Mohon tunggu...
Endang Widayati
Endang Widayati Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang penggiat energi khususnya konservasi dan efisiensi energi serta energi terbarukan

Menekuni bidang konservasi dan efisiensi energi sejak 2006.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai 2 Mei 2020 Hari Pendidikan Nasional sebagai Momentum Membangun Karakter Budaya Hemat Energi

2 Mei 2020   03:40 Diperbarui: 2 Mei 2020   03:59 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei senantiasa diperingati oleh peserta didik dan guru dengan upacara bendera. Pada saat WFH (Work From Home) maupun SFH (School From Home) Hari Pendidikan Nasional diperingati secara mandiri dari rumah masing - masing. 

Yang lebih penting dari memperingati adalah memaknai Hari Pendidikan Nasional sebagai momemntum untuk membentuk karakter generasi bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil, sehat, unggul, memiliki semangat juang, berjiwa Pancasila, inovatif dan kreatif serta menjunjung tinggi  harkat dan martabat bangsa. 

Dari sudut pandang konservasi dan efisiensi energi adalah bagaimana memaknai Hari Pendidikan Nasional ini sebagai momentum untuk membentuk generasi bangsa yang pedulu energi. Generasi Bangsa yang memiliki budaya hemat energi. Membangun budaya hemat energi bukan sesuatu yang mudah. 

Butuh pembiasaan dari usia sedini mungkin bagaimana agar generasi penerus kita memiliki AIDA (Awareness, Interest, Desire and Action) kalau melihat di lingkungannya boros dalam memanfaatkan energi.  Dalam artikel ini kita akan membahas bagaimana membangun budaya hemat energi listrik di kalangan generasi penerus bangsa.

Perlu diketahui bahwa energi listrik itu merupakan daya listrik (kW) dikalikan dengan jam nyala peralatan listrik (jam). sehingga energi listrik dinyatakan dengan kWH (kiloWatt-hour). 

Membangun budaya hemat energi akan lebih efektif diajarkan kepada peserta didik sejak usia dini. Pembiasaan perilaku hemat energi dapat diinisiasi dari keluarga dan dari sekolah. 

Beberapa sekolah bahkan telah memiliki energy champion yang merupakan agent of change  yang mendorong dan menginspirasi peserta didik lainnya untuk berperilaku hemat energi. 

Ada juga sekolah yang telah memiliki "manajer energi" yaitu seseorang yang diberi tugas untuk mengelola energi di sekolah agar tidak ada lagi pemborosan energi yang terjadi di sekolah. 

Selain itu ada juga sekolah yang memiliki tim satgas hemat energi yang tugasnya memeriksa setelah sekolah usai apakah masih ada peralatan-peralatan listrik yang tidak digunakan yang masih menyala. Kegiatan sekolah seperti ini akan membangun sikap perilaku peserta didik untuk hemat energi baik di sekolah maupun di rumah. 

Beberapa hal yang perlu dipahami oleh generasi penerus kita antara lain: energi yang kita gunakan sebagian terbesar adalah energi fosil dan cadangannya terbatas. Menghemat penggunaan energi akan menyelamatkan sumber daya alam kita dari pemanfaatan yang tidak produktif.

Menghemat energi berarti kita juga mencintai lingkungan kita karena dengan menghemat 10 kWH energi listrik kita akan mereduksi sekitar 8 kg CO2 (untuk Jamali) dan menghemat sekitar 2,5 liter BBM (asumsi genset dengan konversi 0,25 liter per kWh listrik yang dihasilkan). 

Terkait dengan sumber energi terbarukan seperti angin, air, sinar matahari (solar radiation) tersedia melimpah di tanah air. Masalahnya adalah sumber energi terbarukan sifatnya fluktuatif dan alat konversinya  pun misalnya untuk solar radiation yang perlu modul dimana modul surya merupakan bahan semi konduktor (germanium, silikon) yang sumber daya nya pun terbatas, apalagi efisiensi dari energi terbarukan masih rendah. 

Berdasarkan hal ini maka hemat energi adalah suatu keharusan karena menghemat energi memberikan banyak manfaat dan dampak positif bagi bangsa dan negara. Menghemat listrik 1 kWh akan sangat lebih mudah daripada membangkitkan listrik 1 kWh. 

Bagaimana cara membangun budaya hemat energi sebagai karakter generasi kita?

Hal ini dapat dilakukan dengan mengenalkan sedini mungkin kepada anak - anak kita tentang pentingnya perilaku hemat energi. Dimulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), SD, SMP dan SMA. Penanaman kepedulian terkait pemanfaatan energi dan pembiasaan perilaku hemat energi.

Perilaku hemat energi itu seperti apa?

Perilaku hemat energi itu antara lain:

- Tidak membiarkan peralatan - peralatan listrik tetap menyala apabila tidak digunakan (misalnya kipas angin, televisi) dan lain sebagainya.

- Matikan sumber vampire energi -   Biasakan 3M (mencabut plug in peralatan listrik yang  tidak digunakan, mematikan perlatan listrik yang tidak digunakan dan mengatur suhu ruangan sekitar 25 derajat Celcius 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Ayo bangun karakter bangsa dengan budaya hemat energi. Membangun ketahanan energi bangsa melalui budaya hemat energi.  

Gunakan energi secara hemat dan bijak. Ingat hemat energi bukan berarti pelit tetapi kita menggunakan energi secara efisien tanpa mengurangi kenyamanan (berdasarkan SNI) dan produktifitas.

Salam hemat energi. (02052020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun