Mohon tunggu...
Emut Lebak
Emut Lebak Mohon Tunggu... Guru - Guru, Bloger, aktif di komunitas menulis

Hoby menulis travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guru, Pengabdianmu Tiada Akhir

30 September 2022   17:15 Diperbarui: 30 September 2022   17:17 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedari kecil belum pernah bercita-cita menjadi seorang guru, suratan takdir yang menggariskanku untuk berkecimpung di dunia pendidikan. Kala itu selepas lulus dari Madrasah Aliyah di sebuah pesantren aku dan beberapa teman ditunjuk langsung oleh sang guru sekaligus pimpinan pesantren untuk mengabdikan diri di almamater, bagi aku perintah kiyai adalah sabda yang tidak bisa ditolak, mau tidak mau suka tidak suka harus dijalani, demi mencari keberkahan dan keridhaan seorang guru.

Berawal dari masa pengabdian itu aku mulai mencintai profesi guru, selalu bertemu dengan siswa setiap hari, meski kadang kepala pusing karena banyak masalah, ketika bertemu langsung dengan para siswa lupa sudah dengan masalah yang ada, para siswa ternyata menjadi obat yang mujarab bagi aku ketika sedang dilanda galau.

Aku mulai kuliah di Fakultas Pendidikan Agama Islam, karena untuk menjadi seorang guru minimal harus sarjana, Kulalui kuliah sambil mengajar terus sampai selesai. Ketika ada pendaftaran PLPG sekarang jadi PPG iseng iseng daftar PLPG pelajaran ILmu Pengetahuan Sosial, untuk daftar sertifikasi guru dahulu lebih mudah, linieritas tidak menjadi soal syaratnya hanya ijazah S1. Beda dengan sekarang linieritas menjadi syarat ijazah dengan bidang studi yang diampu harus sesuai.

Di tahun selanjutnya aku ada panggilan PLPG, tentu saja senang tapi jiga bingung, aku ngajarnya ilmu shorof, nah PLPG harus mengajar IPS karena daftarnya IPS. Langsung aku mencari buku paket ips di toko buku yang ada di kabupaten, kebetulan kosong sampai ke kota Provinsi kala itu, untuk dibaca2 agar tidak terlalu buta, terus terang aku belum pernah belajar IPS kecuali waktu di SD dahulu, selama si pesantren beberapa pelajaran negeri dipangkas digantikan dengan pelajaran pondok.

Hinga tiba saatnya PLPG, aku berangkat ke LPMP Banten yang kebetulan tempatnya ada si kab lebak tidak begitu jauh dari tempat tinggal. Aku jalani prosesnya selama 10 hari, oh ia waktu PLPG aku meninggalkan anakku yang berusia 2.5 tahun. Yang kemudian ku titip di rumah uwaknya.

Kunikmati masa PLPG dengan tugas yang bejibun, selama 10 hari tiap malam begadang mengerjakan tugas yang tiada henti, meskipun IPS tidak pernah aku kuasai tapi Alhamdulillah aku lulus PLPG tanpa hambatan apapun, dari tes awal ferteaching sampai tes akhir alhamdulillah lancar.

Aku bukanlah seorang ASN, aku hanya guru honorer di kementrian Agama, meski belasan tahun telah kuabdikan baktiku di madrasah ASN belum mau berpihak padaku, mungkin ada yang bertanya kenapa enggak ikut p3k saja? Bukan tidak mau salah satu syarat daftar p3k adalah namanya tercantum di dapodik, berarti hanya guru2 yang mengajar di bawah naungan diknas yang bisa daftar menjadi ASN p3k. Karena guru guru depag tidak terdapat di dapodik kami terdaftar di simpatika.

Meski hanya seorang honorer, tidak membuatku minder atau bahkan patah semangat, baik honorer maupun ASN sama-sama punya tugas mencerdaskan anak bangsa membangun karakter siswa yang berakhlakul karimah. Yang membedakan hanyalah penghasilan saja. Tapi aku percaya rizki yang maha Kuasa amatlah luas.

meskipun sebetulnya dulu cita-citaku bukan ingin jadi guru,ternyata setelah menjadi guru banyak sekali kenikmatan dan barokah yang aku nikmati, apalagi aku juga seorang ibu rumah tangga, meskipun l bekerja masih banyak waktu untuk mendidik anak-anak dan merawat keluarga, karena setinggi apapun jabatan seorang perempuan itu tetap kodratnya jadi ibu rumah tangga, harus pintar membagi waktu untuk keluarga dan tugas mencerdaskan anak bangsa.

Kenikmatan lain jadi guru adalah selalu mengingatkan dalam setiap langkah, setiap tindak dan perbuatan, sehingga bisa menghindarkankl dari perbuatan-perbuatan yang kurang elok, karena ada pepatah jawa mengatakan "Guru itu digugu dan di tiru". Dan ada juga pepatah mengatakan "Satu contoh perbuatan jauh lebih bagus dan lebih mulia dari pada seribu nasehat". Maka harapan terbesarku sebagai seorang guru adalah, bisa mendidik anak bangsa berakhlak mulia, bukan hanya pandai dan cerdas, tapi penekanan akhlak yang utama hingga kelak mereka menjadi generasi berilmu amaliah beramal ilmiah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun