Perayaan Cap Go Meh yang biasanya jatuh pada dua minggu setelah Imlek, dirayakan secara besar-besaran di Bogor. Memang sejak dipimpin oleh walikota Bima Arya, Cap Go Meh dijadikan ajang budaya untuk menyatukan masyarakat.
Padahal dahulu tidak terlalu ramai. Memang ada pertunjukan Barongsai yang berjalan dari satu Vihara ke Vihara yang paling ujung, sepanjang jalan Suryakencana.
Cap Go Meh tahun ini semakin meriah. Selasa, tanggal 19 Februari lalu, masyarakat berduyun duyung memadati jalan Suryakencana. Wilayah Pecinan itu menjadi pusat perayaan.
Panggung besar terletak di bawah gerbang Suryakencana, sebab di ujung jalan itu ada Vihara tertua di Bogor, yaitu Dhanagun. Ada pagar besi yang membatasi penonton di tepian jalan, panjang sekitar 200 meter .
Aparat keamanan bekerja dengan pasukan panitia yang terlalu banyak, yang justru mempersempit penglihatan para penonton. Saya dan teman-teman dari Clickompasiana gagal masuk ke area media center, karena itu kami mencari tempat yang lebih fleksibel.
Setelah itu kami menyusuri jalan Suryakencana, sambil mencari tempat yang strategis seperti cafe. Sayang kebanyakan sudah penuh dengan orang yang ingin menonton dan mengabadikan peristiwa.
Acara dimulai sore hari. Itu pun baru acara formal seperti pidato sambutan. Beberapa kesenian yang sempat dipertunjukkan sore itu adalah permainan angklung, beberapa tarian dan drumband dari sekolah sekolah di Bogor.
Banyak pedagang yang menjajakan mainan berbentuk barongsai mini. Kepala barongsai sebesar kepalan tangan. Harganya bervariasi, antara 15 ribu hingga 50 ribuan.
Kami sempat makan kupat tahu, yang seperti ketoprak. Ketupat dengan bumbu kacang bersama potongan tahu dan telor. Banyak sih pedagang makanan bertebaran, dalam hari biasa saja selalu penuh, apalagi ada perayaan.
Setelah shalat Maghrib, kami berusaha kembali ke dekat Vihara Dhanagun karena pawai budaya dimulai malam hari. Tapi kepadatan penonton sulit ditembus, lalu kami mengambil jalan memutar lewat belakang pasar.
Para peserta pawai budaya ini tidak hanya berasal dari Bogor. Beberapa kabupaten lain ikut berpartisipasi seperti Indramayu dan Kuningan.
Ada ogoh-ogoh yang cukup besar. Ada ondel ondel yang terbuat dari tanaman. Ada punakawan Semar Gareng Petruk dan Cepot.
Patung patung dan lainnya menjadi semakin menarik karena ditaburi cahaya lampu hias warna warni. Indah dipandang mata. Ini sesuai dengan tema Bogor Street Festival kali ini.
Kami sempat istirahat di gerbang Kebun Raya sebelum berjalan kaki menuju stasiun. Kaki lumayan pegal-pegal karena banyak berjalan.