Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pendidikan Kita Kehilangan "Nyawanya", Menginspirasi dan Menggerakkan

4 Agustus 2015   10:15 Diperbarui: 4 Agustus 2015   10:45 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendikbud Anies Baswedan (Kompas.com)

Kemarin, Senin (3/8/2015) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Dr. Anies Rasyid Baswedan, berkesempatan menghadiri acara dan berdialog dengan komunitas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) se-Sulawesi Selatan dan Staf Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sulawwesi Selatan. Kegiatan ini terselenggara berkat upaya yang dilakukan oleh Kepala LPMP Provinsi Sulawesi Selatan sekaligus sebagai Ketua Umum PGRI Provinsi Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan waktu jeda Mendikbud ketika mendampingi kunjungan kerja Presiden Jokowi menghadiri dan membuka Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar dan melakukan seremoni pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Kabupaten Maros.

Mendikbud, Anies Baswedan memberikan Pengarahan di depan Pengurus PGRI se Sulsel dan Staf LPMP Prov. Sulsel (dok. pri.)

Ada yang menarik ketika memberikan sambutan dan pengarahan di depan Pengurus PGRI dan Staf LPMP Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu penggalan pernyataan sambutan Mendikbud, Anies Baswedan seperti penulis kutip dan menjadikan tema tulisan ini. Bahwa “pendidikan itu, tidak hanya mengajarkan dan mendidik, tapi harus dapat menginspirasi dan menggerakkan”.

Mendikbud, Anies Baswedan bersama Dirjen Dikdasmen, Hamid Muhammad, Ph.D., Menghadiri Dialog bersama PGRI dan Staf LPMP Prov. Sulsel (dok. pri.)

Pendidikan dalam pandangan Anies Baswedan, adalah tidak hanya sekedar mengajarkan tapi lebih dari itu harus dapat memberikan inspirasi (menginspirasi), bahkan lebih jauh lagi harus dapat menggerakkan. Menurut Anies Baswedan, bahwa ada empat tingkat dalam proses pendidikan. Mengajar(kan) adalah tingkat paling basic (dasar). Satu tingkat di atas sesudah mengajar adalah mendidik. Setelah mendidik, proses pendidikan harus dapat mencapai tingkat yang lebih di atasnya lagi. Tingkatan pendidikan di atas mengajar dan mendidik adalah menginspirasi. Sesudah (dapat) menginsipirasi, pendidikan harus dapat mencapai tingkat paling atas, yaitu menggerakkan.

Konsep pendidikan harus dapat menginspirasi dan menggerakkan, tidak hanya berhenti pada tingkat paling basic, yakni mengajar dan mendidik. Setelah dapat memberikan inspirasi (menginsipirasi), dia harus dapat menggerakkan. Menggerakkan dalam arti dengan inspirasi yang diperoleh melalui para gurunya, siswa dapat menjadikannya sebagai motivasi positif untuk melakukan hal yang lebih dari yang sudah dilakukan kebanyakan orang. Inilah “nyawa” pendidikan yang harus menjadi pedoman dan pegangan setiap orang yang terjun dan bergerak dalam bidang pendidikan.

Pada kesempatan tersebut, Mendikbud juga mengambil sebuah contoh kasus tentang bagaimana pendidikan harus dapat menginspirasi dan menggerakkan. Mendikbud memberikan contoh tentang salah seorang ahli nuklir dan Bapak Nuklir India, yang kemudian mengantarkannya menjadi salah seorang presiden India. Dia adalah Abdul Kalam.

Mendikbud menceritakan bahwa Mantan Presiden dan Bapak Nuklir India, Abdul Kalam, suatu ketika ditanya apa yang membuat beliau bisa seperti sekarang. Yakni keberhasilan dan kesuksesan beliau menjadi Bapak Nuklir dan dapat mencapai posisi orang nomor satu di India. Abdul Kalam, Sang Presiden dan Bapak Nuklir India ini menceritakan bahwa sewaktu kecil, ketika masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD) Kelas V, mereka, para siswa, oleh guru diajarkan tentang ilmu fisika, bagaimana membuat suatu obyek bisa terbakar tanpa menggunakan api.

Abdul Kalam bercerita bahwa pada suatu saat ia dan teman-temannya ditanya oleh guru kelas V-nya, “Bagaimana membuat kertas ini bisa terbakar?" Sambil menunjukkan kertas yang ada di tangannya, tanpa menggunakan api. Kemudian untuk membuktikan hal tersebut sang guru mengajak Abdul Kalam kecil dan teman-temannya ke sebuah lapangan terbuka untuk menunjukkan (mempraktekkan) membakar suatu obyek (kertas) dengan menggunakan kaca pembesar (lup). Sang guru menunjukkan kepada siswa-siswanya (Abdul Kalam kecil dan teman-temannya) bagaimana kertas dapat terbakar oleh sinar matahari dengan menggunakan alat pembesar (lup) itu. Di hadapan siswa-siswa (Abdul Kalam kecil dan teman-temannya), sang guru mengatakan bahwa tentukan satu titik api. Kemudian sang guru meletakkan kaca pembesar (lup) di bawah sinar matahari dan memancarkan sinar matahari itu mengenai kertas pada titik api yang telah ditentukan. Sang guru Kelas V itu menjelaskan bahwa sinar matahari harus fokus mengenai kaca pembesar dan terus menuju pada satu titik api pada kertas itu. Setelah sekian menit kemudian, kertas pun terbakar.

Begitu kertas itu terbakar, sang guru kemudian menepuk pundak Abdul Kalam kecil sambil berkata, “If you focus on one thing, you could control the world” (jika anda fokus pada suatu hal, anda bisa menguasai dunia). Perlakuan sang guru dengan menepuk pundak Abdul Kalam dan pernyataan motivasi di atas telah menjadi inspirasi bagi Abdul Kalam kecil. Sikap guru yang memperlakukan Abdul Kalam kecil dan kata-kata motivasi gurunya telah memberikan kesan yang sangat mendalam dalam memorinya. Sejak saat itu, Abdul Kalam kecil pun bertekad untuk fokus pada suatu bidang, dan bidang yang ia tentukan menjadi fokusnya adalah fisika. Terbukti kemudian, ketekunannya untuk tetap berada pada satu jalur (bidang Fisika), mengantarkan Abdul Kalam kecil kelak menjadi Bapak Nuklir dan kemudian dinobatkan menjadi salah seorang presiden Muslim di negara berpenduduk mayoritas Hindu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun