Contohnya, seorang siswa kelas VII yang awalnya gemetar saat ditunjuk sebagai pengibar bendera. Setelah latihan berulang kali, ia mampu melangkah mantap dan mengibarkan bendera dengan gagah pada hari lomba. Sejak saat itu, ia lebih berani berbicara di depan kelas.
Menang atau Kalah tetap Belajar
Lomba tentu menghasilkan pemenang. Ada kelas yang membawa pulang piala, ada pula yang tidak. Namun justru di situlah siswa belajar sportivitas dan semangat juang.
Beberapa kelas kecewa karena tidak menang meski sudah berlatih keras, tetapi mereka tetap membeprikan tepuk tangan untuk kelas lain yang berhasil. Guru pendamping pun menekankan bahwa perjuangan mereka jauh lebih berharga daripada sekadar juara.
Peran Guru yang tak Tergantikan
Dalam semua proses ini, peran pendamping akademik atau wali kelas sangat besar. Mereka tidak hanya mengawasi, tetapi juga memberi masukan, memotivasi, bahkan membantu melatih intonasi bagi pembina upacara.
Guru menjadi saksi perubahan siswa, dari yang pemalu menjadi percaya diri, dari yang santai menjadi disiplin, dan dari yang individualis menjadi lebih peduli pada teman satu tim.
Kuatkan KarakterÂ
Dari luar, lomba upacara bendera mungkin terlihat sederhana. Namun di balik itu semua, ada banyak karakter atau nilai kehidupan yang lahir, disiplin, kerja sama, tanggung jawab, nasionalisme, percaya diri, dan sportivitas.
Semua itu tidak akan tertanam hanya dengan teori di kelas, tetapi harus dialami sendiri lewat kegiatan nyata. Lomba ini telah menjadi laboratorium pendidikan karakter yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, kemenangan hanyalah bonus. Yang lebih penting adalah nilai-nilai kehidupan yang akan selalu diingat siswa, bagaimana mereka tertawa bersama saat salah gerakan, bagaimana mereka rela pulang sore untuk berlatih, dan bagaimana mereka bangga bisa tampil gagah di lapangan.