Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Geng Anak Kereta, Beda Sekolah Bolos Bersama

29 April 2021   10:19 Diperbarui: 2 Mei 2021   09:15 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menjadi anak kereta sejak zaman masih duduk di bangku SMA. Rumah saya di Depok tapi bersekolah di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Satu-satunya kendaraan yang bisa membawa saya sekolah tepat waktu adalah kereta.

Kereta waktu itu tidak bersih dan tertib seperti sekarang ini. Dulu uyel-uyelan, panas dan sumpek karena tidak menggunakan AC. Apalagi kalau jam sibuk, banyak yang ke sekolah maupun ke kantor. Pintu kereta sering diganjal tutup botol supaya tetap terbuka dan angin bisa masuk.

Untuk menghindari jam padat penumpang, kadang saya naik kereta sayur yang lewat selepas Subuh. Kereta ini dipenuhi pedagang sayur dan buah-buahan dari Bogor dan Bojong Gede. Memang kereta ini jelek dan bau, karena segala macam ada di dalam.

Saya punya geng yang unik. Anggotanya hanya tujuh orang tapi berasal dari tiga sekolah yang berbeda di wilayah Tebet. 

Ada yang dari SMAN 08, ada yang dari SMAN 28 dan ada yang dari SMAN 37. Kami terdiri dari tiga lelaki dan empat perempuan. Meski beda sekolah, kami sama-sama tinggal di Depok.

Serunya jika kami merencanakan bolos bersama. Kadang dari hari sebelumnya sudah disepakati kapan mau bolos, ngumpul di mana dan mau ke mana. 

Kadang pula kami mendadak bolos karena pengaruh situasi. Misalnya ketika hendak tiba di stasiun Tebet, tetiba turun hujan deras. Ini membuat kami malas ke sekolah.

Tempat kami bolos adalah sepanjang jalur kereta api yaitu Jakarta Kota hingga Bogor. Jauh ya. Pada saat itu kami menggunakan abodemen yang diganti sebulan sekali untuk langganan naik kereta.

Kami pernah bolos ke Monas, turun di stasiun Gambir dan jalan kaki ke Monas. Di sana hanya bersenda gurau sambil menikmati angin kencang yang bertiup di atas. 

Enaknya bolos jam sekolah, tidak ada pengunjung lain. Peraturan belum ketat, tidak ada larangan anak sekolah masuk ke Monas pada jam itu.

Sedangkan jika bolos ke kota tua, kami masuk Museum. Di Kota ada beberapa museum yang menarik. Semua dijelajahi sambil membaca keterangan sejarah yang berkaitan. Istirahat di depan museum atau di halaman, lalu jajan es dari pedagang kaki lima.

Namun sesekali kami juga bolos ke wilayah Bogor. Nah, jelas lebih menyenangkan masuk ke kebun raya Bogor yang rindang dan asri. Kami sampai tidur-tiduran di bawah pohon. Kalau sempat malah mengerjakan pe-er di sana.

Meski kami adalah satu geng anak kereta, bukan berarti kami nakal dalam hal lain. Kami bukan pemakai narkoba dan tidak pernah mencoba miras. Saya sendiri tetap istiqamah menjalankan salat walau teman lainnya malas.

Hebatnya, kami adalah anak-anak yang berprestasi. Rerata memiliki rangking tinggi di kelas. Soal bolos, itu hanya bunga-bunga masa remaja, senang jalan-jalan secara murah. Karena bisa menjaga prestasi, tak ada satupun orang tua yang mencurigai kami bolos.

Bolos kami lakukan mungkin untuk menyegarkan otak ala remaja. Tidak ada keinginan untuk menyusahkan siapa pun. Kami bisa mengendalikan diri, tidak kebablasan seperti anak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun