Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Inspirasi Kehidupan dari The Music of Silence

21 Mei 2020   21:00 Diperbarui: 23 Mei 2020   00:26 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cover film The Music of Silence (dok.MIA)

Para penggemar film tentu pernah mendengar atau bahkan menonton film The Music of Silence. Film ini pertama kali dirilis di Amerika Serikat pada 2 Februari 2018 yang lalu. The Music of Silence diangkat dari sebuah novel berjudul sama, yang ditulis oleh Andrea Bocelli, salah seorang penyanyi opera terkenal.

Yup, sebenarnya kisah dalam novel itu adalah perjalanan hidup dari Andrea Bocelli itu sendiri. Jadi, film The Music of Silence merupakan semi autobiographi Andrea Bocelli meski ada beberapa polesan. Terlepas dari beberapa kritik tentang film ini, saya pribadi sangat menghargai film yang bisa menjadi inspirasi orang lain.

Dengan penggarapan sutradara Michael Radford, film ini sangat layak untuk ditonton. Apalagi ada nama besar yang menjadi pendukung utama. Bintang film legendaris Antonio Banderas berperan sebagai Sang Maestro, yang membimbing Amos Bardi (Toby Sebastian), si penyanyi tenor. Deretan nama lain ada Jordi Molla, Luisa Ranieri, Paola Lavini, Alessandro Sperduti dll.  

Hal yang menarik bagi saya, film ini menekankan perjuangan seseorang yang memiliki keterbatasan fisik dalam penglihatan untuk mencapai impiannya. Andrea Bocelli menderita glukoma sejak usia 12 tahun. Namun ia berhasil meraih cita-cita sebagai penyanyi opera terkenal. Tetapi untuk karakter di dalam film tersebut, Amos Bardi, diceritakan didiagnosis glukoma sejak kanak-kanak.

Film ini mengingatkan saya kepada dua rekan kompasianer juga, yang dahulu begitu rajin menulis. Keduanya merupakan penderita glukoma yang juga berjuang keras dalam meraih cita-cita. Banyak kendala yang dihadapi, terutama lingkungan keluarga dan teman yang kurang mendukung mereka.

Salah seorang dari mereka kemudian berhasil menjadi penulis novel. Ia telah menghasilkan beberapa buah buku dan memiliki penggemar yang tidak sedikit. Sedangkan satunya lagi, akhirnya meraih gelar sarjana, lalu bekerja di sebuah lembaga penyiaran. Meski begitu, perjalanan mereka masih panjang, karena ada cita-cita besar yang ingin diwujudkan.

Saya senang sekali menemukan bahwa film ini ditayangkan di Mola TV. Soalnya dahulu saya belum sempat menonton film ini dari bioskop. Kehadiran Mola TV menjadi angin segar yang memungkinkan saya menonton film-film favorit tanpa kendala. Kita tidak perlu susah payah ke bioskop karena Mola TV menghadirkan film-film bermutu hanya sejangkauan jari. Maka saya pilih Mola TV Movies & Andrea Bocelli.

Bagaimana caranya? Gampang saja. Tinggal donlot aplikasi Mola TV di smartphone dari Google Playstore, buka https://mola.tv/  klik daftar dan ikuti petunjuknya. Kalau sudah berhasil login, kita tinggal pilih film-film yang kita sukai. Nah, film The Music of Silence ini mudah ditemukan karena berada di layar utama, dipromosikan sebagai tayang perdana.

ilustrasi film (dok.imdb.com)
ilustrasi film (dok.imdb.com)
Cerita dimulai dengan kehidupan seorang bocah tampan yang lahir di sebuah desa kecil di Tuscany, Italia. Orang tuanya memiliki perkebunan anggur yang cukup luas. Sayangnya, bocah  yang bernama Amos Bardi itu menderita glukoma sejak kanak-kanak sehingga ia disekolahkan di SLB khusus tunanetra.

Walau mempunyai kelemahan fisik, Amos Bardi dikaruniai kelebihan lain yaitu suara yang memesona. Ia membuat keluarga dan teman-temannya kagun jika sedang bernyanyi. Bakat musiknya sangat tinggi. Karena itu Amos Bardi juga menjadi pemain piano di gereja. Pamannya yang sangat terkesan dengan bakat keponakannya, mendaftarkan Bardi pada sebuah kompetisi saat dia duduk di SMA.

Amos Bardi berhasil menang dalam kompetisi tersebut. Sayangnya, ia gagal menuju jenjang berikutnya karena suaranya tiba-tiba menjadi serak. Hal ini cukup membuat semangatnya menjadi jatuh. Di sisi lain, Amos Bardi tetap mengikuti pendidikan secara normal. Ia kuliah di bidang hukum agar bisa menjadi pengacara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun