Film, bahkan sekedari film pendek, bisa mengantarkan sebuah desa wisata menjadi lebih populer. Bukan hanya akan terjadi peningkatan wisatawan yang datang, perekonomian desa wisata-pun dipastikan meningkat.
Matahari masih tampak malu-malu menampakkan sinarnya. Udara pun masih terasa sangat dingin. Namun sebuah keluarga kecil -- dengan dua anak remaja-- tampaknya sudah siap bepergian sejak usai sholat subuh tadi.
Sebelum melaksanakan perjalanan, mereka menyempatkan mampir untuk menikmati seporsi ketupat Kandangan berlauk ikan haruan (gabus). Hidangan khas Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Memang, warung-warung pinggir jalan dengan menu sarapan seperti ketupat kandangan, nasi kuning ikan gabus , lapat (buras) , pundut nasi, lontong Banjar dan aneka kue tradisional rata-rata sudah membuka warung makannya sejak usai orang pulang dari mesjid untuk sholat subuh berjamaah.
Tak heran banyak para jamaah mesjid, yang kemudian langsung mampir sarapan berat atau sekedar menikmati teh manis dan wadai (kue) tradisional khas Banjar.
Keluarga kecil tadi menyelesaikan sarapannya dengan tergesa. Mereka rupa-rupanya akan menuju ke tempat wisata di Kandangan : Â Air Terjun Haratai. Perjalanan pagi tentu lebih nyaman.
Air terjun ini terletak di desa wisata Haratai Kecamatan Loksado, HSS, Kalsel. Air terjun Haratai sendiri adalah air terjun bertingkat tiga, yang dikenal sangat deras dan dingin di desa wisata Haratai, berderetan dengan pegunungan Meratus.
Dari titik start mereka, di kota Kandangan HSS, desa wisata Haratai bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam-an saja atau berjarak 38 km. Â Namun jangan salah, mobil tak bisa langsung menuju tempat wisata tersebut.
Keluarga kecil ini dari Kandangan harus menuju ke terminal Loksado terlebih dahulu. Maklumlah, mobil hanya sampai disitu. Selanjutnya perjalanan bisa menggunakan kendaraan roda dua dengan ojek. Perjalanan ke Haratai memang hanya bisa ditempuh dengan kedaraan roda dua milik pribadi, ojek atau jalan kaki.