Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kemerosotan Ekonomi Terlihat Jelas pada Tetangga

2 Maret 2021   11:14 Diperbarui: 2 Maret 2021   11:21 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tetangga (dok.dekoruma)

Pandemi Covid 19 telah berlangsung selama setahun. Dampak yang ditimbulkannya sangat luar biasa, dari masalah sosial, ekonomi dan politik. Korban nyawa masih terjadi hingga sekarang.

Sektor ekonomi sangat terpukul, banyak perusahaan menjadi bangkrut, hingga terpaksa melakukan PHK massal. Pengangguran meningkat, beban keluarga semakin tinggi. Ada yang bisa bertahan dan ada yang tidak.

Dari lingkungan sekitar, kita bisa melihat bagaimana parahnya kemerosotan ekonomi yang melanda Indonesia. Mereka yang beruntung adalah yang berstatus pegawai negeri atau ASN, tetap menerima gaji yang bisa menghidupi keluarga.

Tetangga saya tidak ada yang berprofesi sebagai ASN. Sebagian dari mereka adalah karyawan di lembaga atau perusahaan kecil. Sebagian lagi bekerja serabutan, tidak tetap atau freelancer. Karena itu mereka terkena dampak kemerosotan ekonomi yang cukup parah.

Misalnya tetangga A, sebut saja begitu, rumahnya hanya beberapa puluh meter dari tempat saya. Semula dia memiliki sebuah mobil Avanza. Pada pertengahan tahun lalu mobil itu terpaksa dijual untuk menutupi biaya sekolah yang tetap tinggi.

Avanza dijual, ia membeli mobil sedan bekas Corolla untuk mobilitas bekerja. Tapi tak berapa lama, sebelum akhir tahun lalu, mobil itu juga harus dijual untuk kebutuhan makan sehari-hari. Kini dia tidak memiliki mobil, hanya masih ada dua motor untuk mengantar anak sekolah dan istri pergi ke pasar.

Tetangga B, yang menjadi satpam di area Depok mengalami hal yang sama. Semula mempunyai dua motor, satu untuk dia bekerja, satu lagi untuk istrinya ke pasar atau mengantar anak. Beberapa bulan yang lalu, satu motor dijual, yang satu masih bertahan.

Namun tetangga ini mulai merintis usaha menjual tanaman bunga dalam pot. Dia memanfaatkan tren hobi bertanam. Saya tidak tahu ada yang laku atau tidak.

Banyak yang mencoba berdagang. Ada tiga tetangga yang kemudian berdagang makanan, misalnya nasi uduk, nasi ulam dan gorengan. Mereka berdagang dalam radius yang berdekatan, hanya berjarak seratus hingga dua ratus meter. Alhasil terjadi persaingan.

Ada yang akhirnya menyerah karena kurang laku. Apa boleh buat, tidak sebanding penjual dan pembeli. Lagipula tidak mungkin kita Jajan makanan yang sama setiap hari. Selain itu, untuk berhemat lebih baik masak sendiri untuk sekeluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun