Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah menyampaikan bahwa pada bulan Juni mendatang akan mengakui negara Palestina. Hal ini cukup mengherankan orang awam karena negara adidaya tersebut selama ini mendukung Israel. Apa yang mendorong Donald Trump bersikap demikian?
Trump memang sosok yang flamboyan, sering mengagetkan dengan kebijakan-kebijakan yang ekstrim. Namun pada dasarnya, tujuan utama tetap satu, menjadikan Amerika Serikat sebagai negara paling digdaya dalam segala hal. Karena itu ia menggunakan berbagai taktik untuk mewujudkannya.Â
Akrobat politik Trump membuat seluruh dunia gonjang-ganjing, perekonomian tidak stabil. Beberapa kebijakan malah memukul balik ke Amerika Serikat, misalnya tentang kenaikan tarif yang diberlakukan kepada setiap negara. Rival Amerika Serikat, negeri tirai bambu tentu tidak takluk dengan gertakan Trump. Justru para pengusaha AS yang menjerit.
Di sisi lain, Amerika Serikat tetap menjadi induk semang Israel. Apapun yang terjadi, Amerika Serikat akan selalu melindungi dan membela Israel. Trump menggunakan logika, jika kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan ternyata merugikan Israel, maka ia segera mengganti taktiknya. Dia memperlunak sikapnya, termasuk urusan Palestina.Â
Membujuk EropaÂ
Dalam perkembangannya, benua Eropa semakin tidak menyukai ulah Israel terhadap Palestina. Ratusan ribu korban tewas akibat serbuan pasukan Israel, telah menimbulkan antipati terhadap beberapa negara Eropa Barat yang dulunya merupakan sekutu atau pendukung Amerika Serikat.Â
Sebut saja Spanyol dan Italia yang mengecam keras pasukan Israel yang agresif membunuh wanita dan anak-anak. Begitu pula dengan Prancis serta negara-negara lainnya. Bahkan baru-baru ini, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer juga mengecam keras Israel. Padahal Inggris adalah sekutu terdekat Amerika Serikat. Tentu ini tidak bisa diabaikan oleh Trump.Â
Karena itu, untuk meredakan ketegangan hubungan Amerika Serikat dengan Inggris dan Uni Eropa, Trump mengambil dua langkah awal. Pertama adalah berjanji mendukung pengakuan atas negara Palestina pada bulan depan (Juni). Sebagai catatan, Prancis juga akan mengumumkan dukungannya terhadap Palestina pada bulan Juni.Â
Langkah kedua, adalah melakukan kesepakatan tarif yang rendah dan lebih fleksibel. Trump dan Starmer telah sepakat bahwa Inggris akan dikenakan tarif sebesar 10%. Prancis dan beberapa negara Eropa Barat juga mendapatkan tarif yang sama. Angka ini adalah paling rendah dibandingkan dengan negara-negara di luar Eropa Barat.Â
Bisa diduga, dengan rendahnya pemberlakuan tarif kepada Inggris dan negara-negara Eropa Barat tersebut adalah untuk merayu mereka agar tetap menjadi partner Amerika Serikat. Setidaknya, masih menjalin hubungan baik dalam bidang perekonomian. Â Bagaimana pun Amerika Serikat membutuhkan mereka sebagai sekutu agar tetap tangguh menghadapi dua superpower, Cina dan Rusia.Â