"Aku sudah memaafkanmu. Tapi itu bukan berarti kita bisa baikan lagi. Aku hanya akan menganggap kamu sebagai teman".
Ozkan menghela nafas,"Aku tahu. Aku cukup tahu diri, yang penting kamu mau memaafkan aku. Jadi aku merasa tenang ".
Aku trenyuh juga melihat dia tampak pasrah. "Aku juga minta maaf jika melakukan kesalahan".
"Kamu tidak pernah salah, Lola. Kamu gadis paling baik yang pernah aku kenal," ia tersenyum.
Beberapa saat keheningan melanda. Ozkan lalu berdiri dengan ragu,"Aku harus pamit, malam ini mau pergi jauh,"Â
"Lho, kok buru-buru? Kopi belum diminum, Kunefe belum dimakan ".
"Buat kamu saja". Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk menyalami tanganku. Aku merasa tangannya sedingin es.Â
"Selamat tinggal Lola, jaga dirimu baik-baik".Â
Dalam sekelebat ia lepas dari pandangan. Aku termangu sendiri, memperhatikan cangkir kopi dan sepotong Kunefe yang sama sekali tidak disentuh.Â
Keesokan harinya, sebuah pesan masuk dari Facebook. Ternyata dari kakak Ozkan. Memang aku masih berteman baik dengan kakaknya tersebut.
Aku membaca pesan itu. "Lola, Ozkan meninggal dunia tadi malam karena kecelakaan beruntun di tol".