maupun bekerja keras. 

Strategi awal yang efektif untuk mencegah terjadinya budaya menyontek adalah pemikiran kritis dari pengajar untuk mengetahui dan memahami strategi menyontek yang digunakan oleh para siswa. Selanjutnya para pengajar harus mencari strategi/metode/trik/formula yang bisa memberikan pemahaman sekaligus menyadarkan siswa bahwa menyontek adalah hal negatif yang sangat berbahaya bagi masa depan; karena bila sudah menjadi kebiasaan, mereka tidak akan merasa bersalah lagi mengambil atau menggunakan hal yang bukan haknya. Lebih jauh lagi harus diingat bahwa menyontek adalah cikal bakal korupsi. 

1.2 Rumusan Masalah 

  1. Apa penyebab budaya menyontek marak terjadi di kalangan siswa? 

  2. Bagaimana strategi efektif untuk mencegah terjadinya budaya menyontek di kalangan siswa? 

1.3 Tujuan Penelitian 

  1. Untuk mengetahui penyebab maraknya budaya menyontek di kalangan siswa. 

  2. Untuk mengetahui strategi efektif dalam pencegahan terjadinya budaya menyontek di kalangan siswa. 

 

BAB II 

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 

 

2.1 Kajian Pustaka 

Dalam karya ilmiah ini, penulis melakukan penelitian untuk menggali informasi mengenai budaya menyontek di kalangan siswa dari masa ke masa. Penyebab menyontek hingga dampak budaya menyontek di kalangan siswa, melalui penelitian-penelitian terdahulu. 

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yudha Meydiansyah, "Fenomena Perilaku Aku Menyontek pada Pelajar Masa Kini Ditinjau dari Kepercayaan Diri, Efikasi Diri, dan Prokrastinasi : Sebuah Studi Literatur". Dalam penelitiannya, peneliti menemukan faktor terjadinya perilaku menyontek, yaitu faktor kepercayaan diri, efikasi diri, dan prokrastinasi pada pelajar. Perilaku menyontek akan semakin tinggi jika kepercayaan diri yang dimiliki seorang pelajar rendah, dan sebaliknya. Turun tangan dari seorang guru konseling juga dibutuhkan untuk tidak menyontek dan memberikan pemahaman yang lebih lanjut mengenai kepercayaan diri. 

Penelitian yang dilakukan oleh Sinta Huri Amelia, &Zulfriadi Tanjung, Ervina Riyant, Rize Azizi A.M, Maya Nova Nurva Novita, Ranny, yang berjudul "Perilaku Menyontek dan Upaya Penanggulangannya". Dalam penelitiannya, Faktor terjadinya perilaku menyontek adalah ketidakpercayaan diri dan menyontek dapat merusak kepercayaan diri. Menyontek merupakan kecurangan yang memiliki gejala dan bentuk yang bermacam-macam. 

2.2 Kerangka Berpikir 

Dalam penelitian ini, penulis mengangkat konteks budaya menyontek di kalangan siswa. Yang diangkat karena sebagai salah satu budaya tidak etis yang terjadi di kalangan siswa, dengan berfokus pada perilaku buruk yang dinilai tidak etis karena dikatakan sebagai upaya meraih keberhasilan dengan tidak jujur. Hal ini menjadi fokus karena sikap tidak jujur dapat menjadikan siswa menghalalkan segala cara untuk meraih keberhasilan dalam segala hal, terutama untuk meraih nilai yang baik tanpa belajar dan bekerja keras. Bahkan beberapa siswa di sekolah, menganggap budaya menyontek menjadi suatu hal yang lumrah terjadi, dan terus melakukan perilaku tersebut. 

Dalam penelitian ini, penulis meneliti beberapa hal, yaitu seputar penyebab terjadinya budaya menyontek dan strategi yang efektif untuk menanggulanginya. Dalam suatu fenomena yang terjadi, pasti ada penyebab di balik kejadian tersebut. Dengan fakta-fakta menyontek yang masih marak dilakukan sebagian besar siswa, maka kerangka berpikir yang berdasar oleh latar belakang, yaitu sebagai berikut: 

 

BAB III 

METODOLOGI PENELITIAN 

 

3.1 Metode Penelitian 

3.1.1 Heuristik 

3.1.1.1 Metode Kualitatif 

Menganalisis secara subjektif, dengan melakukan pencatatan langsung. Dalam penelitian ini, metode kualitatif diterapkan dalam kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu guru dan beberapa siswa, dengan memberikan pertanyaan yang bersifat kritis dan mengajak responden untuk memberikan pendapat, saran dan strategi dalam menanggulangi perilaku menyontek.

3.1.1.2 Metode Kuantitatif

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapat data angka dan persentase melalui survei lapangan dan kuesioner secara online dari responden. Penulis memberikan kuesioner secara online dengan media aplikasi google formulir yang ditujukan kepada sejumlah guru dan siswa di sekolah. 

3.1.1.3 Metode survei

Dalam penelitian ini, metode survei dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan data yang diterapkan pada pemberian kuesioner kepada responden yang telah ditentukan.

3.2 Tinjauan Pustaka 

3.2.1 Tinjauan Budaya Menyontek 

3.2.1.1 Terjadinya Tekanan Dalam Proses Belajar Mengajar 

Perilaku menyontek yang terjadi di kalangan siswa, tidak jauh dari adanya tekanan dalam melakukan KBM. Dalam kasus ini, siswa merasakan tekanan atas standar maupun harapan tinggi mengenai keberhasilan penyampaian materi KBM yang diberikan oleh guru. Tekanan dalam proses belajar mengajar, terutama dalam bidang akademik, yang mendorong siswa untuk mencari jalan pintas untuk mencapai hasil yang diinginkan. 

3.2.1.2 Kurangnya Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran 

Dalam KBM, ada kalanya siswa tidak memahami materi pembelajaran yang dipaparkan oleh guru. Hal ini kemudian mendorong siswa untuk melakukan tindakan menyontek demi mendapatkan hasil yang diinginkan, dan menghindar dari KKM. Yang dapat menghambat keinginan dan usaha siswa untuk membangun dasar pengetahuan siswa dalam memahami dan belajar. 

3.2.1.3 Pengaruh Perkembangan Teknologi 

Dengan perkembangan zaman yang telah berada di era Revolusi Industri 4.0, teknologi dan kecerdasan buatan, terutama internet, mempermudah siswa dalam menyontek dan mengakses serta menyalin secara cepat. Teknologi dan internet yang serba cepat dan serba bisa, disalahgunakan oleh siswa sebagai media menyontek. 

 

3.2.2 Pengertian Menyontek 

Perilaku menyontek, suatu tindak kecurangan dan perilaku yang menjadi cikal bakal korupsi, telah banyak ditemukan di kalangan siswa sejak zaman dahulu. Hal ini bahkan telah terjadi sebelum teknologi berkembang seperti zaman sekarang. Di zaman serba tersedia seperti sekarang, telah bermunculan alat-alat canggih yang dipergunakan untuk menyontek, salah satunya adalah gadget. 

3.3 Fokus Penelitian 

Fokus pada penelitian ini, yaitu pada budaya menyontek yang marak terjadi di kalangan siswa. Dengan perkembangan zaman yang terus maju dengan fasilitas teknologi yang memadai, penelitian ini berfokus pada budaya menyontek terutama dengan media online dan internet. 

 

3.4 Teknik Analisis Data 

3.1.1.1 Observasi 

Mengamati fenomena menyontek serta diikuti dengan pencatatan yang terstruktur. Penulis mengamati secara langsung fenomena budaya menyontek dari dekat dan mengumpulkan data serta informasi secara langsung. 

3.1.1.2 Memberi Kuesioner 

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapat survei dari responden. Penulis memberikan kuesioner secara online dengan media aplikasi google formulir yang ditujukan kepada sejumlah guru dan siswa di sekolah. 

3.1.1.3 Studi Jurnal dan Penelitian Terdahulu 

Studi jurnal adalah pengumpulan data berdasarkan sumber yang tertulis, berupa jurnal dan penelitian terdahulu. Penulis melakukan kegiatan studi jurnal dan penelitian terdahulu, dengan melakukan pencarian ke beberapa website jurnal dan kumpulan penelitian terdahulu. 

 

BAB IV 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

4.1 Hasil 

Responden dalam penelitian ini, terdiri dari dua kelompok yaitu siswa dan guru.

A. Siswa

Berdasarkan hasil perolehan data kuesioner dari 75 orang siswa SMKN 12 Malang yang terdiri dari 25 orang kelas X, 25 orang kelas XI, dan 25 orang kelas XII, diperoleh data sebagai berikut: 

Definisi menyontek menurut pendapat responden yaitu: 

  1. Mengambil jawaban orang lain yang digunakan sebagai jawaban sendiri 60%. 

  2. Melakukan tindakan curang atau tidak jujur dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang terbaik 11%. 

  3. Mengambil jawaban dengan melakukan copy paste dari google 16% 

  4. Tidak menjawab/ jawaban tidak sesuai 13%. 

Perilaku menyontek di kalangan responden: 

  1. Pernah menyontek 93%. 

  1. Tidak pernah menyontek 4%. 

  1. Tidak tahu/ragu-ragu 3%. 

Kuantitas menyontek di kalangan responden dalam setahun terakhir: 

  1. Tidak pernah 5%. 

  1. Jarang 65%. 

  1. Sering 28%. 

  2. Selalu 2%. 

Cara menyontek yang sering digunakan oleh responden: 

  1. Bertanya kepada teman 33%. 

  2. Melihat jawaban teman 8%. 

  3. Mencari di google 51%. 

  4. Bertanya pada AI (chat GPT) 8%. 

Alasan responden menyontek: 

  1. Malas belajar 25%. 

  2. Ingin mendapat nilai yang baik 15%. 

  3. Tidak percaya diri 60%. 

B. Guru

Dari 30 responden guru, diperoleh jawaban sebagai berikut: 

1. Menemukan siswa yang menyontek: 

a. Sering 90%. 

b. Pernah 10%. 

c. Tidak pernah 0%. 

2. Perilaku menyontek siswa yang pernah ditemukan: 

a. Menyontek jawaban teman 50%. 

b. Searching di google 33%. 

c. Menyontek dari catatan sendiri 17%. 

3. Strategi untuk menanggulangi perilaku menyontek: 

a. Mengumpulkan HP ketika KBM/ulangan 13%. 

b. Memberi sanksi bagi siswa yang ketahuan menyontek 23%. 

c. Memberikan soal yang bersifat critical thinking 13%.  

d. Memberikan soal secara differencial 10%. 

e. Memberi pemahaman/ nasihat tentang pentingnya berperilaku jujur 41%. 

4. Tanggapan guru terhadap perilaku menyontek di kalangan siswa: 

a. Tidak setuju terhadap perilaku menyontek 75%. 

b. Kebiasaan menyontek dapat menghalangi kekreativan dan inovasi siswa 15%. 

c. Membuat siswa memiliki karakter yang tidak baik dan menjadi  tidak percaya diri 10%. 

5. Saran guru kepada siswa dan sistem pendidikan dalam mencegah terjadinya budaya menyontek: 

a. Memberikan proyek yang membuat siswa berkreasi secara individu sesuai       kemampuan siswa 60%. 

b. Meningkatkan pendidikan karakter siswa dan menanamkan sikap antiplagiarisme 15%. 

c. Memberikan sanksi yang ketat terhadap pelaku menyontek 25%. 

 

4.2 Pembahasan 

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, maka hasil penelitian ini adalah:

A. Para siswa menyatakan bahwa:

  1. Menyontek adalah tindakan curang/tidak jujur dengan cara menggunakan jawaban /hasil kerja orang lain (baik teman maupun mengambil dari google), dijadikan sebagai jawaban/hasil kerja sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan nilai yang baik.

  2. Sebagian besar siswa pernah menyontek. Hal ini dibuktikan dengan 93% dari 75 orang responden menyatakan pernah menyontek; 4% menyatakan tidak pernah; dan 3% menyatakan ragu-ragu. Jadi hanya 4% siswa saja yang tidak pernah menyontek atau 3 orang dari 75 siswa.

  3. Kuantitas menyontek dalam setahun terakhir di kalangan responden adalah: tidak pernah 5%., jarang 65%, sering 28%. dan selalu 2%. Dengan demikian kuantitas menyontek di kalangan pelajar, saat ini cukup tinggi.

  4. Cara menyontek yang digunakan responden adalah: bertanya kepada teman 33%, melihat jawaban teman 8%, mencari di google 51%, dan bertanya pada AI (chat GPT) 8%. Dengan demikian kebanyakan para siswa menyontek dengan cara mencari dari google dan bertanya pada teman.

  5. Alasan para responden menyontek adalah: karena malas belajar 25%, ingin mendapat nilai yang baik 15%, tidak percaya diri 60%. Jadi kebanyakan para siswa menyontek karena tidak percaya diri dan malas.

B. Para guru,

  1. Menyatakan bahwa sering menemukan siswa yang menyontek 90%, pernah menemukan siswa yang menyontek 10%, tidak pernah menemukan siswa yang menyontek 0%. Dengan demikian semua guru pernah menemukan siswa yang menyontek.

  2. Menemukan cara menyontek siswa sebagai berikut: menyontek jawaban teman 50%, searching di google 33%, menyontek dari catatan sendiri 17%. Dengan demikian kebanyakan siswa menyontek dengan cara mengambil/meminta jawaban teman dan searching di google.

  3. Strategi yang dilakukan guru untuk menanggulang perilaku menyontek siswa adalah: mengumpulkan HP ketika KBM/ulangan 13%, memberi sanksi bagi siswa yang ketahuan menyontek 23%, memberikan soal yang bersifat critical thinking 13%, memberikan soal secara differencial 10%, dan  memberi pemahaman/ nasihat tentang pentingnya berperilaku jujur 41%. Dengan demikian strategi yang paling banyak dilakukan guru untuk menanggulangi perilaku menyontek siswa adalah memberi pemahaman/nasihat tentang pentingnya berperilaku jujur, disusul oleh mengumpulkan HP, memberi sanksi bagi siswa yang menyontek, memberi/membuat soal yang bersifat critical thinking, dan memberi/membuat soal secara differencial.

  4. Memberi tanggapan terhadap perilaku menyontek siswa adalah: tidak setuju 75%, menyontek dapat menghalangi kekreativan dan inovasi siswa 15%. membuat siswa memiliki karakter yang tidak baik dan menjadi  tidak percaya diri 10%. Jadi semua guru tidak menyetujui terhadap perilaku menyontek siswa.

  5. Menyarankan sistem pendidikan dalam mencegah terjadinya budaya menyontek adalah: memberikan proyek yang membuat siswa berkreasi secara individu sesuai kemampuan siswa 60%, meningkatkan pendidikan karakter siswa dan menanamkan sikap antiplagiarisme 15%, memberikan sanksi yang ketat terhadap pelaku menyontek 25%. 

 

BAB V 

KESIMPULAN DAN SARAN 

 

5.1 Kesimpulan  

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang berjudul BUDAYA MENYONTEK DI KALANGAN SISWA dengan tujuan untuk mengetahui penyebab maraknya budaya menyontek di kalangan siswa dan untuk mengetahui strategi efektif dalam pencegahan terjadinya budaya menyontek di kalangan siswa; adalah:

5.1.1 Penyebab maraknya budaya menyontek di kalangan siswa adalah:

  1. Karena malas belajar 25%.

  2. Ingin mendapat nilai yang baik 15%

  3. Tidak percaya diri 60%.

Jadi kebanyakan para siswa menyontek karena tidak percaya diri, malas, dan ingin mendapatkan nilai yang baik.

5.1.2 Adapun strategi yang digunakan guru untuk mencegah terjadinya budaya menyontek di kalangan siswa adalah:

  1. Mengumpulkan HP ketika KBM/ulangan 13%.

  2. Memberi sanksi bagi siswa yang ketahuan menyontek 23%. 

  3. Memberikan soal yang bersifat critical thinking 13%. 

  4. Memberikan soal secara differencial 10%. 

  5. Memberi pemahaman/nasihat tentang pentingnya berperilaku jujur 41%. 

Dengan demikian strategi yang paling banyak dilakukan guru untuk menanggulangi perilaku menyontek siswa adalah memberi pemahaman/nasihat tentang pentingnya berperilaku jujur, disusul oleh mengumpulkan HP, memberi sanksi bagi siswa yang menyontek, memberi/membuat soal yang bersifat critical thinking, dan memberi/membuat soal secara differencial.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah:

5.2.1 Bagi siswa:

Perilaku menyontek adalah hal negatif, karena itu harus dihindari. Para siswa harus berjuang melawan rasa tidak percaya diri dengan cara belajar dengan disiplin dan penuh tanggung jawab, mempersiapkan diri secara maksimal sebelum mengikuti KBM atau ulangan/ujian. Para siswa juga harus melawan rasa malas dengan cara menentukan tujuan belajar dengan pasti demi mencapai masa depan yang baik dan cemerlang. Nilai-nilai bagus yang ingin diraih harus diperjuangkan dengan jujur dan optimal sehingga membuahkan hasil yang baik dan bernilai/ber-value baik.

5.2.2 Bagi guru:

Para guru hendaknya berusaha menciptakan suasana dan strategi belajar yang dapat menghindarkan siswa dari budaya menyontek. Memberi pemahaman/nasihat tentang pentingnya berperilaku jujur dalam belajar, memberi sanksi bagi siswa yang ketahuan menyontek, memberikan soal ulangan/tes yang bersifat critical thinking, memberikan soal secara differencial, dan mengumpulkan HP ketika KBM/ulangan; merupakan beberapa strategi yang bisa ditempuh guru.

DAFTAR PUSTAKA 

Amelia, Sinta Huri, &Zulfriadi Tanjung, Ervina Riyant, Rize Azizi A.M, Maya Nova Nurva Novita, Ranny. 2019. "Perilaku Menyontek dan Upaya Penanggulangannya". https://jurnal.iicet.org/index.php/jrti/article/view/226/343, diakses pada 11 Oktober 2023. 

https://m.kumparan.com/amp/kumparannews/budaya-menyontek-di-kalangan-pelajar-dan-cara-mengatasinya-1xBux2hRkeZ 

Meydiansyah, Dwi Yudha. 2021. "Fenomena Perilaku Aku Menyontek pada Pelajar Masa Kini Ditinjau dari Kepercayaan Diri, Efikasi Diri, dan Prokrastinasi : Sebuah Studi Literatur". https://ejournal.unib.ac.id/j_consilia/article/view/16287, diakses pada 11 Oktober 2023. 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun