Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nuansa Imlek di Thamrin 10

28 Januari 2020   20:27 Diperbarui: 28 Januari 2020   20:30 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imlek di Thamrin 10 (dok.pri)

Pada hari raya Imlek saya ke tempat tongkrongan baru anak-anak muda yaitu Thamrin 10 Park and Ride. Lokasinya persis di sebelah hotel Sari Pan Pasifik, jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Dari jauh sudah terlihat ornamen yang menjadi ciri khas Imlek yaitu hiasan lampion-lampion berwarna merah.  Saya datang selepas shalat Ashar, kebetulan ada Barongsai yang sedang mengelilingi area Thamrin 10.

Di depan pintu gerbang, tulisan Thamrin 10 dalam huruf besar. Di belakangnya ada panggung tinggi dimana tergantung lampion raksasa berwarna merah. Tetapi semua lampion belum menyala karena masih cukup terang.

Lambang Thamrin 10 (dok.pri)
Lambang Thamrin 10 (dok.pri)
Hujan mengiringi, meski tidak deras. Saya sempat menulis harapan tahun ini pada sebuah pita biru dan mengikatnya di pohon harapan. Bukan karena saya percaya, lebih karena iseng dan membuat gembira dua lelaki muda yang menjaga pohon harapan itu dengan kostum Imlek, koko berwarna merah.

Saya di pohon harapan (dok.pri)
Saya di pohon harapan (dok.pri)
Di tengah ada spot untuk foto, panggung mini dengan keterangan mengenai Imlek. Pada banner tertulis bahwa tiga makanan khas perayaan Imlek, pertama adalah lontong cap go meh untuk memenuhi persyaratan menyambut bulan purnama.

Kedua, bakmie yang dahulu berbentuk  persegi dan terbuat dari gandum. Ketiga adalah Soto atau dulu disebut Caudo.  Di Makassar menjadi coto, sedangkan orang  Pekalongan menyebutnya Tauto. Tetapi di beberapa tempat orang menyebutnya Sauto.

Saya menyusuri deretan booth tenda kuliner. Hal pertama yang saya cari adalah kopi. Ternyata banyak gerai yang menyediakan kopi. Saya menemukan yang paling murah di pojok kanan. Setidaknya harganya di bawah 20 ribu rupiah. Setelah saya cicipi, rasanya tidak mengecewakan.

Ternyata beberapa meter dari situ ada gerai kopi Tak Kie yang legendaris dari Glodok, wilayah Pecinan Jakarta. Saya sudah pernah mencicipi kopi Tak Kie jadi saya tidak membelinya. 

Gerai kuliner (dok.pri)
Gerai kuliner (dok.pri)
Aneka kuliner di deretan sebelah kanan (dari pintu gerbang) lebih banyak makanan kekinian. Tetapi untungnya harga sangat terjangkau. Masih ada roti bakar dengan harga 12 ribu rupiah. Begitu pula dengan minuman teh dan kopi.

Ada tenda transparan di atas deretan bangku tempat kita makan sehingga terlindung dari hujan. Saya duduk di sini sambil menikmati kopi yang tadi saya beli.

Setelah puas, saya menyusuri deretan tenda di belakang. Banyak makanan berat di sini, tapi harganya lebih tinggi dari sebelah kanan. Karena ini liburan, tetap penuh oleh pengunjung yang lapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun