Mohon tunggu...
M. Endy Yulianto
M. Endy Yulianto Mohon Tunggu... Dosen Vokasi Undip

Hobi rekreasi dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Konsorsium UNDIP, BRIN, Industri dan Korea Kembangkan Theaflavin Penakluk Kanker

18 Juli 2025   22:47 Diperbarui: 18 Juli 2025   22:42 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Mohamad Endy Julianto ST MT, Prof. Dr. Ir. Eflita Yohana, MT, dari UNDIP,  dan Dr. Ria Desiriani, ST, MT, dari BRIN/dokpri

Produk inovasi terus menjadi langkah penggerak dalam memanfaatkan bahan-bahan alami. Terobosan terbaru datang dari Tim Peneliti Konsorsium UNDIP, BRIN, Industri dan Korea yang telah berhasil mengembangkan oksidasi parsial enzimatis katekin daun teh menjadi bahan dengan potensi luar biasa di dunia farmasi, yakni theaflavin. Tim Peneliti meliputi Dr. Mohamad Endy Julianto ST MT, Prof. Dr. Ir. Eflita Yohana, MT, dari UNDIP, Dr. Ria Desiriani, ST, MT, dari BRIN dan Prof Hwi-Ung Choi, Prof Kwang-Hwan Choi dari Korea bersama mahasiswa Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Ilyas Rabbani Devanda, Destyc Pratiwi Laurani, Malika Pintanada Kaladinanty, dan Mohamad Rasyid Bahaudin.

Endy menyampaikan bahwa ekstrak theaflavin (TF) yang telah terpurifikasi dengan membran. diikuti teknologi nanoemulsi ultrasonikasi mampu meningkatkan stabilitas dan efektivitas senyawa bioaktif. Salah satu senyawa utama yang menjadi fokus penelitian ini adalah theaflavin (TF), dan turunan TF seperti theaflavin (TF1), theaflavin-3-gallate (TF2A), theaflavin-3-gallate (TF2B), dan theaflavin-3,3-digallate (TF3), masing-masing dikenal karena khasiatnya sebagai antikanker, antitumor, antivirus, antiinflamasi, antibakteri hingga sembuhkan cofid 19. Namun, manfaat luar biasa ini seringkali tak dapat direalisasikan akibat stabilitas senyawa relatif rendah dan degradasi selama penyimpanan.

Penelitian ini didorong atas keprihatinannya terhadap biaya kemoterapi yang sangat mahal harus ditanggung penderita kanker di Indonesia. Selain mahal, bahan baku yang dipakai pada proses penanganan pasien kanker 90 persen masih harus diimpor. Oleh karenanya bersama Tim berupaya untuk mengembangkan produk inovatif kemopreventif dan kemoterapi kanker, terang Endy pemilik 22 paten granted.

Sementara itu Ria dari BRIN yang juga asesor kompetensi menjelaskan bahwa kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan proliferasi dan apoptosis menyimpang, yang menyebabkan proliferasi sel kanker tidak terkendali. Strategi pengobatan saat ini terkadang tidak efektif dalam menggempur kanker yang lebih agresif dan bermetastasis, sehingga mengindikasikan perlunya mengembangkan terapi baru yang menargetkan penanda penting untuk perkembangan kanker.

Senyawa dari tumbuhan telah digunakan dalam produksi obat-obatan dan kemoterapi untuk pengobatan kanker. Pengembangan theaflavin, merupakan komponen fenolik yang terdapat dalam teh hitam, telah menunjukkan potensi antikanker dalam kultur sel in vitro dan penelitian pada hewan in vivo, ujar Ria.

Prof Yohana yang merupakan pakar dehumidifikasi dan rekayasa pengering absorpsi juga menambahkan bahwa penelitian theaflavin telah didanai oleh Undip melalui skema Riset Publikasi Internasional (RPI) 2024 -- 2026, berkolaborasi dengan Prof Hwi-Ung Choi, dan Prof Kwang-Hwan Choi dari Korea dan Industri Teh PPTK Gambung Bandung.

Selama ini, teh hitam dikenal luas karena khasiatnya yang beragam. Senyawa-senyawa seperti theaflavin, polifenol, L-theanine, dan kafein yang terkandung di dalamnya memiliki kemampuan luar biasa dalam meningkatkan konsentrasi, sebagai antioksidan, menangkal radikal bebas, dan menjaga kesehatan jantung. Akan tetapi, manfaat teh hitam tersebut dapat ditingkatkan menjadi bahan yang lebih stabil, lebih kuat, dan lebih efisien, tutur Prof Yohana.

Malika yang telah menyabet juara 1 lomba bergengsi tingkat nasional menyatakan bahwa teh hitam yang selama ini dikenal sebagai minuman fungsional, memiliki kandungan theaflavin yang kini diproses melalui teknologi modern yang dapat meningkatkan senyawa bioaktif dan membuatnya mampu bertahan dalam kondisi ekstrim. Peneliti menggunakan metode nanoemulsifikasi, yang merupakan solusi canggih untuk masalah-masalah seperti degradasi senyawa akibat paparan suhu, cahaya, dan oksigen.

Dengan nanoemulsifikasi, senyawa aktif theaflavin tidak hanya lebih stabil, tetapi juga lebih siap diintegrasikan ke dalam berbagai produk farmasi dan pangan, termasuk minuman fungsional, perisa makanan, dan obat-obatan, terang Malika.

Ilyas memaparkan produk inovasi tentang nanoemulsifikasi theaflavin dengan cara cerdas untuk meningkatkan manfaat kesehatan senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan dan antitumor. Dengan teknik ini, senyawa-senyawa tersebut bisa dienkapsulasi dalam partikel nano, sehingga lebih stabil dan lebih mudah diserap oleh tubuh.

Selain itu, metode freeze-drying dan spray-drying diterapkan untuk menjaga senyawa bioaktif dari kerusakan akibat panas, dengan penyalut maltodekstrin sebagai pelindung yang membantu senyawa lebih tahan lama dan aman digunakan dalam produk pangan dan farmasi, ujar Destyc.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun