Selesai tahap pertama berbuka puasa, sebagian dari kami menunaikan ibadah shalat Maghrib di mushola La Piazza. Setelah itu kembali berkumpul ke tempat semula. Sebenarnya perut ini sudah terasa agak kenyang. Namun masih berselera untuk mencicipi jajanan lain yang banyak berjejeran. Saya pun kembali menyusuri gubuk demi gubuk untuk memutuskan penganan berikutnya. Akhirnya saya membeli kolak campur yang satu paket dengan minuman teh botol.
Kolak campur ini tidak hanya berisi kolak pisang dan ubi, tetapi juga ditambahkan bubur ketan, biji salak, kolang-kaling dll. Maklum saya menyukai semuanya, jadi supaya adil, saya pilih kolak campur. Tetapi bagi yang hanya menyukai salah satu jenis kolak, bisa memesan jua sesuai keinginannya. seperti Dewi Puspa yang lebih suka bubur sumsum atau Siti Nurjanah yang hanya menyukai kolak biji salak.
Teman-teman lain juga telah memilih menu kedua untuk santapan berikutnya. Bos Madyang, Rahab Ganendra mencicipi garang asem dan juga membeli kolak. Yogi Setiawan justru memilih minum es kopi Tak-Kie yang cukup legendaris di kawasan Glodok. Sedangkan yang lain, membeli makanan untuk dibawa pulang ke rumah, membawa bekal untuk sahur. Â Saya sendiri, membeli satu paket minuman teh untuk menjadi oleh-oleh, sesuai dengan sisa 'kuota' kartu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H