Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Lima Cara Menghadapi OTT

16 Oktober 2019   18:29 Diperbarui: 16 Oktober 2019   18:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa kesempatan memberikan bimbingan kelas melalui online yakni grup whatsapp, tak sedikit peserta yang mengeluhkan tentang OTT. Apa itu OTT? Jelas bukan operasi tangkap tangan seperti yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun OTT di sini adalah Orang Tua Temperamental alias mudah marah atau ngamuk.

Hingga detik ini, tak sedikit orang tua yang mudah marah atau temperamen. Ini terjadi karena pola asuh di masa lalu yang akhirnya terbawa sampai saat ini. Sehingga ketika punya anak pun menjadi mudah emosi atau marah. 

Sebab yang selama ini tertanam di pikiran bawah sadar adalah, solusi untuk menyelesaikan persoalan adalah dengan kemarahan. Padahal, marah nyatanya menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Sehingga sangat bertolak belakang dengan slogan Pegadaian yang mengatasi masalah tanpa masalah.

Marah adalah mengatasi masalah dengan masalah. Masalah baru yang akan muncul adalah trauma berkepanjangan dan dampaknya juga sangat rawan di masa akan datang. Ya seperti yang terjadi pada para OTT yang akhirnya sulit mengendalikan emosinya, meski masalahnya sangat sepele.

Lantas bagaimana cara mengatasi OTT?

Pertama yang harus dilakukan adalah, menyadari bahwa marah bukanlah solusi. Sadar adalah hal penting. Selama sahabat masih menganggap marah adalah solusi menyelesaikan masalah, maka selama itu pula amarah akan selalu menguasai hati dan pikiran. Sementara dari hasil penelitian medis, 70 persen penyakit berasal dari hati dan pikiran.

Kedua, memutus mata rantai. Setelah [aham dan menyadari bahwa masalah bukanlah solusi, yang perlu dilakukan berikutnya adalah segera memutus mata rantai kemarahan itu. Jika tidak diputus, maka kelak anak dan keturunan selanjutnya juga akan mudah marah, karena setiap saat selalu terpapar kemarahan dari kedua orang tuanya. Bagaimana untuk memutusnya? Sahabat bisa mencari hipnoterapis klinis terdekat untuk membantu menyelesaikan rasa marah itu.

Ketiga, yang perlu dilakukan adalah segera meminta maaf, terutama pada orang terdekat yang sering jadi korban pelampiasan amarah. Misalnya terhadap pasangan dan anak-anak. Minta maafnya harus dengan tulus dan ikhlas, dari hati yang paling dalam.

Saat minta maaf hendaknya waktunya khusus dan berkualitas, bukan minta maaf sambil lalu atau sekadar di bibir saja. Minta maaf haruslah dilakukan dengan sepenuh hati dan menyadari kesalahan yang sudah terjadi selama ini, terutama sulitnya mengontrol emosi.

Keempat, setelah berhasil meminta maaf, berikutnya yang dilakukan adalah disiplin kata sekaligus harus benar-benar menjaga hati dan pikiran agar selalu positif. Disiplin kata hendaknya biasakan diri menggunakan kalimat dengan vibrasi positif ketimbang yang kurang positif. Apalagi jika kaitannya dengan anak, akan lebih pas jika selalu menggunakan kalimat yang baik.

Kelima, maksimalkan waktu berkualitas. Salah satu penyebab orang tua mudah marah alias OTT adalah karena kurangnya kualitas komunikasi antar sesama. Mereka yang mudah emosi, jelas selama ini ada kendala komunikasi yang kurang baik. Maka sebisa mungkin mulai sekarang tingkatkan waktu kebersamaan bersama orang terdekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun