Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah di Bekas Kandang Ayam

8 Juli 2019   16:01 Diperbarui: 8 Juli 2019   16:24 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 1 : Anak anak Yatim, Duafa dan kurang mampu belajar bersama di Balamadani (dokpri)

Berawal dari Pudarnya Senyum Iyan

Tahun 2013, saat pertama kali kami berkunjung ke Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Disana kami menjumpai salah seorang anak, bernama Iyan yang ditinggal Yatim oleh Bapaknya. 

Waktu itu Iyan masih bersekolah di bangku SD, Iyan memiliki semangat yang cukup tinggi, periang, suka bercengkrama bersama teman temannya, jika pulang sekolah dengan wajah ceria, senyum yang mengambang, senyum khas anak-anak yang harus didapatkannya. Kemudian Iyan bermain dan sekali sekali membantu orang tuanya memasukkan kambing ke kandang.

Namun setelah duduk beberapa bulan di Bangku SMP, kondisi Iyan mengalami perubahan. Iyan tidak lagi ceria, semangat sekolahnya mulai memudar, sering tidak masuk dan membolos, akhirnya dia tidak mau lagi sekolah. Dia ingin mencari uang untuk membantu Ibunya mencari nafkah dengan ikut menjadi pekerja penambang pasir dan batu kali yang kebetulan dekat dengan rumahnya.

Kami terenyuh mendengar kabar Iyan, anak yang masih kecil dan polos tidak lagi bersekolah, kami mencoba berbicara dari hati ke hati dengan Iyan, mencoba berbicara dengan orang tua dan lingkungan sekitar, mencoba mencari penyebab sembari menyelami apa gerangan Iyan tidak mau lagi bersekolah, kata Iyan "dia mau bekerja saja membantu kehidupan orang tua" disisi lain dengan wajah bergetar Iyan mengatakan sebenarnya dia ingin bersekolah, ingin melanjutkan pendidikannya sampai tamat SMA. 

Tapi karna faktor ekonomi dan kondisi orang tuanya dia ingin berhenti saja bersekolah. Disini sebenarnya terjadi kecamuk perang batin dalam diri seorang anak kecil, Iyan mengalami paradoksal keadaan, antara sekolah dan keadaan ekonomi keluarga. 

Setelah kami coba mendalami, kemunduran semangat Iyan untuk bersekolah, sebenarnya bukanlah disebabkan oleh faktor utamanya ekonomi, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor terbesar yang kami lihat adalah kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta lingkungan tempat tinggalnya dalam memperhatikan pentingnya pendidikan.

Iyan Tidak Sendiri

Kisah Iyan, anak kecil yang putus sekolah di Desa Petir bukan hanya dialaminya sendiri. Banyak temannya yang mengalami nasib serupa, baik sebelum dan sesudahnya, bahkan banyak yang lebih parah keadaanya dari Iyan. Pun, ternyata, kondisi anak putus sekolah bukan hanya terjadi di Desa Petir. Bahkan secara umum beberapa wilayah yang ada disekitar Kecamatan Dramaga seperti Kecamatan Ciomas, Tamansari, Tenjolaya, Ciampea, dan beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor mengalami kondisi yang serupa, memiliki angka putus sekolah yang tinggi.

Tentunya, ini bukan semata kesalahan Iyan, juga bukan semata kesalahan orang tua dan lingkungan tempat tinggalnya, ini adalah kesalahan kolektif kita bersama, baik pemerintah maupun masyarakat luas terutama yang sudah memiliki kesempatan memperoleh tingkat pencerahan pendidikan yang memadai.

Lama kami berpikir untuk menemukan solusi kisah Iyan dan anak manusia yang mengalami nasip serupa dengannya. Kami tetap kukuh, Iyan harus melanjutkan sekolahnya. Tetapi bagaimana caranya mengupayakan Iyan dan teman-teman yang senasip dengannya itu bisa melanjutkan pendidikan dan mendapatkan akses pendidikan yang memadai ? Disatu sisi Iyan tidak mau lagi dan sudah malu untuk melanjutkan ke SMP jenjang pendidikan formal karna terlanjur sudah lama keluar. Apalagi dengan kondisi temannya yang lain yang jauh tidak memiliki semangat untuk sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun