" Nasi goreng hari ini enak. Pakai telur dan selada. Cuman warnanya agak putih. Tidak terlalu mirip nasi goreng, " Â kata anak saya yang duduk di kelas 7 SMPN di kota kami.
Dibalik berseliwerannya cerita makan bergizi gratis (MBG) yang buruk khususnya soal keracunan makanan dan pemborosan anggaran, saya akan bercerita soal MBG versi anak saya.
Ketika sebulan lalu ada pengumuman dari WAG kelas, kalau anak-anak akan mendapatkan MBG terus terang saya ikutan senang juga. Bukan karena tidak perlu membuatkan bekal makan siang anak -- karena ya ada MBG pun tetap saya bekali makan siang tambahan ke sekolah -- tapi karena senang, akhirnya MBG yang selama ini hanya mendengar lewat berita akhirnya sampai juga.Â
Apalagi sebelumnya, selama di sekolah dasar (SD), tak pernah sekalipun mendapat MBG. Padahal MBG sudah ada sejak Januari 2025, tapi mungkin saat itu hanya di terima di beberapa sekolah dulu.
Selain soal bersyukur mendapa MBG, ada rasa  sedikit penasaran juga. Apa sih isi menu MBG? Apakah makanannya akan disukai anak saya yang agak pemilih soal makanan ini?
Namun, sejak awal pengumuman di WA grup, saya sudah menjelaskan ke anak saya, soal uang yang digunakan untuk MBG. Yang digunakan untuk MBG adalah uang rakyat, sehingga jangan sekali-kali membuang makanan MBG. Kalaupun tidak menyukai bisa diberikan kepada teman-teman lainnya. Tapi jangan dibuang kecuali memang makanan nya basi dan tak bisa dimakan.
Nyatanya, baru hari pertama MBG datang, anak saya sudah laporan bahwa MBG yang datang terlambat dan dikonsumsi sekitar jam 3-an ternyata ayam nya sudah nggak enak (versi anak saya). "Tapi aku berikan ke teman, malah habis," ujarnya sambil tertawa.
 Namun ternyata MBG-nya cuman 1 hari dan kemudian ada pengumuman libur dulu selama 1 minggu. Tidak jelas apa penyebabnya.
**
Minggu depannya MBG datang lagi. Dan tentu hingga hari ini.