Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Gedhe Mataram, Jejak Sejarah Kerajaan Mataram

8 April 2023   23:18 Diperbarui: 8 April 2023   23:23 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Gedhe Mataram (dok.pri)

Perlu diketahui, masjid tertua di Jogjakarta bukan masjid Agung Kauman, melainkan masjid Gedhe Mataram yang terletak di kawasan Kotagede. Di sinilah awal berdirinya kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Danang Sutawijaya atau lebih dikenal sebagai Panembahan Senopati. 

Sebagai orang yang lahir di Jogjakarta, maka saya berusaha mengenal sejarah penting tentang kerajaan Mataram. Dalam buku pelajaran sejarah  diceritakan bahwa pasukan Mataram pernah berperang sengit dengan tentara Belanda.

Kotagede merupakan ibukota kerajaan Mataram. Karena itu, Panembahan Senopati tidak hanya mendirikan masjid Agung. Satu kompleks dengan masjid terdapat keraton, alun-alun dan pasar. Ini disebut konsep Catur Gatra Tunggal atau empat kesatuan. Bahkan Panembahan Senopati juga dimakamkan di sana, begitu Pula dengan raja-raja Mataram berikutnya. 

Karena masjid Gedhe Mataram adalah tempat yang sarat dengan sejarah penting maka sangat tepat menjadi destinasi wisata religi di bulan suci Ramadan. Kita tidak hanya mendapat pahala beribadah Di masjid ini, tetapi juga ilmu pengetahuan tentang sejarah Mataram. 

Pembangungan masjid Gedhe Mataram 


Uniknya, proses pembangungan masjid Gedhe Mataram melibatkan masyarakat lintas agama. Rakyat yang masih menganut agama Hindu pun ikut membantu. Pendekatan pada masyarakat Hindu dilakukan oleh ayah dari Panembahan Senopati yaitu Ki Ageng  Pamanahan. 

Pada saat itu Ki Ageng Pamanahan sedang melakukan perjalanan dari Pajang ke Mataram melalui Prambanan.  Ketika bertemu masyarakat Hindu, Ki Ageng Pamanahan berdiskusi dengan mereka. Setelah pembicaraan tersebut, masyarakat Hindu bersedia mengulurkan bantuan. 

Tak heran jika ada sentuhan masyarakat Hindu yang terlihat pada bentuk bangunan. Misalnya pintu masuk ke masjid lebih mirip pura. Umat Hindu yang membangun pagar tembok mengelilingi masjid. Sedangkan bangunan masjid tetap dikerjakan umat Muslim. Hal ini sesuai dengan apa yang diajarkan Sunan Kalijaga. 

Masjid ini pernah terbakar tahun 1919 lalu direnovasi pada tahun 1923. Namun bentuk bangunan tetap mempertahankan arsitektur klasik tradisional Jawa.  Hingga saat ini kokoh berdiri menjadi pusat ibadah umat Muslim di Kotagede.

Detil bangunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun