Mohon tunggu...
Enma Shafiana
Enma Shafiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta tapi Beda #2

26 Mei 2015   12:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keyakinan akan Tuhan bahwa Dialah Yang Maha Memperhitungkan adalah benar. Tuhan akan memperhitungkan setiap usaha dan do’a yang kita lakukan bahkan setiap tetes keringat yang kita kucurkan di setiap detiknya. Hari demi hari tentang cintaku terhadap seseorang kian hari kian merajai kerajaan hati ini, namun tetap aku simpan, tak satupun temanku bahkan sahabatku yang mengetahuinya. Hanya kadang ketika perasaanku mulai tak terbendung, aku suka mencurahkannya ke dalam sebuah tulisan dalam diary pribadiku. Namun dilain sisi, aku tetap berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari dan berharap aku menjadi wanita yang pantas mendampinginya. Tuhan menjawab akan do’a dan usahaku. Di tahun kedua setelah kami berkenalan, akhirnya dia mulai melihatku, mulai memperhatikan keberadaanku, bahkan dari hari ke hari dia memberiku perhatian yang lebih dan semakin lebih. Iya lelaki yang ku impikan disetiap detik itu sering dipanggil Hendra, dari nama panjangnya I Dewa Agung Made Mahendra. Tepat sekali, dari nama panjangnya pasti bisa ditebak bahwa dia berasal dari Bali. Sedangkan aku sendiri biasa disebut dengan nama Zahra berasal dari keluarga muslim, kedua orang tuaku asli pribumi tanah Jakarta alias Betawi. Sejak awal aku mengetahui betapa tingginya benteng yang menjadi pemisah diantara kami, namun entahlah, bagaimana aku sendiri tak bisa menyelaraskan antara hati dan pikiran yang ku miliki, masing – masing berkehendak lain.

Hari yang sangat istimewa bagiku yang membuatku tersanjung, namun juga membuatku sedikit sedih sekaligus rindu. Yang membuatku tersanjung adalah saat dimana pertama kalinya, diam – diam pria itu mengambil fotoku dari kamera smartphonenya. Tapi sehari kemudian aku merasakan ada sedikit kehilangan karena sejak saat itu aku jarang sekali melihatnya dikantor, kadang bisa satu sampai dua minggu dia tidak datang. Kami jarang bercakap – cakap seperti biasanya, lama rasanya tak kudengar canda tawanya. Aku ingin sekali bertanya pada salah satu temanku, namun selalu kuurungkan niat itu biarkan sampai salah seorang diantara kami memulainya. Namun tak kunjung juga ada pembicaraan tentangnya.

Suatu pagi Hendra datang ke kantor, menyapaku dan sempat kami bercakap – cakap. Ku tanyakan kenapa beberapa minggu ini tak datang ke kantor, tapi bukan jawaban yang ku terima malah dia mencubit pipiku dengan nakalnya. Oh Tuhan, jantungku rasanya terlalu kencang berdetak sampai – sampai aku lemas tak berdaya. Belum selesai sampai disitu kejutan yang kuterima dua jam kemudian aku dibuat seakan bermimpi dengan adanya meeting yang sudah menjadi rutinitas ditanggal satu setiap bulannya. Adapun jawaban dari tanyaku beberapa minggu ini terjawab pada saat meeting tersebut. Seketika tubuhku terasa ringan dan seperti melayang, saat manager departemen kami menyampaikan bahwa Hendra dipercaya untuk menjadi kepala kantor cabang baru yang lokasinya di Denpasar, Bali. Mendengar berita itu aku bangga sekaligus kecewa. Perasaanku menjadi semakin tak menentu, membayangkan hari – hari tanpa Hendra rasanya akan sulit……. To be continue


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun