Kepemimpinan di Era Visual: Tantangan dan Realita
Di era sekarang yang serba visual, pemimpin sering dinilai dari kemampuan berbicara yang meyakinkan, penampilan keren, atau seberapa populer seseorang di media sosial. Tapi, apakah itu sudah cukup? Paus Fransiskus memberikan jawaban yang berbeda. Menurutnya kepemimpinan bukan soal kekuasaan, melainkan tentang keberanian untuk melayani.
Profil Singkat Paus Fransiskus
Paus Fransiskus yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio ini adalah Paus ke-266 Gereja Katolik. Dia mulai menjabat sejak Maret 2013 dan memimpin sampai wafatnya pada tahun 2025 (Namsi, n.d.). Dia Paus pertama dari ordo Serikat Yesus (Jesuit), serta Paus pertama dari Amerika Latin dan luar Eropa sejak abad ke-8. Kesederhanaan pemimpin tertinggi Gereja Katolik ini terlihat ketika dia menolak tinggal di Istana Apostolik yang megah dan memilih tinggal di rumah tamu yang sederhana. Dia juga nggak mau pakai mobil mewah, lebih sering naik mobil kecil seperti Fiat, bahkan kadang berjalan kaki (Ohoitimur, 2024). Ini bukan sekadar pencitraan, tapi wujud nyata dari spiritualitas inkarnasi Tuhan yang datang dan tinggal bersama umat-Nya. Paus Fransiskus nggak cuma bicara soal kesederhanaan, dia benar-benar menjalankannya.
Semboyan Kepemimpinan: Miserando Atque Eligendo
Paus Fransiskus dikenal dengan semboyan nya yaitu "Miserando atque eligendo" yang berarti "Dengan penuh belas kasih, Ia memilih", Â semboyan ini menjadi fondasi kepemimpinannya yang tidak berpusat pada status atau kekuasaan, melainkan pada panggilan untuk melayani dalam kasih.
Landasan Dokumen Gerejawi tentang Kepemimpinan Kristiani
Kepemimpinan Paus Fransiskus lebih mengutamakan aksi nyata dan pelayanan tulus sangat selaras dengan Seri Dokumen Gerejawi No. 119. El Servicio De La Autoridad Y La Obediencia (Pelayanan Kepemimpinan dan Ketaatan) menegaskan bahwa kepemimpinan kristiani adalah pelayanan yang mengutamakan kasih, kerendahan hati, dan sikap bertanggung jawab, bukan kekuasaan atau dominasi semata.
"Pelayanan otoritas bukanlah bentuk dominasi, melainkan panggilan untuk melayani dengan rendah hati dan mengarahkan umat kepada kebaikan bersama. Ketaatan bukanlah penyerahan buta, tetapi sikap penuh kesadaran yang mendukung harmoni dan pertumbuhan rohani." (El Servicio De La Autoridad Y La Obediencia, 2019)
Kepemimpinan Paus Fransiskus yang menekankan pelayanan dan kesederhanaan juga sejalan dengan ajaran dalam dokumen Seri Dokumen Gerejawi No. 64: Imam, Gembala, dan Pemimpin Paroki yang diterbitkan oleh Kongregasi Klerus (2002). Dokumen ini menegaskan bahwa imam sebagai gembala dan pemimpin paroki memiliki tugas sakramental yang khas, yaitu mewakili Kristus Kepala dan Gembala dalam pelayanan kepada umat. Dokumen tersebut menjelaskan:
"Tugas imam sebagai gembala adalah menggembalakan kawanan Allah yang dipercayakan kepadanya bukan dengan paksaan, melainkan dengan sukarela, tidak sebagai penguasa, melainkan dengan kesaksian yang patut dianut" (Seri Dokumen Gerejawi No. 64, hlm. 17). Peran imam sebagai pemimpin bukanlah soal kekuasaan atau dominasi, melainkan pelayanan yang penuh kasih dan tanggung jawab.
Pemimpin yang Mendekat, Bukan Menjauh
kepemimpinan Paus Fransiskus juga berakar pada Injil seperti melayani, mengasihi, membela yang lemah, hidup sederhana, dan menginspirasi perubahan nyata. Kepemimpinan Paus Fransiskus sangat selaras dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Kitab Suci, khususnya teladan Yesus Kristus sebagai pemimpin pelayan. Dalam Injil Matius 20:26-28, Yesus menegaskan, "Tidaklah demikian di anatar kamu, Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu: sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk mrmbrtikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Prinsip inilah yang dihidupi oleh Paus Fransiskus dan menampilkan kembali model kepemimpinan Yesus yaitu pemimpin sebagai pelayan. Ia tidak memerintah dari atas, tetapi hadir di bawah, bersama, dan di antara kaum miskin, penderita HIV, kelompok marjinal, ia juga mengunjungi pengungsian, mencuci kaki narapidana, berbicara lembut kepada anak-anak, dan merangkul umat yang disakiti oleh skandal gerejawi.
Relevansi Kepemimpinana Paus Fransiskus dalam dunia modern
Paus Fransiskus menjadi simbol kepemimpinan transformatif di tengah dunia yang penuh tantangan dan perubahan. Gaya kepemimpinannya yang rendah hati, sederhana, dan penuh empati menginspirasi jutaan orang dari berbagai latar belakang untuk menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian. Ia menunjukkan bagaimana pemimpin harus berani mengakui kesalahan, membawa perubahan nyata, dan menyuarakan kebenaran, bahkan dalam isu global yang kontroversial. Dari mencium kaki pengungsi, berbicara lantang tentang krisis iklim, hingga menyerukan perdamaian dunia. Kehadiran Paus Fransiskus mengajarkan bahwa menjadi pemimpin di era modern memerlukan ketulusan, keberanian moral, dan aksi nyata. Â
Melalui ajaran dan tindakannya, Paus Fransiskus tidak hanya membimbing umat Katolik, tetapi juga dunia, menuju kehidupan yang lebih damai, adil, dan harmonis. Kepemimpinannya yang sederhana dan dekat dengan rakyat menjadi teladan bagi pemimpin masa kini dan masa depan untuk mengedepankan kasih, keadilan, dan solidaritas dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI