Mohon tunggu...
Eneng Humaeroh
Eneng Humaeroh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan langkah pertama

Kehidupan hanya sebuah perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Niat Ibadah ke Tanah Suci, Malah Tertipu?

3 April 2023   23:38 Diperbarui: 4 April 2023   04:27 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penulis melihat kecerobohan bukan hanya pada pemerintah semata yang cenderung menutup mata terhadap berlangsungnya aktivitas penyelenggaraan umroh dan haji secara ilegal. Masyarakat pun sama lengah dan lemah pengetahuan terhadap aturan yang berlaku.

Ironisnya penipu didukung oleh para asatid, marbot mesjid, jamaah pengajian dan pengurus-pengurus ormas Islam yang turut memarket keberangkatan umroh. Yang menjadikan iris mereka tergiur dengan metode janji cashback, misalnya setiap merekrut satu calon jamaah mendapat cashback Rp 1 juta, atau setiap membawa 10 jamaah maka dapat satu tiket keberangkatan.

Metode ini sukses menggiring para asatid turut menjadi broker ibadah umroh dengan harapan dapat berangkat tanpa biaya. Yang lebih mengerikan lagi arisan umroh. 

Ada beberapa kelompok yang mengadakan arisan umroh, dengan modal satu atau dua juta sudah bisa berangkat umroh. Ada juga penyelenggara umroh yang memberikan metode kredit atau sistem cicil. Pengalaman penulis ketika mencoba menyampaikan pandangan  terkait dengan metode-metode tersebut tidak rasional dan umroh bukan ibadah  paksa karena belum mampu secara financial maka menggunakan cara-cara yang melanggar norma-norma agama dan aturan yang ditetapkan agama, langsung ditolak dan dijauhi karena dianggap tidak satu frekuensi dengan mereka.

Ibadah haji (atau didalamnya umroh) hanya boleh dilaksanakan oleh seorang mu'min yang sudah mampu, baik mampu secara financial dan mampu secara ilmu. Tetapi bagaimana aturan ini dilanggar dengan berbagai alasan, maka perjalanan yang seharusnya menjadikan jalan peningkatan spiritualitas menjadi petaka dan kesedihan yang luar biasa.

Ketika seseorang belum mampu secara financial lalu memaksakan diri menjual sebagian sawah atau tanah, atau lainnya, namun menyebabkan anaknya tidak dapat melanjutkan sekolah atau berkurang penghasilannya dari lahan yang dimilikinya. Maka keberangkatannya kurang memberikan efek kebaikan baginya. 

Apalagi jika keberangkatan ibadah selain kurang secara financial dan juga kurang secara pemahaman agama, lalu apa yang diharapkan setelah kita pulang dari ibadah? 

Apa yang diniatkan untuk beribadah ke rumah Allah dengan membawa segudang masalah ? sedangkan secara spiritual perjalanan haji atau umroh itu menandakan semakin tingginya esensi ibadah, keikhlasan atau puncaknya nilai ibadah dalam bentuk kepasrahan diri, melepaskan diri dari kehidupan dunia serta hanya Allah saja yang menjadi tujuan.

Ada  pergeseran yang terjadi pada ibadah yang spesial ini. Nilai-nilai spiritual yang ingin di dapatkan malah menuai kesedihan dan sejumlah masalah keduniaan yang  beresiko. Kita tidak dapat hanya menyalahkan pemerintah yang telah lalai melakukan pengawasan terhadap phak-pihak penyelenggaran ibadahm tetapi juga jamaah harus lebih cedas, lebih pandai dan perkuat diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup tentang ibadah haji dan umrah, nilai esensi serta nilai-nilai sosial yang melekat didalamnya. 

Alangkah sangat bijak sebagai manusia yang ingin menyempurnakan ibadah kepada Allah kita memperdalam pengetahuan tentang agama, terutama hukum-hukum yang terkait dengan peribadatan haji dan umroh.  

Kita harus perdalam pemahaman aturan-aturan negara tentang keberangkatan serta syarat-syarat administrasi yang harus dipenuhi. dan yang tidak kalah penting adalah meningkatkan ekonomi, sebagai seorang muslim yang ingin menunaikan seluruh rukun Islam, maka kita beupaya dengan keras agar secara ekonomi termasuk kategori mampu sehingga kita dapat pergi ibadah ke Tanah Suci tanpa mencari diskon atau cashback apalagi dengan cara kredit, jadi keberangkatan kita pantas dan mampu baik secara materi maupun secara pengetahuan agama.  

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun