Mohon tunggu...
Eni Ramdiyani
Eni Ramdiyani Mohon Tunggu... -

simple and eager to get information for a better future

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Akhlak Oplosan

12 Mei 2014   22:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita paruh baya itu terkantuk-kantuk di kursi tamu dia sedang menanti suaminya pulang, hal yang sudah biasa baginya selama 25 tahun perkawinannya. Suaminya pergi malam hari bukan untuk bekerja atau lembur tetapi hanya untuk berjumpa dengan teman-temannya,  hmmm anehhh sudah bekeluarga tetapi berjumpa dengan teman2 menjadi menu utama, tak ingat waktu, seakan berkeluarga tidaklah menjadi penghalang baginya. Tentu tak ada yang bisa melarangnya, karena merasa kepala keluarga.

Wanita paruh baya itu termasuk wanita yang setia, tak ada terdengar keluh-kesahnya. Waktu menunjukan pukul 5 dini hari, sayup terdengar ketukan di pintu, pertanda suami tercinta yang dinanti telah kembali, wanita itu hafal betul cara suaminya mengetuk pintu pelan dan hampir tak terdengar karena hari masih terlalu pagi sehingga suara sekecil apapun bisa terdengar oleh tetangga yang memang tak berjauhan rumahnya.

Dibukanya pintu dan nampak olehnya suaminya yang kuyu memasuki rumah aroma minuman keras tercium menyengat hidungnya, dengan badan limbung karena mabuk, ya....kebiasaan suaminya kalau sudah kumpul dengan teman2nya pulang dengan keadaan mabuk. Lelaki yang dicinta itupun serta merta menjatuhkan badannya di peraduan mereka, wanita itu mengikutinya dari belakang, melepas sepatunya....membasuh kaki dan menyeka tubuh lelaki itu dengan air hangat. Tanpa kata, hanya ada doa di hatinya agar Tuhan memberi kesempatan bagi suaminya agar sadar bahwa apa yang dilakoni selama ini adalah salah dan dosa semata.

Lama sebelumnya... wanita itu pernah bertanya pada suaminya tentang hobynya minum-minuman keras, dengan ringan dijawab oleh suaminya kebiasaan itu sudah dilakukan sejak masih duduk di bangku sekolah menengah...dan tanpa rasa berdosa suaminya berkata bahwa meminum minuman keras itu memang merupakan kelemahannya sebagai manusia. Suaminya juga berkata bukankah aku masih berlaku baik terhadapmu, masih mencari nafkah untuk keluarga, masih dihormati tetangga dengan bukti mereka masih mengundang keluarga mereka kalau ada hajatan, bukankah aku masih berakhlak baik walau suka mabuk???. hmmmm...wanita itu tak bisa berkata, terdiam seribu bahasa dan hanya airmata menjadi teman setia, hanya bertanya dalam hatinya...apakah benar akhlak baik bila berteman dengan alkohol, sebenarnya tak perlu pandai untuk menjawab pertanyaan konyol itu.

Bahkan sedikit bangga suaminya pernah berkata pada temannya bahwa istrinya sudah terbiasa dengan gaya hidupnya, juga anak-anak mereka sudah tak heran melihat kehidupan malam ayahnya. Anak-anak yang menjelang remaja harus mengalami diberikan kehidupan yang tak perduli dari ayah mereka sendiri, kasihan mereka dimana mereka masih mencari jati diri, mencari suri tauladan dari orang tua, orang2 terdekat mereka. Orang tua  yang seharusnya wajib memberikan kehidupan dan contoh yang baik untuk perkembangan lahir bathin anak-anaknya. Bukankah dengan melakukan hal-hal salah orang tua sudah merampas hak anak untuk mendapatkan yang terbaik.

Kehidupan yang bertolak belakang, mereka dari keluarga terpandang, pekerjaan mapan dan hidup berkecukupan, pergi ke tanah suci juga sudah berulang kali, tetangga hanya tahu kehidupan di siang hari...tetapi mereka sama sekali tak mengetahui kehidupan malam suaminya...walau hal itu dilakukan tidak setiap hari.

Semoga kita semua tidak mengalami mempunyai keluarga seperti kisah wanita paruh baya diatas. Hiduplah dalam kasih, hiduplah dalam cinta, sayangi keluarga dengan kehangatan. Bukankah disetiap awal pernikahan kita selalu mendapat doa agar pernikahannya menjadi pernikahan yang abadi dan menjadi keluarga yang sakinah (tenang, tenteram), mawadah (keluarga penuh cinta)  wa rahmah (dan penuh kasih sayang).

Salam damai selalu, Love you all.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun