Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Siang di Sebuah Istana

11 Maret 2021   22:02 Diperbarui: 11 Maret 2021   23:04 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya di depan istana (dok.pri)

Siang yang terik, musim panas kali ini terasa begitu menyengat. Meski begitu, aku tetap melanjutkan acara jalan-jalan bersama teman-teman. Kami berempat, dua lelaki dan dua perempuan, ingin melihat kemegahan sebuah istana, tak jauh dari Blue Mosque.

Aku lihat panjang juga antrian di loket.  Maklum masa liburan, banyak wisatawan mancanegara yang datang. Rian, teman mahasiswa yang lelaki, rela mengantri. Kebetulan bahasa Turkinya paling fasih, sedangkan kami bertiga, aku, Rina dan Doni menunggu di pinggir.

Setelah mendapat tiket, kami berempat masuk. Tas harus diperiksa, tidak boleh membawa kamera. Kalau mau, harus membayar dengan biaya tinggi. Untung tidak ada seorang pun yang membawa kamera DSLR, cukup hape saja.

Istana ini megah dan luas, dahulu sempat menjadi tempat tinggal Sultan Ottoman. Kini berfungsi sebagai museum. Banyak benda bersejarah di sini. Bahkan ada benda-benda peninggalan Rasulullah dan para sahabat.

Kami menyusuri ruangan satu persatu. Teman-teman membaca keterangan dengan telaten. Aku, yang sudah biasa membaca dengan cepat, terpaksa meninggalkan mereka dan lanjut ke ruangan lainnya.

Sampailah aku di sebuah balkon istana yang menghadap laut Marmara. Wow indahnya. Air yang membiru dengan kapal-kapal pesiar lalu lalang. Angin berhembus semilir membuai aku yang duduk menunggu kedatangan teman-teman yang lain.

Tetiba aku mendengar suara langkah berat, sepertinya dari kaki seorang pria. Seketika aku menoleh, betul saja. Ada seorang lelaki bertubuh tinggi perkasa berdiri di ambang pintu. Tetapi anehnya ia mengenakan semacam baju perang zaman dahulu.

"Madam, mengapa anda ada di sini?" Tanya dia dalam bahasa Turki.

"Saya menunggu teman-teman yang sedang melihat isi istana," jawabku jujur.

Pria itu tersenyum,"Sebetulnya di sini terlarang untuk pengunjung. Hanya anggota keluarga istana yang boleh berada di balkon ini".

Aku terpana,"Maaf saya tidak tahu,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun