Mohon tunggu...
Endar Eka Sulistyo
Endar Eka Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mencoba menjadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Nenek Mui Jie, Hidup Sebatang Kara yang Telah Berjualan Rujak Selama 50 Tahun

10 Desember 2021   19:33 Diperbarui: 11 Desember 2021   18:39 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Nenek Mui Jie yang sedang menyiapkan rujak untuk pelanggan. (Dok.Pribadi/Endar)

SINGKAWANG -- Pada umumnya sebagai manusia kita semua pasti berharap bisa menikmati hidup dengan tenang di usia senja nanti. Namun sayangnya, tidak semua orang bisa merasakan hal itu. Seperti kisah Nenek Mui Jie, ia merupakan seorang nenek sebatang kara yang mengisi masa tua nya dengan berjualan rujak di Jalan Said Harun, Kota Singkawang pada saat ditemui Jum’at (10/12/2021).

Mui Jie, begitu lah para pelanggan biasa memanggilnya. Ia merupakan seorang wanita berusia 84 tahun yang memenuhi kebutuhan hidup sehari - harinya dengan berjualan rujak di sekitaran Jalan Said Harun, Kota Singkawang. Hampir setiap hari wanita dengan kerutan diwajahnya itu duduk di pondok rujak miliknya yang sudah terlihat rapuh dimakan usia sembari memandangi orang yang berlalu lalang di hadapannya. Sesekali ia beranjak dari tempat duduknya untuk melayani orang yang ingin membeli rujak dagangannya.

Setiap pagi Mui Jie memulai aktivitasnya dengan berbelanja bahan baku rujaknya seperti buah-buahan. Ia biasanya pergi berbelanja dengan berjalan kaki seorang diri pada pukul 05.00 WIB di pasar tradisional yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Sepulang berbelanja Mui Jie bersiap-siap untuk membuka dagangan rujak di pondok tua miliknya. Nenek yang tinggal sebatang kara ini memulai berjualan rujak pada pukul 08.00 WIB di pagi hari dan tutup pada sore hari sekitar pukul 15.30 WIB.

Wanita tiga anak ini menjual dagangan rujaknya dengan harga yang tergolong murah, ia menjual rujaknya dengan kisaran harga mulai dari 10.000 rupiah hingga 15.000 rupiah. Dengan harga segitu kita sudah bisa mendapat bermacam jenis buah-buahan yang terbilang cukup banyak, mulai dari pepaya, nanas, bengkoang, timun dan ditambah bumbu rujak serta taburan udang ebi diatasnya. Dulu sebelum situasi pandemi Covid-19 berlangsung Mui Jie bisa menjual sekitar 20 prosi lebih dalam satu hari. Namun, di masa pandemi ini ia hanya bisa menjual sekitar 15 porsi rujaknya dalam sehari.

“Dulu sih ramai yang beli sebelum ada corona, satu hari bisa laku 30 porsi lebih, tapi sekarang ada corona jadi sepi yang beli, malah biasanya sehari paling sampai 15 porsi yang laku,” Ucap wanita yang mengenakan face shield dengan keriput di wajahnya itu.


Wanita yang sudah menginjak usia senja itu telah berjualan rujak selama 50 tahun lebih. Ia pertama kali mulai berjualan bersama suaminya pada usia sekitar 33 tahun. Namun malang, sekitar 11 tahun yang lalu suaminya menutup usia sehingga meninggalkannya seorang diri. Ia dikaruniai 3 anak yang telah merantau keluar pulau sehingga ia kini hidup sendirian dirumahnya.

Mui Jie mengatakan ia merasa senang tinggal sendirian dibandingkan tinggal bersama anak dan menantunya di Jakarta. Karena pengalaman pahit yang ia alami dahulu ketika ia mengunjungi anaknya. Pasalnya, wanita tua itu merasa diperlakukan tidak baik oleh menantunya sendiri.

“Saya dulu pernah ke Jakarta tempat anak saya, tapi menantu saya seperti dak suka dengan kehadiran saya. Saya merasa lebih baik sendiri di sini,” tutur Mui Jie dengan logat tionghoa nya tersebut.

Alasan beliau masih berjualan di usia tuanya karena wanita renta itu berfikir bahwa ia merasa masih sanggup berjualan untuk memenuhi kebutuhannya dan dia juga sangat anti terhadap orang yang meminta-minta, maka dari itu nenek berusia 84 tahun itu tidak ingin sekalipun ada niatan untuk meminta minta. Selain itu, ia juga tidak ingin mengharap belas kasihan dari anak-anaknya meskipun anaknya bisa dibilang berkecukupan di perantauan. Pada usianya yang tergolong telah senja itu ia masih ingin terus berjualan rujak dan menikmati pekerjaannya tersebut.

 “Saya masih bisa berjualan dan tidak ingin mengharap belas kasihan orang-orang dan saya juga tidak terlalu mengharapkan kiriman uang dari anak saya,” ujar Mui Jie pada saat di wawancarai, Jumat (10/12/2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun