Mohon tunggu...
Emma Malika
Emma Malika Mohon Tunggu... Guru - Blogger

Menulis dengan apa adanya dan berusaha menjalani hidup dengan baik agar kembali dengan Husnul khatimah aamiinn

Selanjutnya

Tutup

Book

Review "Kelir"

18 Oktober 2023   15:59 Diperbarui: 18 Oktober 2023   16:01 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jika dalam konteks seorang penulis menuangkan kata "kelir" ke dalam sebuah novel, maka arti dari kata tersebut mungkin berkaitan dengan makna simbolik atau metaforis yang diinginkan penulis. Biasanya, dalam sebuah novel, penggunaan kata "kelir" akan disesuaikan dengan konteks cerita, gaya penulis, latar waktu atau geografis, serta tujuan dari penggunaannya.

Namun, jika belum diketahui konteks cerita tersebut, maka sulit untuk memberikan jawaban yang pasti tentang arti "kelir" dalam novel. Mungkin artinya bisa berbeda-beda tergantung pada penggunaan kata tersebut dalam cerita yang spesifik.

Secara metafora, kelir dapat diartikan sebagai gambaran dari serangkaian upaya dan tindakan kita yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau cita-cita tertentu. Seperti halnya proses pembuatan tenunan, pencapaian suatu tujuan juga membutuhkan kerja keras, ketekunan, dan kesabaran.

Selain itu, kelir juga mengandung unsur kerja sama dan kolaborasi, karena pembuatan kelir biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang memiliki tugas dan peran tertentu dalam proses pembuatan. Dalam mencapai tujuan juga, seringkali diperlukan kerja sama dan kolaborasi dengan orang-orang di sekitar kita untuk mencapai hasil yang lebih optimal.

Secara keseluruhan, kelir dapat dijadikan metafora yang menginspirasi kita untuk memiliki sikap yang tekun, sabar, dan kolaboratif dalam mencapai tujuan atau impian yang diinginkan.

Sejauh yang saya ketahui, kata "kelir" tidak memiliki arti dalam bahasa Indonesia. Namun, kata ini dapat mengacu pada pelurusan kain yang diikat pada sebuah kerangka kayu atau besi ketika membuat tenun ikat tradisional di daerah Jawa Tengah, Indonesia. Di daerah tersebut, alat ini sering disebut sebagai "kelir".

Sedang Secara etimologi, kata "kelir" berasal dari bahasa Jawa yang dieja sebagai "klir". Kata tersebut diambil dari kata kerja "nlir" yang berarti mengait atau mengikat. Dalam pembuatan tenun ikat tradisional, alat kelir berfungsi sebagai kerangka atau rangkaian kayu atau besi yang berbentuk mirip dengan bingkai foto. Melalui kerangka ini, kain yang akan diikat dan ditenun akan ditegakkan dan diikat dengan tali agar membentuk pola yang diinginkan sebelum ditenun.

Secara simbolik, kelir bisa diartikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat pola atau desain pada tenunan ikat tradisional. Dalam hal ini, kelir dapat diartikan sebagai metafora mengenai bagaimana kehidupan kita juga dapat dibuat dan diarahkan ke arah yang diinginkan seperti pembuatan pola pada tenunan.

Selain itu, kelir juga dapat diartikan sebagai penanda jati diri suatu bangsa. Tenunan kelir khas Indonesia, misalnya, memiliki pola dan warna yang khas dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang dapat dikenali dunia internasional. Dalam hal ini, kelir dapat menjadi simbol bangga akan identitas bangsa serta keunikan yang dimilikinya.

Nah, dalam salah satu novel karya Yon Bayu Wahyono yang baru saya baca bertajuk "Kelir" berisikan tentang kisah fiksi, bagaimana keterkaitan serta pergulatan seorang anak manusia (pria) dari suku Jawa yang mencari jati diri saat berada di persimpangan antara pilihan menjadi pemeluk Islam yang kaffah atau pencampuran yang disebut Islam Kejawen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun