Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mimpi Sandi Menyulap Pasar Tanah Abang Seperti Grand Bazaar Istanbul

22 November 2017   18:01 Diperbarui: 22 November 2017   21:27 4693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mempunyai program yang muluk-muluk boleh saja, asal tahu realita yang bakal dihadapi. Lalu menghitung berbagai kemungkinan yang menyertainya, serta berapa tingkat kesulitan untuk mewujudkannya. Kalau memang terlalu sulit, jangan dipaksakan hanya karena untuk memenuhi ambisi yang berlebihan. Apalagi jika itu hanya dilakukan untuk pencitraan.

Begitu pula dengan keinginan Sandiaga Uno yang ingin mengubah pasar Tanah Abang menjadi sekelas Grand Bazaar yang berada di Istanbul, Turki. Ide itu cukup bagus, mengingat bahwa para jumlah pengunjung pasar Tanah Abang tidak jauh beda dengan Grand Bazaar. Pasar Tanah Abang juga memiliki konsumen yang datang dari luar negeri, termasuk para saudagar dari Turki.

Namun untuk menyulap pasar Tanah Abang seperti Grand Bazaar agak mustahil. Mengapa? Pertama, Grand Bazaar adalah pasar kuno, dengan bentuk bangunan antik yang telah berdiri sejak tahun 1461. Dengan keantikan gedungnya saja, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Grand Bazaar mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai tempat wisata dan pusat perbelanjaan.  Pada tahun 2014, Grand Bazaar menjadi salah satu destinasi wisata terbaik dunia.

Gerbang Grand Bazaar, Istanbul (dok.localist)
Gerbang Grand Bazaar, Istanbul (dok.localist)
Sedangkan pasar Tanah Abang adalah pasar semi modern. Bahkan Blok A dan B hampir sama dengan mal yang banyak tersebar di Jakarta. Sedangkan blok G dan yang lain lebih mirip pasar tradisional yang becek dan tidak menarik. Pasar Tanah Abang hanya sebagai pusat perbelanjaan grosir. Memang sebagai pusat grosir, pasar Tanah Abang terkenal sampai ke Afrika. Tetapi tidak pernah menjadi suatu obyek wisata.

Kedua, Grand Bazaar merupakan satu kesatuan pasar yang luas, dengan 60 lorong antik dan menampung lebih dari 5000 pedagang. Lorong-lorong ini masing-masing menjual komoditas yang berbeda, tetapi saling bertemu di tengah atau ujungnya. Jangan berharap bisa menghafal lorong-lorong ini, karena sebagian besar wisatawan pasti tersesat. Tetapi mereka menikmati keunikan yang terdapat di setiap lorong. Pasar Tanah Abang, walau mempunyai banyak lajur kios,  masih lebih mudah dipahami.  Kios-kios di Tanah Abang terlalu rapat dan kecil.

Ketiga, kondisi Grand Bazaar apik dan terawat. Para pedagang menata barang-barang yang dijual dengan susunan yang menarik. Mereka juga sangat menjaga kebersihan. Jadi kalau kita menyusuri lorong-lorong di Grand Bazaar, kita tidak mudah bosan, betah untuk melihat-lihat dengan seksama. Sementara Pasar tanah Abang kondisinya semrawut, penataan asal-asalan tanpa estetika, kebersihan juga tidak terjaga. Kalau menyusuri pasar Tanah Abang, terasa sumpek dan ribet.

lampu-lampu indah yang dijual di Grand Bazaar (dok.istanbul124seven)
lampu-lampu indah yang dijual di Grand Bazaar (dok.istanbul124seven)
Keempat, Grand Bazaar berada di kawasan wisata utama Istanbul. Tak jauh dari Grand Bazaar ada Blue Mosque (Masjid Sultan Ahmet), ada museum Hagya Sofia, ada museum Dewi Ular (versi Yunani) dll. Semua itu bisa dicapai dengan jalan kaki. Sedangkan Pasar Tanah Abang jauh dari tempat wisata lainnya. Kawasan wisata terdekat adalah Monas dan museum Gajah, tetapi jaraknya cukup jauh.

Kelima, Grand Bazaar bebas dari kesemrawutan lalu lintas. Biasanya para wisatawan berjalan kaki, setelah mengunjungi obyek wisata lain yang berdekatan. Kendaraan yang paling banyak digunakan untuk mencapai tempat itu adalah tram yang nyaman. Berbeda dengan pasar Tanah Abang yang dikelilingi jalan raya yang semrawut dan macet sepanjang hari.

Keenam, di sekitar kawasan wisata menuju Grand Bazaar, tidak ada pedagang kaki lima yang seenaknya berjualan. Para pedagang di sini rata-rata tertib dan tahu aturan. Mereka lebih berdisiplin ketimbang pedagang kecil yang berada di area pasar Tanah Abang. Mungkin ini menyangkut tingkat pendidikan mereka.

Ketujuh, Grand Bazaar tidak dikuasai oleh mafia. Pasar antik ini boleh dibilang bebas dari pungutan liar terhadap pedagang. Tidak  ada preman berkeliaran yang membuat pedagang dan pembeli merasa takut. Pemerintah menjaga keamanan Grand Bazaar melalui pihak-pihak yang berwenang. Coba bandingkan dengan pasar Tanah Abang yang menjadi salah satu kekuasaan preman tertentu. Pungutan liar dilakukan oknum-oknum preman dan petugas setiap hari.

lorong penjualan keramik di Grand Bazaar (dok.istanbul101)
lorong penjualan keramik di Grand Bazaar (dok.istanbul101)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun