Mohon tunggu...
Emut Lebak
Emut Lebak Mohon Tunggu... Guru - Guru, Bloger, aktif di komunitas menulis

Hoby menulis travelling

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Panjang Menuju Bumi Sriwijaya dan Barbarnya Seorang Emak

28 September 2022   09:17 Diperbarui: 28 September 2022   09:23 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2017 silam, aku mudik ke kampung halaman mertua kota Lubuk Linggau bersama suami dan kedua anakku. Usai Nabil anak pertama kala itu sekitar 10 tahun Adis anak kedua 4 tahun. Lubuk Linggau sebuah kota kabupaten yang ada di Sumatera Selatan, bagian Selatan lebih dekat ke provinsi Jambi ketimbang ke palembang ibu kota dari Sumatra Selatan. 

Perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Sepanjang jalan yang dilihat hanya hutan yang panjang, untuk sampai ke kota palembang membutuhkan waktu sekitar 11 sampai 12 jam. Maklum saat itu belum ada tol dan jalan pun tidak semulus sekarang. Kami singgah dulu ke kota palembang untuk silaturahmi kepada ayuk kandung suami sekalian istirahat semalam.

Dari kota palembang menuju lubuk linggau sekitar 11 jam lagi jika naik kereta dari stasiun kertapati menuju stasiun lubuk linggau, jarak tempuh dari stasiun masih sekitar 4 jam lagi untuk sampai rumah mertua. Perjalanan yang lumayan menguras kantong dan tenaga, namun harus tetap kujalani demi bakti seorang istri. Akhirnya kami naik travel karena waktu akan lebih singkat begitu saran ayuk. Dibandingkan kereta, naik travel lebih cepat 4 jam. Karena saya pun belum pernah akhirnya setuju juga usulan tersebut. 

Jam 8 malam kami berangkat naik travel, ada beberapa penumpang didalamnya, kami duduk di jok belakang, didepan kami ada penumpang laki laki dan perempuan yang duduknya dekat dengan pintu mobil. Dari kota Palembang perjalanan masih aman, diiringi musik syahdu ala melayu. Sampai tengah perjalanan sekitar jam 12 malam, jendela mobil dibuka sama penumpang lain yang duduknya dekat pintu, angin malam berhembus dengan kencang, supir membawa mobil juga dengan kecepatan tinggi karena ternyata travel sudah dibatasi jam 4 pagi sudah harus sampai tujuan. 

Sudah serasa karung saja badan ini, kecepatan mobil yang sangat luar biasa, sampai-sampai badan kebanting ke kiri dan kanan, segala do'a kurapalkan memohon keselamatan, disaat semua tertidur dalam mobil kami sekeluarga masih saja melek karena takut, naudzubillah andai mobil itu terjungkal saya yakin tidak ada yang selamat kalo menurut logika manusia. 

Kupanggil penumpang yg duduk didepanku, ayuuk maaf jendelnya bisa ditutup? Dia menoleh sebentar sambil tutup jendela mobil,. Alhamdulillah pikirku, angin malam kurang baik apalagi aku membawa kedua anakku yang masih kecil. Setengah jam kemudian penumpang itu membuka jendela kembali aku biarkan sampai satu jam lebih, kulihat anak-anakku kedinginan, keringat dingin mengalir dari badannya, aku selimutan pake jakat, kubalur pake minyak kayu putih, tapi masih juga keringat dingin keluar. 

Sekali lagi aku ngomong ke penumpang di depan untuk tutup jendela, ayuuuk bisa ditutup jendelanya kasuhan anak2 saya kedinginan kayaknya masuk angin deh, dia diam aja mungkin tidurnya lelap. Pelan pelan aku tutup jendelanya, baru dia bangun dan langsung buka kembali jendelanya. Dengan sedikit jengkel aku ngomong kembali untuk menutup jendela, dia tutup sebentar kemudian dibuka kembali.

Perjalanan tengah malam dengan kondisi anak yang kedinginan bibirnya membiru gemetar ditambah supir yang ugal-ugalan plus penumpang yang kurang empati membangkitkan jiwa bar-barku. Aku minta tolong sama suami untuk berbicara menggunakan bahasa palembang karena mungkin dia enggak bisa bahasa Indonesia, tapi sipenumpang mobil masih acuh. 

Jiwa bar-barku meronta, tanpa aba aba aku tarik rambut panjangnya dengan kekuatan penuh sambil berkata, ". Si penumpang tadi kaget sambil melihat kearahku, sambil berkata ado apo yuuk. Lalu aku jawab, ulah dibukaan bae eta jandelana bisi diteluh ku aing." Dia tidak faham apa yang aku ucapkan. Tapi ngerti maksudnya karena lirikan tajam mataku mengarahke jendela. Langsung dia tutup jendela mobilnya dan tidak dibuka lagi sampe ke tempat tujuan. 

Ingat masa masa itu suka ketawa sendiri, begitu barbarnya seorang ibu demi melindungi anaknya, urat malu entah kutaro dimana, suamiku hanya mesem mesem tidak berkata sepatah pun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun