Mohon tunggu...
Emillia NadilaPutri
Emillia NadilaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa Gizi

Bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Dari Dapur ke Masa Depan Anak: Abon Ikan Kembung sebagai PMT Lokal"

21 Juli 2025   17:15 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:20 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis dan ini menyebabkan anak menjadi pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Kekurangan gizi ini dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah anak lahir, akan tetapi gejala akan terlihat setelah anak berusia 2 tahun dan hal yang mempengaruhi ini adalah gizi ibu dan gizi anak terhadap pertumbuhan anak. Usia 0-24 bulan adalah usia anak yang menentukan kualitas kehidupan sehingga pada usia ini disebut sebagai periode emas.

Stunting tidak hanya terkait dengan permasalahan gizi yang dialami oleh anak, namun penanganannya di tingkat keluarga perlu melibatkan peran ayah dan ibu yang bersifat androgini, yaitu antara ayah dan ibu memiliki peran dan fungsi yang relatif sama dalam pengasuhan. Peran ayah tidak hanya terbatas pada mencari nafkah namun juga terlibat membimbing dan mengasuh anak di rumah. Hal ini diperkuat dengan amanat yang tertuang dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan pemerintah daerah (Wahyu, 2022).

Stunting masih menjadi salah satu tantangan besar dalam pembangunan kesehatan anak di Indonesia. Menurut data terbaru, 1 dari 5 anak balita di Indonesia mengalami stunting—suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari usia seharusnya, dan memiliki risiko gangguan perkembangan kognitif serta kekebalan tubuh yang lemah.

Ironisnya, di tengah kekayaan laut yang kita miliki, masih banyak anak-anak yang belum terbiasa mengonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani utama. Padahal, ikan adalah salah satu sumber gizi terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan anak—terutama pada masa emas 1.000 hari pertama kehidupan.

Salah satu solusi yang mulai dikembangkan oleh mahasiswa dan praktisi gizi lokal adalah olahan abon ikan kembung. Bukan hanya karena kelezatannya, tetapi juga karena kandungan gizinya yang luar biasa dan manfaatnya yang nyata.
Manfaat dari Abon Ikan Kembung: 

1. Abon Ikan Kembung: Inovasi Kecil, Manfaat Besar

Abon ikan kembung bukan sekadar lauk biasa. Dibuat dari ikan lokal yang mudah didapat, produk ini memiliki kandungan protein tinggi, omega-3, zat besi, serta berbagai mikronutrien penting lainnya yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang tumbuh.

Dibandingkan daging sapi atau ayam, ikan kembung lebih terjangkau namun tetap unggul secara gizi. Bahkan, kandungan omega-3 dalam ikan kembung lebih tinggi dari ikan salmon. Nutrisi ini sangat penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf anak.

Dalam bentuk abon, ikan kembung menjadi lebih praktis, gurih, dan mudah dikonsumsi anak-anak, termasuk yang sedang mengalami penurunan nafsu makan. Bisa dicampur dengan nasi, bubur, atau roti tanpa perlu dimasak ulang.

2. Manfaat Abon Ikan Kembung Untuk Anak Stunting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun