Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Wahai Para Suami, Coba Simak Keluhan Istri Anda

4 Maret 2019   22:15 Diperbarui: 5 Maret 2019   08:04 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto hanya ilustrasi, detik.com

"Coba bayangkan pak. Setiap hari sudah sibuk kerja. Pas tidak ada pekerjaan, atau libur, lebih memilih kumpul sama komunitasnya. Lah istrinya ini dianggap apa coba?" keluh salah satu klien wanita ini menceritakan tentang pasangannya. Sebut saja namanya Ani.

Saya mendengarkan dengan seksama, sampai tuntas. Maklum, wanita harus menghabiskan setidaknya sampai 20 ribu kata setiap hari. Saya tidak tahu, ketika berbicara dengan saya, masih berapa banyak saldo kata-katanya. Satu-satunya cara, saya hanya bisa mendengarkan sampai habis.

Setelah tuntas menceritakan semuanya, saya malah meminta wanita ini menuliskan sesuatu. Apa itu? Saya minta wanita ini menuliskan minimal 5 kesalahannya terhadap suaminya.

"Loh, kan suami saya yang salah. Suami saya yang bikin saya begini. Kok malah saya disuruh menuliskan kesalahan?" Ani protes. Saya hanya tersenyum, tetap memintanya menuliskan minimal 5 kesalahnnya.

Dengan agak sebal, Ani segera memposisikan pulpen di atas secarik kertas. Sesekali menerawang, namun kemudian dengan lancar menuliskan daftar kesalahannya sendiri. Diminta menulis minimal 5, lah ternyata yang ditulis sampai 9.

"Sebenarnya masih banyak. Tapi cukup ini aja. Ini pun sudah banyak," katanya.

Saya minta Ani kembali mencermati kesalahannya. Dia pun berjanji memperbaiki semua kesalahannya itu. Beberapa hari kemudian Ani memberikan info. Hubungan dengan suaminya semakin baik. Dia pun mengakui, ternyata untuk mengubah pasangannya, harus dia sendiri yang berubah terlebih dahulu.

Tapi, apakah suami Ani tidak perlu berubah? Tentu akan lebih baik lagi jika pasangannya juga berubah. Maka, izinkan saya meneruskan tulisan ini agar bisa dibaca juga untuk para suami. Apalagi, saya juga sering mendapati kasus rumah tangga, sama halnya dengan yang dialami Ani.

Maka ada baiknya para suami tidak hanya mementingkan waktu untuk dirinya sendiri melalui hobi tertentu, tapi tetap meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarga. Sebab istri yang selama ini beraktivitas di rumah juga perlu dukungan untuk 'membunuh' rasa jenuh atau bosan yang melanda.

Bagi yang sehari-hari sibuk bekerja dan lebih banyak waktu tergerus di luar rumah, ada baiknya melakukan hobi bersama keluarga. Tapi pastikan, pasangan juga menyukainya. Bukan ikut dalam kegiatan hobi tertentu karena terpaksa.

Jangan sampai karena sibuk bekerja, disusul dengan sibuk menyalurkan hobi, istri atau anak yang menjadi korbannya. Anak-anak menjadi kurang kasih sayang dan kurang mendapat perhatian berkualitas. Akibatnya lingkungan rumah menjadi kurang harmonis, suasana di rumah menjadi kurang aman dan nyaman. Padahal, kehangatan dalam kehidupan berumah tangga, mutlak diperlukan.

Menyalurkan hobi boleh-boleh saja. Tapi juga harus ada batasan dan ukuran yang tepat. Jangan sampai mengambil jatah milik keluarga berlebihan, lantas tidak punya kesempatan menyebarkan kebahagiaan yang sudah didapatkan itu ke lingkungannya sendiri.

Untuk itu, pilihlah hobi yang benar-benar membahagiakan semua anggota keluarga? Apa itu? Ya berkumpul dengan keluarga. Jadikanlah momen bersama keluarga ini sebagai salah satu hobi yang wajib dilakukan. Caranya bagaimana? Mudah saja. Matikan semua handphone. Biarkan masing-masing anggota keluarga merasakan baterai cintanya benar-benar terisi dan mendapatkan kebahagiaan yang melimpah.

Sebab belakangan ini, banyak keluarga yang secara fisik seolah berkumpul, namun nyatanya terpisah jauh. Coba perhatikan keluarga yang sedang makan bersama di mal. Bersama dalam satu meja, namun tidak ada interaksi sama sekali. Masing-masing sibuk dengan gadget-nya sendiri-sendiri. Yang lebih miris lagi, untuk bertanya menu pun harus melalui grup WhatsApp keluarga.

Untuk itu, setiap kali bersama keluarga, ada baiknya 'bunuh' sementara waktu smartphone semua anggota keluarga. Kalaupun khawatir ada yang darurat, cukup matikan wifi dan data selulernya. Jangan pernah pegang handphone kecuali ada panggilan masuk. Sebab, kalau sampai ada panggilan masuk, berarti itu sudah sangat penting.

Anda yang berada pada posisi pimpinan atau kepala kantor, sebisa mungkin hindari menghubungi bawahan di luar jam kerja. Berikanlah anak buah Anda waktu berkualitas bersama keluarganya. Karena mereka juga punya hak untuk membahagiakan keluarganya di rumah.

Ingin bukti? Rasakanlah berkumpul bersama keluarga, tanpa ada gadget sama sekali. Kualitas kasih sayang dijamin akan meningkat berlipat-lipat. Bagaimana menurut Anda? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun