Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Kos ke Kos

9 Agustus 2019   11:23 Diperbarui: 9 Agustus 2019   11:59 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini Kamis (8/8/2019) saya berkesempatan hadir memenuhi undangan dari ITB untuk menghadiri acara pertemuan orang tua mahasiswa baru dengan jajaran kampus.

Acaranya dimulai sejak pagi hari dan selesai sekitar pukul 14.00 WIB. Selesai acara saya berkesempatan melihat kampus dan sarana olah raga ITB, kemudian makan dikantin.

Saya bersama dengan Bu Retno orang tua Syamil, teman anak saya Hiro, yang juga diterima di ITB namun Syamil juga diterima di Jepang dan memilih melanjutkan studinya di Jepang dengan beasiswa full.

Dalam kesempatan itu kami bercerita tentang tempat kos anak-anak. Bu Retno bertanya "Hiro kos dimana Pak ?" Saya jawab di daerah Cisitu Baru, tidak terlalu jauh dari ITB bisa jalan kaki.

"Okh enak ya Pak ? Dekat bisa jalan kaki"
Saya terdiam, kerongkongan saya terasa ada yang mencekik, kelu, lalu saya tarik nafas. Setelah tenang kemudian saya katakan kepada Bu Retno, "Buk maaf, kalau bercerita tentang kos kosan, saya agak sedikit melankolis".

Memang saat ini ada dua orang anak saya yang menjalani kos, Futy di Yogyakarta dan Hiro di Bandung.

Tapi yang membuat saya agak sensitif membicarakan kos kosan dan kontrakan bukanlah apa yang dijalani oleh kedua anak saya saat ini.

Namun saya langsung teringat akan diri saya dulunya yang sejak SMA sampai kuliah hidup dari satu rumah kos kerumah kos lainnya. Setelah bekerja hidup dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.

Pilu membayangkan, bagaimana mulai dari memikirkan uang kos/kontrakan bulanan, mencari cari rumah kos/kontrakan yang sesuai lebar kantong, membersihkan tempat kos atau kontrakan baru, angkut-angkut barang, jika dikenang mungkin capeknya tidak hilang-hilang.

Belum lagi kisah saat istri dan anak-anak pindahan rumah kontrakan tanpa saya dampingi, yang saat itu saya lagi berjuang menuntut ilmu dinegeri orang. Tidak terbayang bagaimana tangan-tangan mungil dan lugu lugu wajah mereka angkut-angkut barang dan anak-anak saya bertiga masih kecil-kecil, namun mereka tetap selalu tegar.

Sadikit saya ceritakan tentang kisah kos saya selama di SMA. Saat saya sekolah di SMA 1 Painan tepatnya di Salido, Kabupaten Peisisir Selatan, Sumatera Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun