Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis yang disukai, Menulis untuk membawa manfaat

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, Social Worker --- Tulisan santai dan serius juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kelas Menengah, Hidup Segan Mati Tak Hendak

2 Maret 2024   16:04 Diperbarui: 3 Maret 2024   01:20 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi potret kelas menengah (Foto: kompas.id)

Tulisan di Harian Kompas, yang menyebutkan ada 126 juta kelas menengah di Indonesia dan diprediksi susah naik kelas menjadi warga negara kaya, cukup memprihatinkan. 

Padahal kelas menengah ini sebenarnya kelas yang paling bisa "diandalkan" untuk kemajuan sebuah bangsa. 

Kelas menengah sendiri bisa diartikan sebagai sebuah kelas dengan individu dan rumah tangga yang biasanya berada di antara kelas pekerja dan kelas atas dalam hierarki sosio-ekonomi. 

Dalam budaya Barat, orang-orang yang berada di kelas menengah cenderung memiliki proporsi gelar sarjana yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang berada di kelas pekerja, memiliki lebih banyak pendapatan yang tersedia untuk dikonsumsi, dan mungkin memiliki properti. Mereka yang berada di kelas menengah seringkali bekerja sebagai profesional, manajer, dan pegawai negeri. (www-investopedia-com)

Artinya memang kelas menengah ini dari sisi pendidikan bisa dikatakan memang lebih baik dari masyarakat di bawahnya. Demikian juga dari sisi pendapatan.

Namun saya juga setuju dengan pernyataan admin Kompasiana: pada akhirnya kelompok kelas menengah ini jadi yang paling rentan saat pelambatan ekonomi terjadi: harga-harga naik, tetapi gaji tidak. Terlebih, kelompok kelas menengah ini tidak masuk data peserta program bantuan sosial pemerintah.

Memang demikianlah adanya. Tidak ada support pemerintah kepada kelas menengah ini, baik dalam kebijakan atau bantuan seperti kelas di bawahnya. 

Kemudian ketika harga-harga kebutuhan pokok, seperti saat ini, yang merangkak naik, tidak banyak juga yang sadar kalau kelas menengah sebenarnya cukup terimbas.

Kalau kelas dibawahnya ada bantuan sosial pemerintah bahkan pihak swasta, kelas menengah tentu saja harus gigit jari karena memang sekilas terlihat mampu secara ekonomi.

Tidak heran ketika jaman covid misalnya, ada seseorang yang menaruh berbagai sayuran di depan rumahnya dan membolehkan siapa saja yang memerlukan buat mengambilnya.

Tidak disangka banyak juga golongan yang selama ini dikira hidup berkecukupan saja akhirnya juga tanpa malu mengambil sayur-sayuran gratis tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun