Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Bumi Manusia" Tersandera Sosok Dilan

22 Agustus 2019   15:13 Diperbarui: 22 Agustus 2019   18:18 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto buku: dokpri | poster film Bumi Manusia (Falcon Pictures)

Sesampai di FX didahului makan siang bersama, shalat Zduhur bagi yang muslim, dan selanjutnya meluncur ke teater dua CGV, saya terlebih dahulu singgah ke toilet agar nanti menontonnya bisa fokus menelaah satu persatu kata-kata yang akan diucapkan sang aktor dan menikmati alur cerita dan setting lokasinya. Karena kami menonton di waktu siang, maka seperempat kursi bioskop hanya penuh oleh rombongan kami.

Tibalah duduk manis dengan dada dag dig dug di kursi bioskop, film segera diputar, setelah didahului dengan iklan dan trailer film-film yang akan ditayangkan. 

Dalam hal ini, menceritakan sedikit pendapat saya tentang film ini, semata adalah murni persepsi saya dengan segala objektivitas dan subjektivitasnya, tentu bagus menurut saya belum tentu bagus menurut yang lain, kurang menurut saya bisa jadi bagus menurut yang lain, ini bukanlah penilaian, karena saya tak sanggup untuk menilai novel bumi manusia ini, ini hanya semata berbagi cerita dari asa dan rasa setelah membaca novel dan menonton filmnya.

Menurut saya secara keseluruhan film ini dikemas sangat baik, sudah mendekati sebagaimana isi cerita novelnya, namun memang ada sedikit sisi yang saya anggap agak gagap, yakni di prolog film menurut saya dibuka dengan sentuhan yang kurang soft, ibarat malam pertama pengantin muda, langsung mengarah ke eksekusi, tanpa ada basa basi dan cengkrama cantik terlebih dahulu, untuk membuat suasana syahdu walau penuh dengan debar debur rasa di sanubari, namun sedikit terobati dan tertutupi dengan pembukaan iringan gema getar suara lagu Iwan Fals.

Masuk ke sesi cerita selanjutnya, saat Minke diajak oleh Robert Suurhof kerumah temannya Robert Mellema dengan tujuan untuk memalukan Minke di depan gadis eropa Annelies adiknya Robert Mellema, namun hal yang didapatkan Suurhof hal sebaliknya, Minke dan Annelies menjadi pertemuan dua manusia yang merasa satu jiwa, satu hati dan satu pergulatan batin dipertemukan dalam jalan yang tak diniatkan.

Minke anak bupati di Surabaya yang mendapatkan kesempatan bersekolah di sekolah eropa, bertemu dengan sosok Nyai Ontosoroh, Ibunda Annelies dari ayah seorang londo bernama Herman Mellema. Nyai Ontosoroh menjadi sosok penuh misteri dan pertanyaan besar di pikiran dan sanubari Minke, sosok yang sangat berkarekter, bersahaja, cerdas, berani, lugas, simpatik dan humanis, seorang wanita pribumi, yang selama ini hanya di identikkan dengan gundik dan dirasakannya mustahil ada sosok tersebut di bumi nusantara.

Dari sinilah film ini mulai memuntahkan semburan-semburan perasaan campur aduk penontonnya antara rasa sedih, rasa pilu, rasa benci, rasa iba, rasa patriotik, rasa bangga, rasa cinta, semuanya berlumuran dalam campur baur rasa kemanusiaan. 

Ditambah lagi potongan-potongan gambar alam tempo doeloe, hamparan sawah yang menghijau, pohon kelapa yang melambai-lambai, jalan yang masih bertanah, danau yang jernih, duduk sejoli di tepian yang sepi , lokomotif dengan kepulan asap batubaranya, bangunan klasik dengan desain art deco-nya, blangkon dan topi cowboy, kereta kuda klasik yang ditarik oleh kusir madura, keraton, rumah bordil dan hamparan Boerderij Buitenzorg perusahaan pertanian yang dimiliki tuan Mellema dan Nyai Ontosoroh, sangat apik dikemas oleh Hanung Bramantyo.

Dari sini saya sudah hanyut dalam isi cerita, dan gambar gambar epic yang disajikan. Saya mungkin tidak bisa megulas babak demi babak dalam film ini, seperti saya katakan diatas, secara umum film ini menurut saya sangat baik, mampu mengocok dan mengaduk perasaan para penontonnya, karena setelah film usai saya tanya satu persatu teman saya, semuanya menjawab meneteskan air mata, artinya film ini dapat singgah dihati anak manusia.

Tersandera Sosok Dilan

Namun, ada satu yang mengganjal saya sejak awal scen film ini ditayangkan, adalah tokoh Minke yang diperankan oleh sosok Iqbal Ramadhan. Tanpa mengurangi peran akting Iqbal dalam film ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun