Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

UN Ditiadakan, Saatnya Guru Menjadi Penilai yang Sebenarnya bagi Kelulusan Peserta Didik

12 Februari 2021   17:26 Diperbarui: 12 Februari 2021   17:50 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa membuat minuman herbal. Dokumen pribadi

Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah resmi meniadakan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan melalui Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2021. Surat Edaran yang ditandatangai Mendikbud pada tanggal 1 Februari 2021 tersebut juga disertakan bagaimana pelaksanaan Ujian Sekolah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid -19.

Menindaklanjuti surat edaran tersebut, Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Surat Edaran Nomor: B-298/DJ.I/PP.00/02/2021 memutuskan juga meniadakan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN). Ujian ini khusus untuk mata pelajaran agama, yaitu Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Al Quran Hadist, Akidah Akhlak, Fiqih dan Bahasa Arab.

Sebagai konsekuensi keputusan tersebut, selanjutnya mekanisme kelulusan peserta didik tahun pelajarn 2020/2021 ini ditentukan oleh tiga syarat. Pertama, peserta didik menyelesaikan program pembelajaran pada masa pandemi covid-19 yang dibuktikan dengan nilai rapor tiap semester. Kedua, mempunyai nilai perilaku minimal baik. Dan ketiga, mengikuti ujian sekolah atau madrasah yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan.

Keputusan ini menurut saya merupakan terkabulnya doa-doa guru di tanah air kita. Bila tahun-tahun sebelumnya nyawa kelulusan peserta didik ada di leher ujian nasional. Guru tidak berhak membuat soal meskipun gurulah yang paling tahu dengan kondisi anak didiknya. Bahkan guru juga tidak mempunyai kewenangan sama sekali dalam memutuskan nilai di lembar Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN).

Pandemi covid-19 memberi hikmah bagi guru untuk menujukkan bahwa guru mempunyai kemerdekaan untuk mengajar, mendidik dan menilai peserta didik sesuai dengan kondisi dan tuntutan masyarakat.

Dengan dihapuskannya ujian nasional, memberi keleluasaan bagi guru untuk menjawab apa yang diinginkan peserta didik. Guru mendapat kelonggaran untuk memberikan setiap solusi terhadap permasalahan anak.

Ketika ujian nasional sebagai penentu kelulusan, bentuk soal yang diberikan peserta didik sama. Padahal permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi peserta didik dari masing-masing satuan pendidikan berbeda. 

Tentu tantangan dan harapan peserta didik pun berbeda pula. Peserta didik yang tinggal di daerah pantai, pegunungan dan perkotaan jelas berbeda tuntutan sosial dan budayanya.

Sementara itu isu perkembangan pendidikan di tingkat dunia mengharuskan peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional tuntutan kehidupan masa depan. Oleh karena itu, standar penilaian juga harus mengalami perubahan, yaitu dengan mengedapankan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thingking Skills). Sehingga apa yang telah dipelajari peserta didik dapat mendorongnya untuk menghubungkan materi pelajaran dengan kebutuhan dunia nyata.  

Disisi lain hasil studi internasional Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2015 dan 2018 menunjukkan bahwa prestasi literasi membaca, literasi matematika dan literasi sains yang dicapai peserta didik masih rendah.

Nah, berdasarkan kenyataan tersebut, guru sebagai penentu utama kelulusan dan tujuan pendidikan nasional. Guru bisa mengembangkan kemampuan berpikir tinggi peserta didik dengan mengangkat permasalahan sains, sosial dan budaya yang ada di sekitar peserta didik dengan mengaitkan indikator mata pelajaran. 

Guru bisa meningkatkan kreativitas peserta didik dengan melihat peluang usaha yang ada di sekitarnya. Melalui permasalahan yang nyata tersebut, guru juga bisa membangun kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi laporan percobaan. Melalui metode ATM (amati, tiru dan modifikasi), peserta didik diharapkan bisa memanfaatkan media sosial untuk bisa dijadikan sarana belajar dan praktik membuat suatu produk yang bisa dimanfaatkan oleh lingkungan. Misalnya saat pandemi seperti ini, peserta didik bisa melihat peluang bisnis hand sanitizer, masker, atau minuman hebal meningkatkan imunitas tubuh.

Hasil dari percobaan tersebut, peserta didik akan mendapatkan pengalaman nyata ilmu pengetahuan laporan percobaan, keterampilan menulis dan praktik membuat produk yang bermanfaat, serta kemampuan analisis mencari peluang usaha yang bisa menghasilkan uang. Serta sikap positif kemandirian dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.

Melalui pembelajaran yang nyata tersebut guru sudah melaksanakan penilaian sebagai syarat kelulusan siswa, yaitu ketuntasan materi pada kompetensi dasar yang nantinya akan menjadi acuan dalam mengisi rapor peserta didik, serta nilai sikap selama proses pembelajaran.

Karena memang penilaian tidak hanya difokuskan pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar. Untuk penilaian sikap ini, peserta didik juga bisa dilibatkan dalam proses penilaian terhadap dirinya sendiri sebagai sarana untuk melatih kejujuran.

Berikutnya, untuk soal-soal yang akan dikerjakan peserta didik dalam ujian sekolah yang diselanggarakan oleh satuan pendidikan. Guru bisa mengembangkan bentuk pertanyaan dengan stimulus teks yang mengangkat tema persoalan alam, sosial, dan budaya yang sedang hangat dialami oleh peserta didik atau daerah masing-masing.

Sebagai penguatan literasi, guru bisa membuat teks  dengan tema permasalahan-permasalahan tersebut sebagai stimulus soal. Misalnya persoalan yang sedang hangat di wilayahnya masing-masing, seperti tentang hujan, banjir, sampah, cuaca, lingkungan hidup.

Dalam teks tersebut guru juga bisa menyisipkan pesan-pesan penanaman karakter mulia, seperti kewajiban beribadah sebagai umat beragama, berbakti kepada orang tua, bergaul yang baik dengan teman, adab terhadap orang yang lebih tua, kepedulian terhadap lingkugan, tolong menolong, dan lain sebagainya.

Bila teks dan pertanyaan yang dikerjakan peserta didik ini berhubungan dengan pengalaman nyata, meskipun tidak langsung bisa mengubah cara pandang dan sikap peserta didik terhadap kehidupan sehari-hari. Namun hal ini telah memberi pengetahuan dan nasihat bagi peserta didik bagaimana seharusnya menjadi pribadi yang baik.

Demikian artikel sederhana ini, kita semua berharap, dengan ditiadakannya ujian nasional ini, akan membawa pendidikan di negeri ini semakin baik. Gurunya menjadi lebih inovatif dan kreatif, mampu mengantarkan peserta didik menjadi anak yang berkompentesi dibidangnya, serta berakhlakul karimah. Amin.

Blitar, 12 Februari 2021

Enik Rusmiati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun