Kekompakan, Kunci Utama
Upacara bendera tidak mungkin sukses kalau hanya mengandalkan satu orang. Semua petugas harus bergerak serempak, dari pemimpin pasukan yang memberi aba-aba, pengibar bendera yang harus tepat waktu, hingga pembaca doa yang harus jelas suaranya.
Awalnya, banyak yang menganggap remeh. Ada yang tertawa ketika temannya salah langkah. Namun perlahan mereka sadar bahwa kekompakan hanya bisa tercapai jika saling mendukung. Dari sinilah mereka belajar arti kerja sama yang sesungguhnya.
Pembina Upacara dari Siswa SendiriÂ
Biasanya pembina upacara adalah guru, tetapi kali ini semua posisi diisi siswa. Itu artinya ada siswa yang harus berdiri di depan banyak orang, berbicara lantang, dan memberi amanat dengan penuh wibawa.
Tidak semua berani, ada yang sempat menolak. Namun justru di situlah kesempatan belajar. Misalnya seorang siswi kelas IX yang awalnya ragu, setelah berlatih berhari-hari akhirnya bisa tampil percaya diri. Pengalaman ini mengajarkan bahwa kepemimpinan lahir dari keberanian mengambil tanggung jawab.
Rasa Nasionalisme yang Tumbuh
Berhari-hari berlatih baris-berbaris dan menghafalkan teks membuat siswa semakin menghayati arti upacara bendera. Mereka tidak hanya sekadar mengibarkan bendera atau menyanyikan lagu kebangsaan, tetapi melakukannya dengan kesungguhan.
Dari sikap tegap, suara lantang, hingga rasa hormat yang tulus, lahir nasionalisme yang tumbuh dari hati, bukan hanya dari teori buku pelajaran.
Dari Pemalu Jadi Percaya Diri
Ada pula hikmah lain yang sangat terasa, rasa percaya diri. Bagi siswa pemalu, tampil sebagai petugas upacara adalah hal yang menegangkan. Tapi dengan latihan yang terus-menerus, mereka akhirnya berani.